Bahan Ajar Perangkat Pembelajaran

membantu guru dalam memberikan pembelajaran di kelas. Bahan ajar berfungsi untuk membantu siswa dalam pemahaman materi sekaligus membantu guru dalam menyampaikan materi pada pelaksanakan proses belajar.

e. Lembar Kerja Siswa

Perkembangan pemahaman siswa dapat dilihat dengan menggunakan lembar kerja siswa. Guru diwajibkan untuk membuat lembar kerja siswa di tiap pertemuan. Lembar Kerja Siswa LKS merupakan suatu materi ajar cetak berupa lembaran kertas yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. LKS bersifat teoritis dan praktis yang mengacu pada pencapaian kompetensi serta penggunaannya tergantung pada bahan ajar lain yang digunakan Prastowo, 2014. Guru harus berhati-hati dalam membuat lembar kerja siswa karena lembar kerja siswa menjadi salah satu kriteria untuk menilai tercapai atau tidaknya sebuah kompetensi. Lembar kerja siswa mempunyai fungsi yang sangat penting bagi berjalannya pembelajaran dan perkembangan siswa. Fungsi dari lembar kerja siswa juga diungkapkan menurut Prastowo 2014 meliputi: 1LKS berfungsi untuk mengaktifkan siswa; 2 LKS membantu memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan; 3 LKS berfungsi untuk melatih kemampuan siswa; serta 4 LKS dapat mempermudah penyampaian materi kepada siswa. Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa lembar kerja siswa merupakan suatu materi ajar cetak yang berisi petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Lembar kerja siswa selain berfungsi sebagai alat untuk membantu jalannya proses belajar juga sebagai alat untuk mengaktifkan siswa, mempermudah penyampaian materi dan untuk mengetahui tingkat perkembangan siswa.

8. Pembagian Materi

Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif yang terdiri dari 15 peneliti. Penelitian ini memilih siswa kelas satu sekolah dasar sebagai subyek penelitian. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa asumsi yaitu 1 ujicoba kurikulum 2013 dilakukan di kelas 1 dan 4; 2 bahan ajar yang pertama dibuat oleh pemerintah yaitu kelas 1 dan 4; 3 bahan ajar sudah dilakukan revisi berdasarkan ujicoba; dan 4 siswa kelas 1 merupakan masa awal belajar di sekolah dasar. Asumsi tersebut yang dijadikan peneliti untuk memilih kelas satu dan berdasarkan asumsi nomor empat dijadikan salah satu faktor peneliti untuk mengembangkan produk dengan memasukkan unsur permainan anak didalamnya. Peneliti melakukan pembagian materi secara diundi. Pembagian dimulai dengan menentukan tema dari seluruh tema yang ada pada tema satu. Tema yang telah ditentukan yaitu tema satu diriku, dua kegemaranku, tiga kegiatanku, dan empat keluargaku. Empat tema dipilih karena penelitian akan dilaksanakan saat Program Pengalaman Lingkungan PPL yang dilakukan pada semester ganjil dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah. Hasil pengundian tema, peneliti mendapatkan tema ke tiga yaitu “Kegiatanku”. Tema Kegiatanku merupakan tema ketiga dari 8 tema yang diaplikasikan pada kelas satu. Tema ini terdiri dari empat subtema yaitu 1 Kegiatan pagi hari, 2 Kegiatan siang hari, 3 Kegiatan sore hari, dan 4 “kegiatan malam hari”. Tema ini menekankan materi yang berisi tentang kegiatan sehari-hari yang dilakukan. Keempat subtema tersebut selanjutnya dibagi untuk empat peneliti, sehingga satu peneliti mendapatkan satu sub tema untuk diolah. Peneliti mendapatkan subtema ke empat yaitu “kegiatan malam hari”. Subtema ini mencakup 5 muatan pembelajaran yaitu Bahasa Indonesia, PPKn, PJOK, SBDP, dan Matematika. Garis besar materi pada subtema ini mengenai kegiatan yang biasa dilakukan di malam hari. Satu sub tema terdiri dari enam pembelajaran, sehingga peneliti akan membuat produk berupa RPPH sebanyak enam pembelajaran yang diakomodasikan dengan unsur permainan anak.

9. Permainan

Kegiatan yang akrab dengan kehidupan manusia terutama anak usia sekolah dasar adalah bermain. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir Muchlisin, 2009. Bermain adalah dunianya anak karena melalui bermain anak dapat meningkatkan perkembangan fisik, kecerdasan, emosi, dan sosial Prasetyo, 2008. Kegiatan bermain merupakan kegiatan yang bersifat fungsional untuk proses kulturasi dan sosialisasi, maksudnya ekulturasi sebagai proses penanaman nilai untuk berprilaku sedangkan sosialisasi proses memperkenalkan diri dengan berbagai kedudukan sosial, peran, dan norma yang berlaku dalam berintetaksi. Oleh karenanya kegiatan bermain dapat membangun karakter anak untuk belajar membayangkan peran dan kedudukannya Dharmamulya, 2005. Kegiatan bermain akan terasa menyenangkan jika dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan permainan itu sendiri. Permainan merupakan suatu alat bagi anak yang dijadikan