Spesifikasi Produk yang diharapakan Definisi Operasional

tahun 2004, dan dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diterapkan secara terpadu. 3. Pendekatan saintifik Pendekatan saintifik adalah pendekatan dalam pembelajaran yang memiliki 5 pengalaman belajar didalamnya. Lima pengalaman belajar tersebut adalah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi eksperimen, mengasosiasikan mengolah informasi dan mengkomunikasikan. 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPPH Rencana pelaksanaan pembelajaran harian adalah suatu pedoman yang dirancang dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. 5. Tema Kegiatanku Tema kegiatanku merupakan tema ke tiga dalam semester ganjil di kelas satu SD. Tema ini menggunakan topik kegiatan di pagi hari sampai malam hari yang di hubungkan dengan materi pelajaran. 6. Permainan Anak Permainan anak adalah suatu kegiatan yang menyenangkan, biasanya dilakukan anak-anak tanpa paksaan dan dengan perasaan senang. 7. Permainan “dhakon” “dhakon” adalah permainan yang dimainkan oleh 2 orang, menggunakan papan yang memiliki 14 kubangan yang saling berhadapan dan 2 kubangan berukuran lebih besar. Permainan ini menggunakan biji-bijian untuk bermain. 8. Permainan “Kucing – kucingan” Permainan “kucing-kucingan” ini menirukan gerakan kucing ketika sedang berebut suatu benda, dan diakhiri dengan menyanyikan “Dha guwang kucing gering”. Permainan ini dapat melatih ketangkasan dan kecekatan anak dalam olah fisik. Permainan ini membutuhkan lima orang pemain. Permainan ini dilakukan dengan cara membuat garis sepanjang 2,5 meter saling bersilang tegak lurus. 9. Permainan “puzzle” Permainan ini mengajak anak untuk menyusun suatu gambar yang isebut dengan “puzzle”. Permainan ini dapat digunakan kapan saja dengan kelompok tak terbatas. Peralatan yang digunakan hanyalah amplop yang berisikan potongan “puzzle” dan papan untuk menata “puzzle” tersebut. 14

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas tentang landasan teori yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Pemahasan tentang landasan teori terdiri dari empat bagian yaitu teori yang mendukung, hasil penelitian yang relevan, kerangka berfikir, dan pertanyaan penelitan.

A. Kajian Teori

Teori yang mendukung memaparkan tentang belajar, prestasi belajar, teori belajar konstruktivisme, kurikulum, perkembangan kurikulum di Indonesia, kurikulum 2013, pendekatan saintifik, pendekatan tematik terpadu, pembagian materi, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar, lembar kerja siswa, dan permainan anak

1. Belajar

Belajar diperlukan bagi perkembangan seorang anak. Seseorang yang belajar berarti ia melakukan suatu usaha sadar untuk memenuhi kebutuhannya Mulyasa, 2013. Burton dalam Anurrahman 2012 merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan perilaku individu melalui komunikasi antar individu yang diperoleh dari pengalaman dilingkungannya. Sejalan dengan pendapat Aunurrahman, Belajar juga dapat dikatakan suatu aktivitas atau proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengkokohkan kepribadian Suyono Hariyanto, 2012. Pengertian belajar yang telah dipaparkan oleh para ahli memiliki titik kesamaan yaitu bahwa belajar merupakan kegiatan untuk memperoleh pengetahuan. Peneliti menyimpulkan pengertian belajar menurut beberapa ahli yaitu bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan memperbaiki perilaku yang diperoleh dari pengalaman di lingkungannya. Belajar tidak hanya sekedar aktivitas untuk memperoleh pengetahuan, sebab belajar memiliki teori-teori yang mendasarinya.

2. Belajar Konstruktivisme

Konstruksivisme merupakan pandangan terhadap indivudu bahwa masing- masing individu membentuk atau membangun sebagian besar dari apa yang mereka pelajari dan pahami dengan sendirinya. Bruning, dkk dalam Schunk, 2012. Pengertian tersebut didukung oleh Suyono Hariyanto 2012 yang menganggap konstruksivisme merupakan sebuah filosofi pembelajaran bahwa melalui pengalaman, seseorang dapat membangun dan mengkostruksi pengetahuan serta pemahaman tentang dunia tempat tinggal mereka. Menurut Tugde Scrimsher dalam Schunk, 2012 kegiatan pembelajaran pada teori konstruktivisme lebih banyak menempatkan penekanan pada kegiatan di lingkungan sosial sebagai fasilitator perkembangan. Siswa mampu mempelajari, membentuk dan mengkonstruksikan pemahaman mereka sendiri melalui pengalaman pada dunia sekitar mereka. Teori kosntruksivisme sangat didukung oleh teori Piaget dan teori Vygotsky. Teori belajar Piaget menekankan pada struktur kognitif anak. Piaget mengungkapkan bahwa perkembangan anak yang baik akan membangun kognitifnya dalam memahami dan menanggapi pengalaman dalam lingkungannya. Kognitif anak akan meningkat sesuai dengan perkembangan usia anak. Menurut Piaget, setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahapan yang teratur. Piaget dalam Suryono Hariyanto, 2012 mengelompokkan empat tahap perkembangan kognitif seorang anak, yaitu tahap sensormotorik berlangsung sejak lahir sampai sekitar usia 2 tahun, praoperasional sekitar usia 2 – 7 tahun, operasi konkrit berlangsung sekitar 7 – 11 tahun, dan operasi formal mulai usia 11 tahun dan seterusnya. Belajar akan lebih berhasil jika disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif anak. Perkembanngan kognitif anak akan berjalan melalui serangkaian tahapan tetap. Masing-masing tahapan tersebut ditentukan oleh sebagaimana besar anak melihat dunia luar mereka Schunk, 2012. Teori Piaget dapat membantu guru dalam pengajaran di kelas. Guru dapat memahami level atau tahapan perkembangan kognitif siswa, untuk menemukan cara dalam memberikan pengajaran kepada siswa. Kegiatan pembelajaran yang memberikan interaksi sosial akan berrmanfaat. Menurut Tudge Scrimsher 2003 dalam Schunk 2012, Perkembangan kognitif siswa dapat berlangsung melalui interaksi sosial, berupa lingkungan sosial sebagai sumber utamanya. Penekanan pada lingkungan sosial sebagai fasilitator perkembangan kognitif anak, didukung oleh teori Vygotsky. Schunk 2012 mengungkapkan Vygotsky dianggap sebagai seorang yang pionir dalam teori konstruktivisme. Vygotsky menekankan lingkungan sosial sebagai penentu perkembangan individu. Interaksi dengan lingkungan dan teman sebaya akan meningkatkan perkembangan intelektual. Sesuai dengan konsep ZPD Zone of Proximal Develompment yang menyatakan adanya perbedaan antara apa