Demontrasi Lagu Keagamaan Hindu

97 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Selanjutnya, guru mengajak peserta didik menyanyikan lagu keagamaan Pupuh Dangdanggula. Guru tetap terus mengajak dan memandu peserta didik bernyanyi dan guru mengeja baris per baris sesuai dengan narasi lagu Dandanggula dalam Buku Panduan Peserta didik. Semua anak diminta untuk mengikuti dengan baik dan menirukannya. Guru mulai menuntun dan melagukannya dengan Cengkok Reng Dangdanggula. Setelah guru selesai mengeja kata per kata Kawitan Kidung Wargasari, Kidung Wargasari dan Dandanggula, peserta didik dibagi menjadi tiga kelompok. Setiap kelompok menyanyikan Sekar Madya dan Sekar Alit: Putri Cening Ayu Putri Cening Ayu Ngijeng cening jumah Mēmē luas malu Ka peken mablanja Apang ada daharang nasi Arinya Putri anakku yang canik Tinggal jagalah rumah Ibu pergi dulu Pergi ke pasar berbelanja Untuk keperluan makan Sumber: Widya Pāramita Agama Hindu SMP hal.75 Kelompok satu menyanyikan Sekar Madya Kawitan Warga Sari, kelompok dua menyanyikan Kidung Wargasari, dan kelompok tiga menyanyikan Pupuh Dangdanggula. Kelompok satu, dua, dan tiga diajak bernyanyi bersama tentang lagu keagamaan tersebut. Setelah selesai membahas Pelajaran 13 tentang materi Dharmagita, maka dapat disampaikan rangkuman materi, sebagai berikut: a. Lagu keagamaan adalah lagu yang berisi pesan tata cara bertingkah laku yang baik dan benar. b. Lagu keagamaan juga berisi lagu untuk mengiringi puja kegiatan persembahyangan. c. Setiap daerah di Indonesia memiliki lagu keagamaan daerah masing–masing. d. Ada lagu keagamaan dari Jawa, dari Bali, dan sebagainya. e. Dandanggula adalah lagu keagamaan yang berasal dari Blitar, Jawa Timur. f. Kawitan Kidung Wargasari dan Kidung Wargasari adalah lagu keagamaan yang berkaitan dengan Yajña.

N. Perjalanan Orang Suci

1. Perjalanan Mpu Kuturan dan Dang Hyang Nirartha

Guru mengajak peserta didik duduk rapi, pandangan ke depan, dan menyimak dengan sebaik-baiknya. Guru pun mulai menceritakan perjalanan Mpu Kuturan dan perjalanan Dang Hyang Nirartha dari Jawa ke Bali. 98 Buku Guru Kelas I SD Edisi Revisi Di Pulau Jawa, pada sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Medang, ada seorang raja yang sangat termasyur oleh kebijaksanaannya dan banyak kerajaan lain yang tunduk kepadanya. Raja itu bernama Sri Aji Airlangga. Bertahun-tahun Kota Medang seperti tertidur, terutama sejak kematian Baginda Teguh Darmawangsa. Kota yang dulunya menjadi pusat pemerintahan, lalu menjadi sunyi senyap. Seakan-akan tidak ada lagi kehidupan di kota itu. Kerajaan Medang akhirnya terpecah belah. Semua kerajaan baik yang besar maupun kecil, yang awalnya tunduk, satu per satu mulai melepaskan diri. Kehidupan rakyat menjadi kacau. Keamanan tidak terjamin lagi. Pencurian dan perampokan merajalela di dalam kota. Akan tetapi, setelah sekian lama, kota kerajaan yang dilanda kesunyian itu seakan terjaga dari tidurnya. Seluruh rakyat bersuka cita. Mendung kesedihan yang menyelimuti kota mulai memudar. Sang fajar yang membawa kebahagiaan serta ketenteraman telah tiba. Kerajaan Medang hidup kembali. Rakyat Medang akan segera mempunyai seorang raja yang perkasa. Baginda Airlangga, menantu Teguh Darmawangsa akan naik tahta. Rakyat tidak menyia-nyiakan kesempatan baik itu. Seluruh penjuru kota dihias sebaik-baiknya. Seluruh rakyat berusaha mengenakan pakaian yang dianggapnya patut. Kemudian, mereka berbondong-bondong menuju alun-alun. Balairung, tempat diadakannya upacara penobatan dihias dengan indah. Umbul-umbul beraneka warna menghiasi seluruh istana dan semua penjuru kota kerajaan. Rakyat terus berdatangan seperti air bah saja layaknya. Dari arah balairung terdengar suara gamelan yang ditabuh bertalu-talu. Saat penobatan tiba, semua yang hadir menjadi hening. Suara gamelan terus berkumandang. Sebuah arak-arakan dari arah luar balairung muncul. Tampak Baginda Airlangga berjalan dengan gagah dengan diiringi para pendeta serta warga istana. Upacara penobatan yang hikmat segera berlangsung. Seusai penobatan, rakyat disuguhi dengan berbagai pertunjukan. Berbagai jenis tarian disuguhkan dalam upacara penobatan itu. Rakyat bergemuruh menyambut semua acara kesenian yang disuguhkan. Ketika semua pertunjukan berakhir, rakyat pulang dengan perasaan puas. Pesta penobatan kemudian berlanjut di seluruh penjuru kota. Semalam suntuk rakyat Medang berpesta menyambut kehadiran raja yang sangat mereka dambakan. Pada suatu hari, para menteri menghadap baginda raja di Balai Penghadapan. Maka datanglah Mpu Gnijaya disertai oleh adik-adiknya, yaitu Mpu Semeru, Mpu Gana, Mpu Kuturan, dan Mpu Bharadah. Setibanya di balai penghadapan, terlihat oleh baginda raja yang sedang keluar menuju Singgasana. Para mpu bersaudara pun mengucapkan mantra puji-pujian. Sang Raja mengetahui bahwa yang datang semuanya para Rsi. Ia segera mengucapkan selamat datang, “Ya