Demo Lagu Sekar Rare

96 Buku Guru Kelas I SD Edisi Revisi

M. Lagu Keagamaan Hindu

1. Menyimak Lagu Keagamaan Hindu

Guru mengajak anak-anak mendengarkan lagu keagamaan, diawali dengan lagu Kawitan Kidung Wargasari. Kawitan Kidung Wargasari itu yang pertama dan berikutnya namanya Kidung Wargasari. Guru memulai memberi perintah dan aba-aba, “Dengarkan dan simaklah dengan sebaik-baiknya. Ini yang sering dinyanyikan setiap awal ingin memulai persembahyangan. Mari kita dengarkan dan saksikan bersama tayangan audio visual Kawitan Kidung Wargasari dan Kidung Wargasari berikut ini secara seksama.” Guru mengawasi dan memerhatikan dengan sungguh-sungguh keseriusan semua anak yang menyaksikan tayangan audio visual tersebut. Dandanggula Awinanya patut wiwekain, Malaksana sajeroning trikaya Manah rawos laksanane Sampunang ngewehin caluh, Malaksana twara becik Reh pakar dina ala Arinya Itulah sebabnya patut dipilih Tatacara beringkah laku Pikiran wacana dan perbuatan Hindarkan diri maunya enak Atas dasar perbuatan keliru Pada saatnya nani ketemu Ala pacing tepuk Yan rahayu kakardiang Sinah pisan rahayune pacing panggi h Marep sang nglaksanayang Dipasikan menemui sengsara Bila utama dan baik berlaksana Sudah dipasikan rahayu hasilnya Bagi Siapa saja yang melaksanakannya. Sumber: Anekasari Sarining Geguritan Setelah menyaksikan tayangan audio visual Kawitan dan Kidung Wargasari, guru melanjutkan menyaksikan tayangan lagu keagamaan Dandanggula. “Bedakan yang ini dari Jawa Timur. Ayo resapi dan dengarkan baik-baik,” demikian anjuran guru.

2. Demontrasi Lagu Keagamaan Hindu

Guru meyakinkan kepada semua peserta didik bahwa Kawitan Kidung Wargasari dan Kidung Wargasari sudah sering didengar pada saat-saat melakukan persembahyangan bersama. Guru menambahkan pada penekanan pola atau cara membaca perempat suku kata beserta Chanda atau Cengkok yang harus dipatuhi oleh penembang. Guru mulai mengeja per baris untuk mempermudah peserta didik menghafal. Semua peserta didik diperintahkan untuk mengikuti dan menirukannya dari awal hingga selesai. Guru terus memandu hingga akhirnya semua peserta didik dapat dengan fasih melantunkan Kawitan Kidung Wargasari dan Kidung Wargasari termasuk terjemahan dari Sekar Madya. 97 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Selanjutnya, guru mengajak peserta didik menyanyikan lagu keagamaan Pupuh Dangdanggula. Guru tetap terus mengajak dan memandu peserta didik bernyanyi dan guru mengeja baris per baris sesuai dengan narasi lagu Dandanggula dalam Buku Panduan Peserta didik. Semua anak diminta untuk mengikuti dengan baik dan menirukannya. Guru mulai menuntun dan melagukannya dengan Cengkok Reng Dangdanggula. Setelah guru selesai mengeja kata per kata Kawitan Kidung Wargasari, Kidung Wargasari dan Dandanggula, peserta didik dibagi menjadi tiga kelompok. Setiap kelompok menyanyikan Sekar Madya dan Sekar Alit: Putri Cening Ayu Putri Cening Ayu Ngijeng cening jumah Mēmē luas malu Ka peken mablanja Apang ada daharang nasi Arinya Putri anakku yang canik Tinggal jagalah rumah Ibu pergi dulu Pergi ke pasar berbelanja Untuk keperluan makan Sumber: Widya Pāramita Agama Hindu SMP hal.75 Kelompok satu menyanyikan Sekar Madya Kawitan Warga Sari, kelompok dua menyanyikan Kidung Wargasari, dan kelompok tiga menyanyikan Pupuh Dangdanggula. Kelompok satu, dua, dan tiga diajak bernyanyi bersama tentang lagu keagamaan tersebut. Setelah selesai membahas Pelajaran 13 tentang materi Dharmagita, maka dapat disampaikan rangkuman materi, sebagai berikut: a. Lagu keagamaan adalah lagu yang berisi pesan tata cara bertingkah laku yang baik dan benar. b. Lagu keagamaan juga berisi lagu untuk mengiringi puja kegiatan persembahyangan. c. Setiap daerah di Indonesia memiliki lagu keagamaan daerah masing–masing. d. Ada lagu keagamaan dari Jawa, dari Bali, dan sebagainya. e. Dandanggula adalah lagu keagamaan yang berasal dari Blitar, Jawa Timur. f. Kawitan Kidung Wargasari dan Kidung Wargasari adalah lagu keagamaan yang berkaitan dengan Yajña.

N. Perjalanan Orang Suci

1. Perjalanan Mpu Kuturan dan Dang Hyang Nirartha

Guru mengajak peserta didik duduk rapi, pandangan ke depan, dan menyimak dengan sebaik-baiknya. Guru pun mulai menceritakan perjalanan Mpu Kuturan dan perjalanan Dang Hyang Nirartha dari Jawa ke Bali.