Karakteristik Pendekatan Montessori Kajian Tentang Pendekatan Montessori

21 Penerapan pendekatan Montessori dalam modul yang dikembangkan ditonjolkan dalam penyajian materi yang disertai alat peraga. Alat peraga yang digunakan berasal dari guru dan disertai instruksi kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan merupakan perwujudan kegiatan formal teratur. Penyajian materi ini berlandaskan doktrin dan motto Montessori dalam teori pendidikannya.

2. Karakteristik Pendekatan Montessori

Pendekatan pendidikan yang satu dengan yang lainnya memiliki karakteristik khas masing-masing. Hal ini sama berlaku dengan pendekatan yang dicetuskan oleh Montessori. Pendekatan Montessori memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut. a. Dalam pendekatan Montessori siswa didorong untuk melakukan tugas-tugas pembelajaran secara langsung dengan menggunakan bahan-bahan yang disediakan atau bahan-bahan di lingkungan sekitar Montessori, 2013: 52. b. Alat peraga atau bahan yang telah didesain mampu menjawab kesalahan anak tanpa penjelasan guru, sehingga anak melaksanakan pembelajaran dan kegiatannya sendiri Magini, 2013: 54-55 c. Menurut Stevens untuk mengatisipasi perbedaan perkembangan siswa dalam memahami materi, guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa diarahkan untuk melaksanakan kegiatan secara urut dan runtut secara individu, sehingga semua siswa memiliki pengalaman secara langsung Montessori, 2013:52. Sedangkan menurut Magini 2013: 55 guru dalam lingkup pendekatan Montessori tidak lagi disebut guru, melainkan direktris karena fungsi guru lebih sebagai pengarah, fasilitator, dan observator atau pengamat. 22 d. Dalam pembelajaran dalam pendekatan Montessori tidak ada hukuman, karena tujuan pendidikan dalam Montessori adalah untuk kemadirian anak Magini, 2013: 54. e. Motto pendekatan Montessori adalah “Tak ada orang bebas, kecuali dia MANDIRI” Magini, 2013:54. f. Doktrin yang diajarkan Montessori adalah “Manusia itu berhasil bukan karena sudah diajarkan oleh gurunya, tetapi karena mereka mengalami dan melakukannya sendiri. Pengalaman adalah guru terbaik” Magini, 2013: 55. g. Pola-pola pembelajaran Montessori yang berkesinambungan harus dipatuhi, karena pembelajaran yang baik berasal dari pengulangan dan penanganan materi yang berulang-ulang begitu anak melihat dan memahami alasannya Hainstock, 1999: 7. h. Pembelajaran terdiri dari tiga tahap, yaitu: pengenalan identitas recognition of identify, pengenalan sesuatu yang berbeda-beda recognition of contrasts, dan membedakan antara benda-benda yang serupa discrimination between similar objects Hainstock, 1999: 9. i. Proses pendidikan seharusnya diselenggarakan dalam lingkungan yang tertata dan terstruktur. Semua kegiatan yang dilakukan anak tidak dilakukan hanya untuk bermain semata, tetapi semua kegiatan anak bertujuan untuk mencapai tujuan pengajaran yang sedang dilakukan Montessori, 2013: 25. j. Pendidikan sangat efektif ketika berdekatan dengan keluarga dan orangtua Montessori, 2013: 25. Modul pembelajaran yang baik merupakan modul pembelajaran yang menyajikan materi secara mendalam serta dapat memenuhi kebutuhan belajar 23 siswa dengan kemampuan masing-masing. Dalam pendekatan Montessori siswa atau peserta didik diperlakukan dengan didikan yang mandiri namun formal. Dalam pendekatan ini siswa dijunjung perbedaan individualnya, namun terbatas dengan aturan formal pembelajaran untuk menyelesaikan materi pembelajaran yang ditargetkan. Dalam modul matematika tentang bangun ruang siswa diinstruksikan untuk mengikuti kegiatan yang tertulis dan terbatas, namun siswa dapat mengukur dan mengembangkan kemampuan belajar mereka masing- masing.

3. Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Berdasarkan