PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BANGUN RUANG DENGAN PENDEKATAN MONTESSORI UNTUK KELAS V SD NEGERI TUKANGAN YOGYAKARTA.

(1)

i

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BANGUN RUANG DENGAN PENDEKATAN MONTESSORI UNTUK KELAS V

SD NEGERI TUKANGAN YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Fawzia Aswin Hadits NIM 13108241175

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

ii

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BANGUN RUANG DENGAN PENDEKATAN MONTESSORI UNTUK KELAS V

SD NEGERI TUKANGAN YOGYAKARTA Oleh:

Fawzia Aswin Hadits NIM 13108241175

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan modul matematika bangun ruang dengan pendekatan Montessori yang layak digunakan oleh siswa kelas V SD N Tukangan.

Jenis penelitian dan pengembangan yang digunakan mengacu pada model Borg dan Gall, namun hanya dilakukan dengan 9 langkah yaitu studi pendahuluan, perencanaan, pengembangan awal produk, uji coba lapangan awal, revisi produk, uji coba lapangan utama, revisi produk operasional, uji coba lapangan operasional, dan revisi produk akhir. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, dan observasi. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian pada tahap studi pendahuluan yaitu peneliti mendapatkan sebuah gagasan untuk membuat modul yang akan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran matematika di lapangan. Hasil tahap perencanaan yaitu susunan materi, alat peraga, dan evaluasi yang akan disajikan pada modul sesuai dengan tujuan pembelajaran setelah mempelajari materi dan menggunakan alat peraga pada modul, siswa dapat menyelesaikan masalah tentang materi bangun ruang di kelas V Sekolah Dasar. Hasil validasi ahli materi memperoleh skor rata-rata 3,958 dengan kriteria “baik”. Hasil validasi ahli media memperoleh skor rata-rata 4,667 dengan kriteria “sangat baik”. Hasil uji coba lapangan awal memperoleh skor rata-rata 2,73 dengan kriteria “baik”. Uji coba lapangan utama yang memperoleh skor rata-rata 2,93 dengan kriteria “baik”. Uji coba lapangan operasional memperoleh skor rata-rata 2,97 dengan kriteria “baik”. Dengan demikian, produk yang dikembangkan yaitu modul bangun ruang dengan pendekatan Montessori termasuk dalam kriteria baik, sehingga layak digunakan sebagai bahan belajar alternatif pembelajaran matematika siswa kelas V SD materi bangun ruang.


(3)

iii

THREE-DIMENSION GEOMETRY LEARNING MODULE DEVELOPMENT USING MONTESSORI APPROACH

FOR 5th GRADER SD N TUKANGAN

By:

Fawzia Aswin Hadits NIM 13108241175

Abstract

This research is aimed to develop the three-dimension geometry module using Montessori approach which is possible to be use for 5thgrader students in SD N Tukangan Yogyakarta.

The kind of method used in the research was development method which refered to Borg and Gall. They were nine steps that used for this research, they are research and information collecting, planning, develop preminary form of product, preliminary field testing, main product revision, main field testing, operational product revision, operational field testing, and final product revision. The technique of collecting data used in the research were questionnaire, interview, and observation techniques.The technique of data analysis was quantitative descriptive statistic.

The result of the research show that on the first material validation the module get score 3,875 (good criteria), the second material validation get score 3,917 (good criteria), and the third material validation get score 3,958 (good criteria). The first media validation get score 2,333 (less criteria), the second media validation get score 3,778 (good criteria), and the third media validation get average score 4,667(very good criteria). The result of field test get good criteria, they are preliminary field testing get averange score 2,73; main field testing get averange score 2,93; and operational field testing get averange score 2,97. Therefore, the development of learning module is possible to be an alternative learning resources for 5th grader students in SD N Tukangan Yogyakarta.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan moral maupun materiil kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran Bangun Ruang dengan Pendekatan Montessori untuk Kelas V SD Negeri Tukangan Yogyakarta.”

Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Studi Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Penulisan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan dukungan dan kemudahan penelitian serta penyusunan skripsi.

3. Ibu Rahayu Condro Murti, M. Si., selaku dosen pembimbing yang senantiasa sabar meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing, dan memotivasi dalam penyusunan proposal skripsi ini.

4. Bapak Petrus Sardjiman, M.Pd., pengkaji materi yang telah bersedia memberikan saran dan kritik terhadap modul pembelajaran yang dikembangkan.

5. Bapak Sungkono, M.Pd. pengkaji media yang telah bersedia memberikan saran dan kritik terhadap modul pembelajaran yang dikembangkan.

6. Kepala Sekolah SD N Tukangan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas V SD N Tukangan.

7. Guru kelas V A dan V B SD N Tukangan yang telah memberikan waktu dan kesempatan kepada peneliti menyelesaikan penelitian.

8. Siswa Kelas V A dan V B SD N Tukangan yang telah bersedia sebagai subjek dalam pelaksanaan penelitian.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Asumsi Pengembangan ... 8

H. Spesifikasi Modul ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Matematika ... 12

B. Kajian Tentang Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar ... 18

C. Kajian Tentang Pendekatan Montessori ... 20

D. Kajian Tentang Modul Pembelajaran ... 25

E. Kajian Modul Pembelajaran Bangun Ruang dengan Pendekatan Montessori ... 38

F. Penelitian yang Relevan ... 40

G. Kerangka Berpikir ... 42

H. Definisi Operasional ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 44

B. Prosedur Pengembangan ... 44

C. Desain Uji Coba Produk ... 47

1. Desain Uji Coba ... 47

2. Setting dan Subjek Coba ... 48

3. Teknik Pengumpulan Data ... 49

4. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 59

1. Studi Pendahuluan (Research and Information Collecting) ... 59

2. Perencanaan (Planning) ... 61 Halaman


(11)

xi

3. Pengembangan Awal (Develop Preliminary From of Product) ... 66

4. Uji Coba Awal (Prelimenary Field Testing) ... 122

5. Revisi Produk Utama (Main Product Revision) ... 123

6. Uji Coba Lapangan Utama (Main Field Testing) ... 128

7. Revisi Produk Operasional (Operational Product Revision) ... 129

8. Uji Coba Lapangan Operasional (Operasional Field Testing) ... 130

9. Revisi Produk Akhir (Final Product Revision) ... 131

B. Pembahasan ... 134

C. Keterbatasan Penelitian ... 138

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 140

B. Saran ... 141

DAFTAR PUSTAKA ... 142


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 SK-KD KTSP Matematika Kelas V Materi Bangun Ruang ... 17

Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi ... 49

Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Media ... 50

Tabel 4 Kisi-kisi Instrumen Angket Respon Siswa ... 51

Tabel 5 Pertanyaan Wawancara dengan Guru Kelas Tahap Awal Penelitian ... 53

Tabel 6 Tabel konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Skala Lima Menurut Widoyoko ... 55

Tabel 7 Tabel konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Penyesuaian Widoyoko ... 57

Tabel 8 Hasil Penilaian Ahli Materi Tahap I ... 78

Tabel 9 Revisi Halaman Peta Konsep dan Halaman Cakupan Materi ... 80

Tabel 10 Revisi Bagian Penyajian Materi Bagian Cakupan Materi Validasi Ahli Materi Tahap I ... 84

Tabel 11 Revisi Penyajian Materi Bagian Apersepsi Validasi Ahli Materi Tahap I ... 86

Tabel 12 Revisi Bagian Asah Kemampuanmu Validasi Ahli Materi Tahap I ... 93

Tabel 13 Revisi Daftar Pustaka Validasi Ahli Materi Tahap I ... 101

Tabel 14 Alasan Revisi Ahli Materi ... 103

Tabel 15 Hasil Penilaian Ahli Materi Tahap Kedua ... 103

Tabel 16 Revisi Ahli Materi Tahap Kedua Penulisan Kata pada Modul ... 104

Tabel 17 Alasan Revisi Ahli Materi Tahap Kedua ... 106

Tabel 18 Hasil Penilaian Ahli Materi Tahap Ketiga ... 106

Tabel 19 Hasil Validasi Media Tahap Pertama ... 108

Tabel 20 Revisi Ahli Media Tahap Pertama Halaman Sampul Depan ... 109

Tabel 21 Daftar Kata/Kalimat yang Dikenai Revisi Ahli Media Tahap Pertama ... 110

Tabel 22 Hasil Validasi Media Tahap Kedua ... 117

Tabel 23 Komponen yang Dikenai Revisi Tahap Kedua ... 118 Halaman


(13)

xiii

Tabel 24 Hasil Validasi Media Tahap Ketiga ... 121

Tabel 25 Hasil Uji Coba Lapangan Awal ... 123

Tabel 26 Hasil Uji Coba Lapangan Utama ... 129

Tabel 27 Hasil Uji Coba Lapangan Operasional ... 130


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Cuplikan Materi pada Buku Pelajaran Matematika BSE ... 3

Gambar 2 Kerangka Pikir Penelitian ... 42

Gambar 3 Bagan Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 46

Gambar 4 Sampul Depan dan Samping Modul Pengembangan Awal ... 72

Gambar 5 Sampul Belakang Modul Pengembangan Awal ... 72

Gambar 6 Halaman Kata Pengantar ... 73

Gambar 7 Peta Konsep Materi dan Cakupan Materi ... 74

Gambar 8 Ilustrasi Materi, Cakupan Materi, Ayo Perhatikan, Ayo Mencoba, Halaman Aku Bisa dan Halaman Asah Kemampuanmu ... 75

Gambar 9 Halaman alat peraga ... 76

Gambar 10 Halaman Tes Akhir dan Halaman Kunci Jawaban ... 77

Gambar 11 Halaman Peta Konsep Sebelum Revisi dan Halaman Peta Konsep Revisi Ahli Materi Tahap I ... 81

Gambar 12 Halaman Cakupan Materi dan Halaman Cakupan Materi Revisi Ahli Materi Tahap I ... 81

Gambar 13 Redaksi Hasil Akhir Pembelajaran Sebelum Revisi dan Redaksi Hasil Pembelajaran Setelah Revisi I ... 82

Gambar 14 Apersepsi Materi Bangun Ruang Sebelum Revisi dan Apersepsi Materi Bangun Ruang Setelah Revisi Materi Tahap I ... 85

Gambar 15 Ayo Perhatikan Pembelajaran 2 Sebelum Revisi dan Ayo Perhatikan Pembelajaran 2 Setelah Revisi Materi Tahap I ... 87

Gambar 16 Ayo Perhatikan Materi Bangun Ruang Sebelum Revisi dan Ayo Perhatikan Materi Bangun Ruang Setelah Revisi Materi Tahap I .. 88

Gambar 17 Ayo Perhatikan Penambahan Materi Setelah Revisi Materi Tahap I dan Ayo Perhatikan Materi Penambahan Contoh Setelah Revisi Materi Tahap I ... 89

Gambar 18 Ayo Perhatikan Materi Volume Bangun Ruang Sebelum Revisi dan Ayo Perhatikan Materi Volume Bangun Ruang Setelah Revisi Tahap I ... 91


(15)

xv

Gambar 19 Petunjuk Kegiatan Tanpa Contoh dan Petunjuk Kegiatan dengan

Contoh ... 92

Gambar 20 Ayo Mencoba materi Volume Bangun Ruang Sebelum Revisi ... 93

Gambar 21 Pengembangan Ayo Mencoba (bagian 2) menjadi 2 bagian Setelah Revisi Materi Tahap I ... 93

Gambar 22 Pembelajaran 2 Sebelum Revisi (tanpa Asah Kemampuanmu), Pembelajaran 2 Setelah Revisi Materi Tahap I (mencantumkan Asah Kemampuanmu) ... 95

Gambar 23 Alat Peraga 1 dan 2 Sebelum Revisi dan Alat Peraga 1 dan 2 Setelah Revisi Materi Tahap I ... 96

Gambar 24 Alat peraga 3 dan 4 Sebelum Revisi dan Alat peraga 3 dan 4 Setelah Revisi Materi Tahap I ... 98

Gambar 25 Alat peraga 5 Sebelum Revisi dan Alat peraga 5 Setelah Revisi Materi Tahap I ... 99

Gambar 26 Alat peraga 6 dan 7 Sebelum Revisi dan Alat peraga 6 dan 7 Setelah Revisi Materi Tahap I ... 101

Gambar 27 Penulisan Nama Rusuk pada Kunci Jawaban Sebelum Revisi dan Penulisan Nama Rusuk pada Kunci Jawaban Setelah Revisi Materi Tahap I ... 101

Gambar 28 Bentuk Huruf Sebelum Revisi dan Bentuk Huruf Setelah Revisi Materi Tahap Pertama ... 103

Gambar 29 Halaman Ilustrasi Judul Revisi I dan Halaman Ilustrasi Judul Revisi I ... 106

Gambar 30 Diagram Tahapan Hasil Validasi Ahli Materi ... 108

Gambar 31 Desain Awal Sampul Depan ... 109

Gambar 32 Revisi I Desain Sampul Depan ... 110

Gambar 33 Pemilihan Huruf Sebelum Revisi Pertama ... 111

Gambar 34 Pemilihan Huruf Setelah Revisi Pertama ... 112

Gambar 35 Ilustrasi judul pembelajaran 1 Sebelum Revisi ... 112

Gambar 36 Halaman Ilustrasi Pembelajaran 1 Setelah Revisi I ... 113


(16)

xvi

Gambar 38 Halaman Ilustrasi Pembelajaran 3 Setelah Revisi I ... 115

Gambar 39 Halaman Ilustrasi Pembelajaran 4 Sebelum Revisi ... 116

Gambar 40 Halaman Ilustrasi Pembelajaran 4 Setelah Revisi I ... 116

Gambar 41 Penjilidan Modul Sebelum Revisi (samping), Penjilidan Modul Sebelum Revisi (depan), dan Penjilidan Modul Sebelum Revisi (belakang) ... 117

Gambar 42 Penjilidan Hasil Revisi Tahap Pertama (samping), Penjilidan Hasil Revisi Tahap Pertama (depan), dan Penjilidan Hasil Revisi Tahap Pertama (bawah) ... 118

Gambar 43 Penjilidan Hasil Revisi Tahap Kedua (samping), Penjilidan Hasil Revisi Tahap Kedua (depan), dan Penjilidan Hasil Revisi Tahap Kedua (bawah) ... 120

Gambar 44 Kubus Satuan Hasil Revisi I dan Kubus Satuan Hasil Revisi II .... 120

Gambar 45 Wadah Paket Modul Hasil Revisi II ... 121

Gambar 46 Ilustrasi Voume Bangun Ruang Revisi I dan Ilustrasi Volume Bangun Ruang Revisi II ... 121

Gambar 47 Diagram Hasil Tahapan Validasi Ahli Media ... 123

Gambar 48 Kunci Jawaban Sebelum Revisi dan Kunci Jawaban Setelah Revisi Produk Utama ... 125

Gambar 49 Daftar Isi Terkait Alat Peraga Sebelum Revisi Produk Utama dan Alat Peraga Sebelum Revisi Produk Utama ... 126

Gambar 50 Daftar Isi Terkait Alat Peraga Setelah Revisi Produk Utama dan Alat Peraga Setelah Revisi Produk Utama ... 127

Gambar 51 Alat Peraga Sebelum Revisi Produk Utama dan Alat Peraga Setelah Revisi Produk Utama ... 128

Gambar 52 Wadah Tas untuk Paket Modul ... 129

Gambar 53 Penyusunan Soal Tes Akhir Sebelum Revisi Produk Akhir ... 132

Gambar 54 Penyusunan Soal Tes Akhir Setelah Revisi Produk Akhir ... 133

Gambar 55 Revisi Akhir Halaman Sampul ... 134


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Validasi Ahli Materi Tahap Pertama ... 145

Lampiran 2 Hasil Validasi Ahli Materi Tahap Kedua ... 148

Lampiran 3 Hasil Validasi Ahli Materi Tahap Ketiga ... 151

Lampiran 4 Hasil Validasi Ahli Media Tahap Pertama ... 154

Lampiran 5 Hasil Validasi Ahli Media Tahap Kedua ... 157

Lampiran 6 Hasil Validasi Ahli Media Tahap Ketiga ... 160

Lampiran 7 Rincian Revisi Bagian Ayo Mencoba Materi Tahap I ... 163

Lampiran 8 Rincian Hasil Revisi Produk Operasional ... 170

Lampiran 9 Surat Permohonan Validasi Ahli Materi ... 174

Lampiran 10 Surat Permohonan Validasi Ahli Media ... 175

Lampiran 11 Surat Keterangan Validator Intrumen Ahli Materi ... 176

Lampiran 12 Hasil Validasi Instrumen Ahli Materi ... 177

Lampiran 13 Surat Keterangan Validator Intrumen Ahli Media ... 178

Lampiran 14 Surat Keterangan Validator Intrumen Angket Respon Siswa ... 179

Lampiran 15 Hasil Validasi Instrumen Angket Respon Siswa ... 180

Lampiran 16 Surat Keterangan Validator Ahli Materi ... 182

Lampiran 17 Surat Keterangan Validator Ahli Media ... 183

Lampiran 18 Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... 184

Lampiran 19 Surat Izin Penelitian dari Balaikota Yogyakarta ... 185

Lampiran 20 Surat Keterangan Penelitian dari SD N Tukangan ... 186

Lampiran 21 Angket Respon Siswa Tahap Uji Coba Lapangan Awal ... 186

Lampiran 22 Angket Respon Siswa Uji Coba Lapangan Utama ... 188

Lampiran 23 Angket Respon Siswa Uji Coba Lapangan Operasional ... 191

Lampiran 24 Tabel Hasil Uji Coba Lapangan Awal ... 193

Lampiran 25 Tabel Hasil Uji Coba Lapangan Utama ... 193

Lampiran 26 Tabel Hasil Uji Coba Lapangan Operasional ... 194

Lampiran 27 Dokumentasi Tahap Uji Coba Lapangan Awal ... 196

Lampiran 28 Dokumentasi Tahap Uji Coba Lapangan Utama ... 196

Lampiran 29 Dokumentasi Tahap Uji Coba Lapangan Operasional ... 197 Halaman


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan awal bagi anak, khususnya Indonesia. Hal ini sejalan dengan pendapat Suharjo (2006: 8) bahwa

tujuan pendidikan SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar “baca tulis hitung”, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat serta sesuai dengan

perkembangan anak. Berdasarkan pendapat tersebut, berhitung merupakan salah satu kemampuan dasar yang diajarkan di SD. Kemampuan ini diasah melalui mata pelajaran matematika.

Matematika merupakan mata pelajaran yang berisi tentang struktur, hubungan, maupun konsep kehidupan yang abstrak, akan tetapi dibahas dengan pemikiran yang logis (Prihandoko, 2006: 9). Selain itu, masih menurut Prihandoko (2006: 1) matematika merupakan ilmu yang memiliki rangkaian sebab-akibat. Hal ini dikarenakan matematika merupakan mata pelajaran yang digunakan untuk memperjelas ilmu-ilmu yang lain dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, konsep-konsep dalam matematika harus dipelajari secara benar, sehingga tidak menimbulkan kesalahan pada konsep selanjutnya ataupun menimbulkan kesalahan pada ilmu lain yang terkait.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti, ditemukan adanya kesulitan maupun keterbatasan belajar siswa kelas V SD pada saat proses pembelajaran matematika khususnya materi Bangun Ruang di SD N Tukangan Yogyakarta. Permasalahan yang merujuk pada keterbatasan pembelajaran, yakni


(19)

2

adanya perbedaan pengetahuan dasar matematika siswa dan kemampuan mengajar guru untuk mengakomodasi perbedaan kemampuan matematika siswa. Menurut pengakuan wali kelas V, diketahui bahwa terdapat siswa yang belum menguasai materi perkalian dasar. Oleh karena itu, pembelajaran matematika dengan materi yang lebih kompleks seperti materi bangun ruang yang diajarkan menjadi kurang maksimal.

Bangun ruang merupakan materi yang membahas tentang pengetahuan dasar tentang bangun ruang meliputi pengertian, jenis, sifat, jaring-jaring, dan volume. Berdasarkan Lampiran 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dan SDLB, kurikulum KTSP kompetensi yang harus dicapai siswa dalam materi bangun ruang adalah:

1. Standar Kompetensi (SK) :

4. Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahannya.

6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun 2. Kompetensi Dasar (KD) :

4.1 Menghitung volume kubus dan balok

4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok

6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang

6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana

6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana

Materi bangun ruang di kelas V cukup banyak berdasarkan kompetensi yang harus dicapai. Selain itu, materi bangun ruang merupakan materi konsep dasar yang belum diajarkan pada jenjang kelas sebelumnya. Oleh karena itu, pembelajaran ini menyita waktu dan membuat siswa kesulitan untuk memahami


(20)

3

materi tersebut. Hal ini didukung dengan adanya buku sebagai sumber belajar yang belum banyak membatu siswa belajar, karena menyajikan materi yang masih abstrak. Berikut ini disajikan salah satu contoh buku sumber matematika yang digunakan di sekolah-sekolah.

Gambar 1 Cuplikan Materi pada Buku Pelajaran Matematika BSE (Sumanto,dkk., 2008: 94)

Cuplikan materi pada gambar 1 merupakan cuplikan materi dari buku yang dijadikan sumber belajar utama di kelas V SD N Tukangan Yogyakarta. Cuplikan materi pada gambar 1 menunjukkan bahwa penyajian materi pada buku pelajaran matematika pada umumnya kurang melibatkan kegiatan siswa secara langsung dan tidak menggunakan alat atau bahan yang konkret, sehingga kurang sesuai dengan karakteristik siswa. Mengingat siswa kelas V SD masih dalam taraf berpikir operasional konkret, maka perlu kekonkretan dalam mempelajari sesuatu.

Selain itu, metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan tidak ada pemanfaatan media dalam pembelajaran matematika, menyebabkan pembelajaran yang berlangsung tidak maksimal. Oleh karena itu, diperlukan adanya inovasi pembelajaran yang dapat memaksimalkan pembelajaran matematika.


(21)

4

Dalam KTSP, salah satu upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang dapat dilakukan adalah dalam bentuk pengembangan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 ayat (1) sebagai berikut.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.

Berdasarkan peraturan tersebut, guru dapat mengembangkan materi pelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa. Karakteristik siswa secara umum di kelas V adalah masih dalam tahap operasional konkret (Izzaty, 2013: 104). Karakteristik siswa di kelas V SD N Tukangan secara khusus diketahui bahwa siswa memiliki kemampuan yang berbeda, akan tetapi pembelajaran yang dilakukan sangat terbatas. Keterbatasan yang dialami adalah keterbatasan waktu, dan media pembelajaran, sedangkan materi yang harus diajarkan sangat banyak.

Bahan ajar cetak terdiri dari berbagai macam jenis. Salah satu jenis bahan ajar cetak adalah modul. Modul menurut Russel (Sungkono, dkk., 2003: 6) adalah suatu paket belajar yang berisi satu unit bahan pelajaran. Fungsi modul adalah sarana belajar yang bersifat mandiri agar siswa dapat belajar dengan kecepatan belajar masing-masing (Daryanto, 2013: 9).

Modul pembelajaran adalah bahan ajar cetak yang sering dijumpai di sekolah. Modul pembelajaran memiliki karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan dan motivasi belajar siswa. Menurut Daryanto (2013: 9-11), modul pembelajaran sesuai kebutuhan dan motivasi belajar siswa apabila memiliki


(22)

5

karakteristik, yakni self intruction (belajar mandiri), self-contained (serba lengkap), stand alone (berdiri sendiri), adaptif, dan user friendly (bersahabat). Modul pembelajaran yang berisikan pengetahuan lengkap dan berdiri sendiri dalam mata pelajaran matematika selayaknya memberikan siswa pembelajaran langsung dan konkret.

Pendekatan Montessori merupakan salah satu pendekatan yang menekankan proses pendidikan learning by doing. Pendekatan yang dicetuskan oleh Maria Montessori ini memiliki doktrin yaitu “Manusia itu berhasil bukan karena sudah diajarkan oleh gurunya, tetapi karena mereka mengalami dan

melakukannya sendiri. Pengalaman adalah guru terbaik” (Magini, 2013: 55).

Doktrin ini lebih dikenal dunia dengan “I know because I do”. Oleh karena itu, pembelajaran dengan pendekatan Montessori sangat mendukung terciptanya pembelajaran konkret dan langsung sesuai dengan perkembangan siswa SD yaitu operasional konkret.

Berdasarkan latar belakang yang sudah peneliti jelaskan di atas, peneliti mencoba melakukan penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Modul Pembelajaran Bangun Ruang dengan Pendekatan Montessori Untuk Kelas V SD Negeri Tukangan Yogyakarta”, untuk membantu kesulitan belajar siswa agar sesuai perkembangan belajar siswa dan kebutuhan belajar siswa.


(23)

6 B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah yang dijumpai di kelas V SD N Tukangan Yogyakarta sebagai berikut.

1. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi Bangun Ruang dalam mata pelajaran matematika.

2. Adanya keterbatasan guru dalam memaksimalkan pembelajaran, dengan perbedaan pengetahuan matematika siswa yang berbeda.

3. Adanya keterbatasan penggunaan media pembelajaran dan sumber pembelajaran dalam pembelajaran matematika, khususnya materi bangun ruang.

4. Buku matematika sebagai sumber belajar belum banyak membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam memahami materi bangun ruang karena penyajian materi yang masih abstrak. Mengingat siswa kelas V SD masih dalam taraf berpikir operasional konkret.

C. Pembatasan Masalah

Dari permasalahan yang teridentifikasi tidak semua diteliti. Penelitian ini dibatasi pada masalah agar terfokus dan mendalam maka penelitian ini dibatasi pada: 1. Adanya keterbatasan guru dalam memaksimalkan pembelajaran, dengan

perbedaan pengetahuan matematika siswa yang berbeda.

2. Buku matematika sebagai sumber belajar belum banyak membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam memahami materi bangun ruang karena


(24)

7

penyajian materi yang masih abstrak. Mengingat siswa kelas V SD masih dalam taraf berpikir operasional konkret.

D.Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut

“Bagaimana menghasilkan modul pembelajaran Bangun Ruang dengan Pendekatan Montessori dalam pembelajaran matematika di kelas V SD Negeri Tukangan Yogyakarta?”

E. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan modul pembelajaran bangun ruang dengan pendekatan Montessori yang layak digunakan oleh siswa kelas V SD Negeri Tukangan Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain: 1. Bagi Siswa

a. Modul pembelajaran ini dapat membantu siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran secara mandiri dalam materi bangun ruang.

b. Modul ini dapat memfasilitasi pembelajaran bagi siswa dengan pembelajaran langsung dan konkret sesuai perkembangannya.


(25)

8 2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat membantu guru untuk menyampaikan materi matematika secara efektif di kelas.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menambah ketersediaan media pembelajaran atau bahan ajar mata pelajaran matematika yang ada di sekolah.

G. Asumsi Pengembangan

Modul matematika pendekatan Montessori bangun ruang untuk siswa kelas V SD ini dikembangkan berdasarkan asumsi yang mendasarinya, antara lain:

a. Usia sekolah dasar merupakan usia belajar dalam masa operasional konkret, maka diperlukan pembelajaran langsung yang melibatkan siswa dan pembelajaran yang konkret.

b. Kemampuan akademis siswa yang berbeda dapat diakomodasi demham pembelajaran mandiri.

c. Modul merupakan bahan ajar mandiri yang memiliki karakteristik berdiri sendiri, self contained, self instruction, adaptif, dan akrab, sehingga dapat mewadahi pembelajaran mandiri dan lengkap bagi sisiwa.

d. Pendekatan Montessori merupakan pendekatan yang menekankan learning by doing, sehingga dapat mewadahi pembelajaran mandiri, langsung, konkret dan aktif bagi siswa.


(26)

9

e. Modul bangun ruang dengan pendekatan Montessori merupakan bahan ajar mandiri yang lengkap disertai dengan alat peraga praktis sehingga dapat menciptakan proses belajar yang mengedepankan learning by doing.

H. Spesifikasi Modul

Spesifikasi produk modul yang peneliti kembangkan untuk membantu kesulitan belajar matematika siswa agar sesuai perkembangan belajar siswa dan kebutuhan belajar siswa sebagai berikut.

1. Produk berupa modul matematika materi bangun ruang terdiri dari:

a. Cover dengan desain grafis berisikan teks dan gambar yang relevan dengan isi modul. Kertas yang digunakan adalah Ivory 230gr dengan ukuran B5 (21 cm x 29,7 cm).

b. Isi modul berisi materi, contoh dan gambar yang cukup dan relevan dengan materi. Kertas yang digunakan adalah HVS 70gr dengan ukuran B5 (21 cm x 29,7 cm).

c. Alat peraga modul merupakan kertas Ivory 230gr yang berisi gambar berbagai jaring-jaring bangun ruang yang dapat digunting dan dibentuk menjadi bangun ruang tiga dimensi.

2. Modul mata pelajaran matematika dengan pendekatan Montessori berisikan materi bangun ruang untuk kelas V SD. Berikut isi rancangan modul, memuat hal-hal sebagai berikut:


(27)

10

a. Pengantar: berisi motivasi bagi siswa (pembaca) untuk semangat dalam mempelajari hal baru dan langkah-langkah penggunaan modul pembelajaran bangun ruang yang dikembangkan.

b. Daftar Isi: daftar halaman isi modul.

c. Tujuan pembelajaran/cakupan materi: berisi tujuan pembelajaran dengan modul sesuai dengan kurikulum KTSP, yaitu:

1) Setelah mempelajari materi volume bangun ruang pada modul dan menggunakan alat peraga, siswa dapat menghitung volume kubus dan balok 2) Setelah siswa menggunakan alat peraga volume pada modul, siswa dapat

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok pada soal latihan

3) Setelah mempelajari materi jenis bangun ruang pada modul dan menggunakan alat peraga, siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang sederhana 4) Setelah mempelajari materi jaring-jaring bangun ruang pada modul dan

menggunakan alat peraga, siswa dapat menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana

5) Setelah mempelajari materi pada modul dan menggunakan alat peraga, siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana

d. Kegiatan Siswa : berisi langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan siswa. e. Halaman alat peraga: berisi alat-alat kegiatan belajar.

f. Materi: berisi analogi yang harus diselesaikan oleh siswa.


(28)

11

h. Kunci Jawaban: berisi kunci jawaban soal latihan pada modul.

3. Modul mata pelajaran matematika materi bangun ruang dengan pendekatan Montessori merupakan bahan ajar yang terdiri dari unsur teks dan gambar, instruksi, dan alat peraga sederhana untuk memudahkan siswa belajar matematika materi bangun ruang dengan pembelajaran langsung dan konkret. 4. Produk yang dikembangkan peneliti ini dibantu dari beberapa software, yakni:

(1) Corel Draw X5 untuk kegiatan layout, mengatur komposisi/ketepatan teks, gambar, dan warna, dan (2) Microsoft Word untuk penyusunan draft isi modul.


(29)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Matematika 1. Pengertian Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan kemampuan keterampilan hidup sehari-hari bagi siswa. National Research Council (1989: 46) menyebutkan bahwa “Elementary school is where children learn the mathematical skills needed for daily life”. Oleh karena itu, pembelajaran matematika sekolah dasar merupakan pembahasan materi matematika yang sederhana. Pembelajaran ini membekali siswa sekolah dasar dalam melaksanakan perannya dalam kehidupan sehari-hari, maupun bekal memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.

Menurut pendapat lain, mathematics is the key of opportunity (NRC, 1989: 1). Istilah tersebut berarti matematika adalah kunci kearah peluang. Peluang yang dimaksud adalah peluang keberhasilan. Saat ini, matematika berkontribusi dalam banyak aspek kehidupan seperti kesehatan, pendidikan, keuangan, penelitian, industry, maupun perdagangan. Oleh karena itu, mempelajari matematika bagi siswa sekolah dasar sangat penting untuk membuka peluang keberhasilan selanjutnya.

Sejalan dengan NRC, Reys, dkk (1984) menyebutkan bahwa matematika menurut hakekatnya adalah ilmu pengetahuan yang berisi tentang struktur-struktur, konsep-konsep, maupun hubungan-hubungan yang bersifat abstrak, namun pembahasannya dibahas dengan pemikiran yang logis (Prihandoko, 2006: 9). Menurut Subarinah (2006: 1) matematika merupakan ilmu pengetahuan yang


(30)

13

mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Matematika disebut abstrak dikarenakan dalam penggunaannya matematika meng-abstrakkan benda konkret menggunakan simbol-simbol yang telah ditentukan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran di sekolah dasar matematika dikatakan sebagai mata pelajaran yang sulit dan tidak disukai oleh siswa.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang anak atau siswa dapat menguasai keterampilan hidup dilakukan secara bertahap, karena antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain merupakan ilmu yang saling terkait. Matematika merupakan ilmu yang menyempurnakan pemahaman terhadap ilmu lain, baik ilmu sosial, alam, ekonomi, maupun keterampilan hidup sehari-hari. Berdasarkan pendapat Suharjo (2006: 8) tujuan pendidikan SD adalah untuk membekali anak atau siswa keterampilan dasar hidup. Pendapat tersebut mendukung bahwa pembelajaran matematika yang baik di SD sangat perlu dilakukan untuk mewujudkan tujuan utama pendidikan SD.

2. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar

Matematika di sekolah dasar mempunyai tujuan utama yaitu memberikan keterampilan hidup dasar bagi siswa. Hal ini didukung oleh pendepat National Research Council (1989: 46) menyebutkan bahwa “Elementary school is where children learn the mathematical skills needed for daily life”. Oleh karena itu, pembelajaran matematika sekolah dasar berisi tentang materi dasar untuk membekali siswa sekolah dasar dalam melaksanakan perannya dalam kehidupan sehari-hari, maupun bekal memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.


(31)

14

Sejalan dengan NRC, National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyebutkan bahwa standar pembelajaran matematika di sekolah ada dua, yaitu standar isi (Content Standards) dan standar proses (Process Standards). Standar isi berdasarkan NCTM disusun berdasarkan kelas atau usia peserta didik. Standar isi tersebut meliputi angka dan operasi angka; aljabar; geometri; pengukuran; dan analisis data serta peluang. Sedangkan ruang lingkup pembelajaran matematika di SD dalam kurikulum KTSP (2006) meliputi bilangan, geometri, pengukuran, dan pengolahan data. Sedangkan standar proses menurut NCTM adalah pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), keterkaitan (connections), komunikasi (communication), dan representasi (representation). Pendidikan di Indonesia berdasarkan Lampiran 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dan SDLB disebutkan bahwa pembelajaran matematika di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dantepat, dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, ataumenjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau medialain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Pendapat diatas saling terkait dengan tujuan yang sama, yaitu mendidik siswa sekolah dasar untuk bekal siswa itu sendiri. Oleh karena itu, siswa SD


(32)

15

dalam rangka memenuhi berbagai tujuan pembelajaran matematika dan ruang lingkupnya dalam kurikulum KTSP memerlukan langkah-langkah tertentu. Hal ini dikarenakan siswa SD mendapatkan pengetahuan dasar dalam kehidupan dimulai dari pendidikan SD. Menurut Heruman (2008: 2-3) langkah-langkah pembelajaran matematika di SD yaitu:

a. Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep)

Pada tahap ini dilakukan pembelajaran tentang konsep baru matematika bagi siswa. Dalam pembelajaran penanaman konsep adanya alat peraga atau media yang mendukung sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan pada tahap ini siswa SD dalam proses menghubungkan antara konsep konkret siswa dengan konsep baru matematika yang bersifat abstrak. Dalam kurikulum baik KTSP maupun Kurikulum 2013 tahap ini biasanya berada dalam tahap kompetensi kognitif mengenal.

b. Pemahaman Konsep

Pada tahap ini siswa melanjutkan proses pembelajaran matematika yang lebih rumit, namun masih dalam pokok bahasan materi yang sama. Pada tahap pemahaman konsep siswa dianggap telah mengenal materi dengan baik, sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat masuk ke tahap yang lebih sulit.

c. Pembinaan Keterampilan

Pembinaan keterampilan dilakukan setalah semua siswa telah dianggap melewati penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam pembelajaran sebelumnya. Dalam tahap ini siswa diajarkan tentang penyelesaian masalah atau soal dari konsep atau materi yang sama, tetapi dikolaborasikan dengan keterampilan yang lain, misalnya dikolaborasikan dengan keterampilan siswa menjumlahkan


(33)

16

bilangan, mengalikan bilangan, maupun mengidentifikasi berbagai ciri bangun matematika.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bagian Ketiga Standar Proses Pasal 19 Ayat (1) dan (3) proses pembelajaran di Indonesia harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menarik, efektif, dan efisien bagi guru maupun siswa. Oleh karenanya, dalam mengembangkan pembelajaran matematika SD mengetahui landasan kurikulum berupa tujuan, ruang lingkup, dan langkah pembelajaran yang baik menurut para ahli harus diperhatikan. Adanya perencanaan yang baik dalam proses pembelajaran dan perangkat pembelajarannya mendukung munculnya siswa lulusan SD yang sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan di Indonesia.

3. Standar Isi Matematika SD pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar isi yang menjadi acuan pengembangan modul pembelajaran untuk siswa kelas V SD ini adalah standar isi berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2006. Standar isi yaitu ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang pendidikan dan pendidikan tertentu (dikutip dari PP No 19 tahun 2005).

Standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk kelas V SD pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi tentang bangun ruang yang


(34)

17

disajikan dalam modul bangun ruang pendekatan Montessori untuk siswa kelas V SD tertera dalam tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika untuk Kelas V Materi Bangun Ruang pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Modul Bangun Ruang Pendekatan Montessori

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Pokok

4. Menghitung

volume kubus

dan balok dan menggunkannya dalam

pemecahannya.

4.1 Menghitung

volume kubus

dan balok 4.2 Menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan volume kubus dan balok

4.1.1 Volume kubus

4.1.2 Volume balok

4.2.1 Penerapan volume kubus dalam kehidupan sehari-hari

4.2.2 Penerapan volume balok dalam kehidupan sehari-hari

6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang 6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana 6.5 Menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan bangun datar dan

bangun ruang

sederhana

6.2.1 Mengenal Bangun ruang

kubus dan balok

6.2.2 Mengidentifikasi sifat bangun ruang kubus

6.2.3 Mengidentifikasi sifat bangun ruang balok

6.2.4 Mengidentifikasi sifat bangun ruang prisma segitiga 6.2.5 Mengidentifikasi sifat bangun

ruang tabung

6.2.6 Mengidentifikasi sifat bangun ruang kerucut

6.2.7 Mengidentifikasi sifat bangun ruang limas segi empat 6.2.8 Mengidentifikasi sifat bangun

ruang limas segi tiga 6.2.6 Menggambar bangun ruang

dengan benar

6.3.1 Menentukan jaring-jaring kubus

6.3.2 Menentukan jaring-jaring balok

6.3.3 Menentukan jaring-jaring prisma segitiga

6.3.4 Menentukan jaring-jaring tabung

6.3.5 Menentukan jaring-jaring limas segi empat

6.3.6 Menentukan jaring-jaring limas segi tiga

6.5.1 Mengidentifikasi variasi

jaring-jaring bangun


(35)

18

B. Kajian Tentang Karakteritik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Anak-anak pada usia SD berada dalam usia antara 6-12 tahun. Pada usia ini siswa SD termasuk dalam akhir masa kanak-kanak (late childhood) (Hurlock, 1980: 146). Menurut para pendidik pada masa ini merupakan periode kritis, maksudnya pada masa ini anak membentuk apa yang akan dibawa sampai dewasa. Biasanya jika pada masa ini anak pandai dalam bidang akademis, maka anak tersebut pandai dalam akademis hingga usia dewasa. Hal ini sama berlaku dalam bidang bakat yang lain.

Dalam pendapat lain Izzaty (2013: 115) menyebutkan bahwa ciri-ciri masa kanak-kanak akhir, terutama anak pada masa kelas tinggi Sekolah Dasar adalah: 1. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari

2. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis

3. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus

4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah

5. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Dalam usaha mengakomodasi kebutuhan pembelajaran anak pada masa kanak-kanak akhir Marsh (dalam Izzaty, 2013: 116) menyebutkan bahwa pembelajaran di SD selayaknya menggunakan strategi sebagai berikut.

1. menggunakan barang-barang yang konkret, 2. menggunakan alat-alat visual

3. menggunakan contoh yang akrab dengan dunia anak atau lingkungan sekitar anak,


(36)

19

4. menjamin penyajian materi secara singkat dan terorganisir, dan 5. memberikan latihan nyata dalam latihan penyelesaian masalah.

Implementasi pendapat Marsh terkait strategi pembelajaran berlandaskan ciri atau karakteristik anak pada masa kanak-kanak akhir ini diwujudkan dalam pengembangan modul pembelajaran matematika. Pengembangan modul pembelajaran matematika berdasarkan pendekatan Montessori ini disusun dengan berbagai penyesuaian dengan karakteristik anak. Penyesuaian tersebut diantaranya penyusunan modul disertai dengan alat peraga praktis, penyelesaian masalah berinteraksi dengan lingkungan, serta pengembangan modul ini menghargai perbedaan individu dalam tingkat pemahaman materi atau kecepatan belajar.

Modul pembelajaran matematika berdasarkan pendekatan Montessori sangat sesuai dengan karakteristik siswa kelas V SD yang berada dalam masa kanak-kanak akhir. Penggunaan modul ini mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman secara langsung, sehingga keingintahuan dan perkembangan anak dapat berjalan secara berdampingan. Dalam penyajian materi dalam modul ini juga disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Dalam modul ini siswa diberikan fasilitas berupa alat peraga yang praktis dan sederhana. Adanya media atau alat peraga ini bertujuan untuk memberikan materi yang lebih konkret bagi siswa. Selain itu, modul ini dapat digunakan secara luwes bagi masing-masing siswa sesuai dengan tingkat kecepatan belajar siswa.


(37)

20 C. Kajian Tentang Pendekatan Montessori 1. Pengertian Pendekatan Montessori

Pendekatan Montessori merupakan salah satu pendekatan dalam dunia pendidikan yang dicetuskan oleh Maria Montessori. Inti gagasan pendidikan Maria Montessori adalah: pertama, pengakuan yang jelas terhadap pentingnya pengaruh rangsangan awal bagi proses pembelajaran masa berikutnya; kedua, konsep tentang periode-periode sensitif, atau fase-fase perkembangan, ketika kegiatan-kegiatan dan bahan-bahan tertentu sesuai untuk mempelajari keterampilan-keterampilan motorik dan kognitif yang spesifik; ketiga, pengakuan bahwa pembelajaran bersifat kompleks dan beraneka segi dan melibatkan beragam kegiatan; dan keempat, pengakuan bahwa sekolah harus menjadi bagian dari komunitas dan harus melibatkan para orang tua agar pengajaran berjalan efektif (Montessori, 2013: 65). Dari berbagai deskripsi kegiatan pembelajaran yang dipaparkan Montessori dalam kegiatan pelatihan keterampilan hidup sehari-hari, pelatihan indra, dan pengembangan bahasa dapat diperoleh ciri yang paling menonjol adalah bahwa pendekatan Montessori selalu menyiapkan segala bahan kegiatan pembelajarannya sehingga kegiatan siswa sangat terarah pada pembelajaran yang akan dilakukan. Berdasarkan pendapat Montessori kegiatan anak atau peserta didik harus bersifat formal yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, bukan semata untuk bermain (Montessori, 2013: 49-51). Selain itu, inti dari pendekatan Montessori adalah pembelajaran yang berhasil merupakan pembelajaran yang melakukan kegiatannya secara berulang-ulang, sehingga anak terbiasa dengan pembelajaran tersebut (Hainstock, 1999: h7).


(38)

21

Penerapan pendekatan Montessori dalam modul yang dikembangkan ditonjolkan dalam penyajian materi yang disertai alat peraga. Alat peraga yang digunakan berasal dari guru dan disertai instruksi kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan merupakan perwujudan kegiatan formal teratur. Penyajian materi ini berlandaskan doktrin dan motto Montessori dalam teori pendidikannya.

2. Karakteristik Pendekatan Montessori

Pendekatan pendidikan yang satu dengan yang lainnya memiliki karakteristik khas masing-masing. Hal ini sama berlaku dengan pendekatan yang dicetuskan oleh Montessori. Pendekatan Montessori memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.

a. Dalam pendekatan Montessori siswa didorong untuk melakukan tugas-tugas pembelajaran secara langsung dengan menggunakan bahan-bahan yang disediakan atau bahan-bahan di lingkungan sekitar (Montessori, 2013: 52). b. Alat peraga atau bahan yang telah didesain mampu menjawab kesalahan anak

tanpa penjelasan guru, sehingga anak melaksanakan pembelajaran dan kegiatannya sendiri (Magini, 2013: 54-55)

c. Menurut Stevens untuk mengatisipasi perbedaan perkembangan siswa dalam memahami materi, guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa diarahkan untuk melaksanakan kegiatan secara urut dan runtut secara individu, sehingga semua siswa memiliki pengalaman secara langsung (Montessori, 2013:52). Sedangkan menurut Magini (2013: 55) guru dalam lingkup pendekatan Montessori tidak lagi disebut guru, melainkan direktris karena fungsi guru lebih sebagai pengarah, fasilitator, dan observator atau pengamat.


(39)

22

d. Dalam pembelajaran dalam pendekatan Montessori tidak ada hukuman, karena tujuan pendidikan dalam Montessori adalah untuk kemadirian anak (Magini, 2013: 54).

e. Motto pendekatan Montessori adalah “Tak ada orang bebas, kecuali dia

MANDIRI” (Magini, 2013:54).

f. Doktrin yang diajarkan Montessori adalah “Manusia itu berhasil bukan karena sudah diajarkan oleh gurunya, tetapi karena mereka mengalami dan

melakukannya sendiri. Pengalaman adalah guru terbaik” (Magini, 2013: 55). g. Pola-pola pembelajaran Montessori yang berkesinambungan harus dipatuhi,

karena pembelajaran yang baik berasal dari pengulangan dan penanganan materi yang berulang-ulang begitu anak melihat dan memahami alasannya (Hainstock, 1999: 7).

h. Pembelajaran terdiri dari tiga tahap, yaitu: pengenalan identitas (recognition of identify), pengenalan sesuatu yang berbeda-beda (recognition of contrasts), dan membedakan antara benda-benda yang serupa (discrimination between similar objects) (Hainstock, 1999: 9).

i. Proses pendidikan seharusnya diselenggarakan dalam lingkungan yang tertata dan terstruktur. Semua kegiatan yang dilakukan anak tidak dilakukan hanya untuk bermain semata, tetapi semua kegiatan anak bertujuan untuk mencapai tujuan pengajaran yang sedang dilakukan (Montessori, 2013: 25).

j. Pendidikan sangat efektif ketika berdekatan dengan keluarga dan orangtua (Montessori, 2013: 25).

Modul pembelajaran yang baik merupakan modul pembelajaran yang menyajikan materi secara mendalam serta dapat memenuhi kebutuhan belajar


(40)

23

siswa dengan kemampuan masing-masing. Dalam pendekatan Montessori siswa atau peserta didik diperlakukan dengan didikan yang mandiri namun formal. Dalam pendekatan ini siswa dijunjung perbedaan individualnya, namun terbatas dengan aturan formal pembelajaran untuk menyelesaikan materi pembelajaran yang ditargetkan. Dalam modul matematika tentang bangun ruang siswa diinstruksikan untuk mengikuti kegiatan yang tertulis dan terbatas, namun siswa dapat mengukur dan mengembangkan kemampuan belajar mereka masing-masing.

3. Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Berdasarkan Pendekatan Montessori di Kelas V Sekolah Dasar

Pengembangan modul pembelajaran matematika bangun ruang pada penelitian ini mengacu pendekatan pembelajaran Montessori. Pengembangan pembelajaran matematika berdasarkan pendekatan Montessori di sekolah dasar sebelumnya telah dilakukan oleh Elizabeth G. Hainstock yang berpendapat bahwa kesinambungan pendekatan pendidikan sangat penting. Menurut Hainstock (1999: 9) terdapat tiga tahap penting dalam pendekatan Montessori yaitu:

a. Tahap pertama : pengenalan identitas (recognition of identify)

Contoh: Buatlah hubungan antara benda yang sedang ditunjukkan dan

namanya. “Ini adalah ________.”

b. Tahap kedua : pengenalan sesuatu yang berbeda-beda (recognition of contrasts)

Contoh: Untuk meyakinkan bahwa anak memahami, misalnya dengan

mengatakan “Berikan saya______.”

c. Tahap ketiga : membedakan antara benda-benda yang serupa (discrimination between similar objects)

Contoh: Perhatikan apakah anak ingat sendiri namanya, tunjukkan


(41)

24

Tahap-tahap tersebut merupakan tahap pendekatan Montessori yang harus dilakukan. Jika anak kelihatannya tidak memahami salah satu tahap ini, maka pembelajaran harus diulangi dari tahap pertama dan seterusnya.

Dalam pembelajaran matematika Hainstock (1999: 10-17) menyebutkan bahwa langkah pertama yang dilakukan adalah mengajak anak atau peserta didik untuk membangun keterkaitan materi yang akan diajarkan dengan hobi atau ketertarikan anak. Keterkaitan antara ketertarikan anak dan materi yang diajarkan menumbuhkan antusiasme anak terhadap materi yang diajarkan dengan antusiasme yang besar. Adanya antusiasme anak ini telah membuka kesempatan guru untuk melaksanakan tiga tahap pendekatan Montessori yang telah disebutkan sebelumnya.

Siswa SD memiliki keingintahuan yang sangat besar tentang segala hal. Dalam rangka mengakomodasi keingintahuan siswa SD dalam modul pembelajaran matematika tentang bangun ruang disusun beragam kegiatan yang melibatkan interaksi anak dengan lingkungan. Adanya interaksi dengan lingkungan membuat siswa merasa nyaman dikarenakan pembelajaran yang dilaksanakan merupakan kegiatan yang meningkatkan pengetahuan siswa dengan kehidupan sehari-hari. Dalam kata lain, pembelajaran melalui modul ini disusun bagi siswa agar siswa memaknai pembelajaran matematika yang dapat digunakan dalam mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan nyata.

Pengembangan penyusunan modul matematika ini berupa pengembangan materi berdasarkan pendekatan Montessori sebagai berikut.

a) Modul berisi kegiatan pembelajaran yang menuntun siswa belajar dengan cara learning by doing.


(42)

25

b) Modul yang disusun merupakan modul yang memiliki karakteristik berdiri sendiri, sehingga melatih siswa untuk belajar mandiri dengan adanya petunjuk pembelajaran yang jelas, asah kemampuan yang dilengkapi kunci jawaban, serta alat peraga yang telah disediakan.

c) Adanya alat dan bahan yang konsisten, baik bahan, ukuran, maupun langkah kegiatannya.

d) Materi pembelajaran modul disusun berdasarkan tiga tahap penting dalam pendekatan Montessori menurut Hainstock (1999: 9) yaitu: (a) pengenalan identitas (recognition of identify); (b) pengenalan sesuatu yang berbeda-beda (recognition of contrasts); dan (c) membedakan antara benda-benda yang serupa (discrimination between similar objects).

D. Kajian Tentang Modul Pembelajaran 1. Pengertian Modul Pembelajaran

Proses pembelajaran di kelas terjadi perbedaan kecepatan belajar anak yang satu dengan yang lain merupakan hal yang umum. Perbedaan kecepatan belajar pada siswa tergantung akan kemampuan masing-masing siswa. Pembelajaran di dalam kelas pada umumnya dilaksanakan dalam kecepatan sedang untuk mengakomodasi kemampuan siswa yang satu dengan yang lain. Pembelajaran ini menyebabkan siswa yang memiliki kecepatan belajar lebih tinggi dari siswa lain harus menunggu siswa secara umum menyelesaikan kompetensi yang dibahas.

Berdasarkan pengamatan di lapangan pembelajaran menggunakan bahan ajar tertentu yang dapat mengakomodasi kebutuhan siswa yang berbeda sangat


(43)

26

dibutuhkan. Salah satu jenis bahan ajar yang biasanya digunakan dalam pembelajaran adalah modul. Modul menurut Russel (dalam Sungkono, 2003: 6-7) adalah suatu paket belajar yang berisi satu unit materi pembelajaran secara mendalam. Sedangkan menurut Prastowo (2015: 103-107) modul pada dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa atau peserta didik sesuai dengan kemampuan dan usia mereka. Adanya kemudahan dalam penyajian maupun bahasa dalam modul diharapkan siswa dapat belajar secara mandiri dengan atau tanpa guru.

Pendapat lain disampaikan oleh Daryanto (2013: 9) bahwa modul merupakan bahan ajar yang berisi seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain agar siswa dapat memahami kompetensi tertentu dengan sistematis dan utuh. Dalam modul terdapat instruksi-intruksi kegiatan yang harus dilaksanakan siswa untuk menyelesaikan materi tertentu. Dalam kata lain, siswa dapat belajar dengan dibimbing oleh modul itu sendiri dengan atau tanpa bantuan guru.

Pemahaman siswa dalam pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh kejelasan guru dalam menyampaikan materi. Kejelasan penyampaian materi dalam modul juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Tujuan utama adanya modul pembelajaran adalah untuk mengakomodasi adanya perbedaan kemampuan siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam memahami materi. Adanya modul diharapkan dapat memfasilitasi siswa dengan kemampuan belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang lainnya tidak harus menunggu guru untuk melanjutkan belajar menuju kompetensi selanjutnya. Modul tentunya juga diharapkan dapat membimbing siswa yang masih kurang memahami materi yang


(44)

27

diajarkan guru sebelumnya untuk belajar mandiri. Oleh karena itu, penyusunan modul dengan sistematis, jelas, dan bahasa yang mudah dipahami merupakan hal yang sangat penting.

Manfaat lain dari adanya modul pembelajaran adalah memudahkan guru dalam mengelola waktu pembelajaran dan mendorong siswanya untuk dapat belajar secara mandiri. Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar dalam bentuk modul siswa dapat memiliki pengalaman sendiri dengan mengikuti kegiatan yang diinstruksikan dalam modul. Meskipun demikian peran guru sebagai fasilitator dalam kelas tetap sangat diperlukan oleh siswa ketika memanfaatkan modul sebagai sumber belajar maupun media belajar.

Pengembangan modul matematika dalam kesempatan ini adalah untuk memudahkan guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran. Guru dimudahkan dalam penyajian materi maupun kegiatan yang telah terstruktur. Sedangkan bagi siswa adanya modul ini dapat memenuhi pembelajaran yang diinginkan siswa dengan kemampuan mereka masing-masing.

2. Fungsi Modul Pembelajaran

Penyusunan modul pembelajaran sebagai bahan ajar tentu memiliki fungsi yang lebih dibandingkan bahan ajar yang lain. Secara singkat Daryanto menyatakan bahwa fungsi modul pembelajaran adalah sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri agar siswa dapat belajar dengan kecepatan belajar masing-masing (Daryanto, 2013: 9). Sedangkan menurut Prastowo (2015: 107-108) fungsi modul adalah : (a) bahan ajar mandiri; (b) pengganti fungsi pendidik; (c) sebagai alat evaluasi; dan (d) sebagai bahan rujukan peserta didik.


(45)

28

a. Bahan ajar mandiri. Modul berfungsi sebagai bahan ajar mandiri karena adanya modul dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar sendiri tanpa tergantung kehadiran guru. Hal ini dikarenakan dalam modul, materi yang sedang dibahas telah disajikan secara mendalam dan mudah dipahami oleh siswa.

b. Pengganti fungsi pendidik. Fungsi modul sebagai pengganti fungsi pendidik adalah bahwa modul sebagai bahan ajar diharuskan untuk dapat menyajikan materi dengan sistematis, mendalam, dan mudah dipahami sesuai dengan usia siswa.

c. Fungsi modul sebagai alat evaluasi adalah adanya modul dapat membantu siswa untuk mengukur kemampuannya sendiri terkait penguasaan materi dalam modul tersebut.

d. Fungsi modul sebagai bahan rujukan bagi siswa maksudnya adalah dalam modul diharuskan untuk menyajikan materi secara mendalam, sehingga siswa dapat menggunakan modul sebagai bahan ajar yang lengkap.

Pengembangan modul matematika bangun ruang dengan pendekatan Montessori menyajikan materi berlandaskan fungsi mendasar yang diajukan oleh ahli. Penyajian materi dalam modul ini dilakukan secara mendalam, sistematis, dan mudah dipahami siswa dengan validasi ahli dan uji coba.

3. Tujuan Modul Pembelajaran

Tujuan utama disusun modul pembelajaran pada penelitian ini adalah untuk mengakomodasi adanya perbedaan kemampuan siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam memahami materi. Adanya modul diharapkan dapat


(46)

29

memfasilitasi siswa dengan kemampuan belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang lainnya tidak harus menunggu guru untuk melanjutkan belajar menuju kompetensi selanjutnya. Penyusunan modul pembelajaran menurut Prastowo (2015: 108-109) memiliki beberapa tujuan, yaitu:

a. Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri dengan atau tanpa bimbingan pendidik (yang minimal).

b. Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran.

c. Melatih kejujuran peserta didik.

d. Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta didik. Bagi peserta didik yang kecepatan belajarnya tinggi, maka mereka dapat belajar lebih cepat pula. Sebaliknya, bagi yang lebih lambat maka peserta diberikan wadah untuk mendalami kembali dengan panduan modul.

e. Agar peserta didik mampu mengukur tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari.

Sedangkan dalam Suryosubroto (1983: 18-19) maksud dan tujuan digunakannya modul dalam proses pembelajaran adalah agar :

a. tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif,

b. murid dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya sendiri,

c. murid dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan kegiatan belajar sendiri, baik di bawah bimbingan atau tanpa bimbingan guru,

d. murid dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri secara berkelanjutan,

e. murid menjadi benar-benar menjadi titik pusat kegiatan pembelajaran,

f. kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir, dan

g. modul disusun dengan berdasar kepada konsep “mastery learning” suatu konsep yang menekankan bahwa murid harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam modul.

Pengembangan modul matematika bangun ruang dengan pendekatan Montessori diadaptasikan dengan tujuan penyusunan modul menurut ahli. Dalam rangka memenuhi tujuan penyusunan modul, modul matematika bangun ruang yang dikembangkan disusun untuk memenuhi beberapa karakteristik modul menurut ahli. Penyesuaian modul yang dikembangkan dengan karakteristik modul yang


(47)

30

baik menurut Daryanto (2013: 9-10) dilaksanakan dengan proses validasi dan uji coba.

4. Karakteristik Modul Pembelajaran

Modul pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini merupakan bahan ajar yang harus memenuhi fungsi modul menurut ahli. Oleh karena itu, modul matematika bangun ruang dengan pendekatan Montessori yang disusun haru memenuhi karakteristik: (a) self instruction; (b) self contained; (c) berdiri sendiri (stand alone); (d) adaptif; dan (e) bersahabat/akrab (user friendly) (Daryanto, 2013: 9-10).

a. Self Instruction

Self Instruction merupakan karakteristik dari modul bahwa modul pembelajaran harus dapat digunakan dalam proses pembelajaran mandiri bagi siswa. Oleh karena itu, dalam modul yang dikembangkan tertera berbagai komponen sebagai berikut.

1) Halaman cakupan materi: memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian standar kompetensi dan Kompetensi dasar; 2) Halaman Ayo Perhatikan: memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam

unit-unit kegiatan yang kecil dan spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas;

3) Halaman Ayo Mencoba: tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran;

4) Halaman Ayo Asah Kemampuanmu: terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan mengukur penguasaan peserta didik;


(48)

31

5) Halaman Alat Peraga: kontekstual atau disesuaikan dengan keadaan dalam dunia nyata atau lingkungan peserta didik;

6) menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif; b. Self Contained

Modul dapat dikatakan memiliki karakteristik self contained ketika modul tersebut memuat seluruh materi yang harus diselesaikan. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memahami materi secara utuh dan mendalam dalam satu kesatuan modul. Oleh karena itu, dalam modul yang dikembangkan terdapat aat peraga sehingga siswa dapat memahami materi dengan mendalam dan utuh. c. Berdiri Sendiri (Stand Alone)

Sebuah modul dikatakan stand alone atau berdiri sendiri ketika pemanfaatan modul dalam proses pembelajaran tidak membutuhkan bantuan dari bahan ajar lain atau media lain. Oleh karena itu, dalam modul yang dikembangkan terdapat aat peraga sehingga siswa dapat memahami materi dengan tanpa memerlukan adanya bahan ajar dan media lain.

d. Adaptif

Modul yang dikembangkan memiliki fleksibilitas yang tinggi, sehingga dapat digunakan secara luwes dengan beragam alat atau teknologi.

e. Bersahabat/Akrab(User Friendly)

Modul hendaknya bersifat bersahabat atau akrab dengan pemakainya, sehingga pemakai lebih mudah dalam menggunakan modul tersebut. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum merupakan salah satu bentuk user friendly.


(49)

32

Pengembangan modul matematika dengan pendekatan Montessori kali ini diadaptasikan sesuai dengan karakteristik modul self instruction, self contained, berdiri sendiri, adaptif, dan user friendly. Penyesuaian modul yang dikembangan dengan karakteristik modul yang baik menurut Daryanto (2013: 9-10) dilaksanakan dengan proses validasi dan uji coba. Validasi dan uji coba yang dilakukan adalah validasi ahli modul, validasi ahli materi, dan uji coba terhadap siswa kelas V SD N Tukangan Yogyakarta.

5. Elemen Mutu Modul

Menurut pendapat Daryanto (2013: 13-15) untuk menghasilkan modul yang berperan sesuai dengan harapan modul yang dikembangkan harus memenuhi prasyarat, yaitu format, organisasi, daya tarik, spasi kosong, dan konsistensi. Penyusunan modul bangun ruang dengan pendekatan Montessori memperhatikan berbagai elemen mutu modul sebagai berikut.

a. Format

Dalam modul matematika pendekatan Montessori bangun ruang untuk kelas V SD menggunakan format sebagai berikut.

1) Menggunakan format kolom tunggal yang diseimbangkan dengan ukuran kertas yaitu ukuran B5 dan disesuaikan dengan kerapihan modul.

2) Menggunakan format kertas vertikal sesuai dengan tata letak dan format pengetikkan.

3) Menggunakan tanda-tanda (icon) yang mudah ditangkap dan bertujuan untuk menekankan kepada hal penting atau khusus. Modul yang dikembangkan


(50)

33

menggunakan tanda yang mudah ditangkap berupa kartun dan kombinasi warna.

b. Organisasi

Dalam modul matematika pendekatan Montessori bangun ruang untuk kelas V SD menggunakan organisasi sebagai berikut.

1) Menampilkan peta atau bagan yang menggambarkan cakupan materi yang akan dibahas dalam modul.

2) Mengorganisasikan isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang sistematik, sehingga memudahkan siswa memahami materi pembelajaran dalam modul. Dalam modul matematika yang dikembangkan organisasi materi yang disajikan adalah dari mudah ke sulit.

3) Menempatkan ilustrasi dan gambar secara tepat serta alat peraga yang mendukung.

4) Mengorganisasikan antar bab, antar unit dan antar paragraph dengan alur yang sesuai agar memudahkan siswa dalam memahami modul.

5) Mengorganisasikan antara judul, subjudul, dan uraian yang mudah diikuti oleh siswa.

c. Daya tarik

Dalam modul matematika pendekatan Montessori bangun ruang untuk kelas V SD menggunakan daya tarik yang ditempatkan dalam beberapa bagian yaitu:

1) Bagian sampul (cover) dengan mengombinasikan warna, gambar/ilustrasi, bentuk dan ukuran huruf yang serasi.

2) Bagian isi dengan menempatkan rangsangan berupa gambar/ilustrasi, pencetakan huruf (tebal, tipis, miring, garis bawah, warna).


(51)

34 d. Bentuk dan ukuran huruf

Dalam modul matematika pendekatan Montessori bangun ruang untuk kelas V SD penggunaan huruf dengan ketentuan berikut.

1) Menggunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca bagi siswa, serta bukan huruf yang terkesan formal agar lebih menarik bagi siswa

2) Menggunakan perbandingan huruf yang proporsional antar judul, bab, sub bab, dan isi naskah.

3) Menghindari penggunaan huruf kapital pembaca dalam membaca naskah modul untuk seluruh naskah, karena akan menyulitkan bagi pembaca.

e. Ruang (spasi kosong)

Ruang kosong diberikan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuliskan catatan, jeda dalam memahami modul. Selain itu, penempatan ruang kosong dapat membantu kontras tampilan modul. Penempatan ruang dalam modul yang dikembangkan meperhatikan penempatan sebagai berikut.

1) Terdapat spasi atau ruang kosong antara judul dan subbab.

2) Terdapat batas tepi atau margin untuk memfokuskan perhatian pembaca di tengan halaman.

3) Terdapat spasi pada kolom yang disajikan.

4) Pergantian antar paragraf diawali dengan huruf kapiltal. f. Konsistensi

Dalam modul matematika pendekatan Montessori bangun ruang untuk kelas V SD memperhatikan konsistensi dengan cara berikut.

1) Menggunakan bentuk dan huruf secara konsisten dari halaman ke halaman. 2) Menggunakan jarak spasi yang konsisten.


(52)

35

3) Menggunakan tata letak pengetikan yang konsisten, baik pola pengetikan maupun batas-batas pengetikan.

6. Kerangka Modul

Berdasarkan pendapat Daryanto (2013: 24-30) kerangka modul harus disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Kerangka yang sesuai dengan kelayakan isi adalah sebagai berikut.

Kata Pengantar Daftar Isi

Peta Kedudukan Modul Glosarium

I. PENDAHULUAN

a. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar b. Deskripsi

c. Waktu d. Prasyarat

e. Petunjuk Penggunaan Modul f. Tujuan Akhir

g. Cek Penugasan Standar II. PEMBELAJARAN a. Pembelajaran 1 (1-n) 1) Tujuan

2) Uraian Materi 3) Rangkuman 4) Tugas 5) Tes

6) Lembar Kerja Praktik III. EVALUASI

a. Tes Kognitif b. Tes Afektif


(53)

36 c. Tes Psikomotorik

Berdasarkan kebutuhan praktis dalam pembelajaran bagi siswa sekolah dasar dalam pengembangan modul, maka penyusun hanya mencantumkan kerangka penting. Kerangka pengembangan modul ini dimodifikasi sesuai kebutuhan materi dan metode sehingga tujuan pengembangan tercapai.

7. Tahap Pengembangan Modul Pembelajaran

Penelitian pengembangan modul pembelajaran tentang bangun ruang dengan pendekatan Montessori ini dikembangkan mengacu pada tahap pengembangan modul menurut Daryanto. Penyusunan modul menurut Daryanto (2013: 31-52) diperlukan tahap-tahap sebagai berikut.

a. Tahap Perencanaan Penulisan Modul

Pada tahap perencanaan penulisan modul ini penyusun dituntut untuk melaksanakan langkah sesuai dengan Garis-garis Besar Isi Modul (GBIM) sebagai berikut.

1) mengidentifikasi karakteristik peserta didik di SD N Tukangan kelas V melalui observasi dan wawancara,

2) menentukan tujuan umum dan khusus disesuaikan dengan kurikulum KTSP tentang materi bangun ruang di kelas V,

3) menentukan isi dan urutan materi pembelajaran, 4) memilih dan menentukan media, dan


(54)

37

Tahap perencanaan penulisan modul ini termasuk dalam tahap pertama dan kedua dari penelitian yang dilakukan dalam pengembangan modul matematika bangun ruang dengan pendekatan Montessori.

b. Tahap Penulisan Modul

Pada tahap penulisan modul penyusun melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut

1) menyiapkan rancangan penulisan, 2) memulai penulisan,

3) menulis penilaian hasil belajar,

4) memperhatikan keterbacaan modul, dan 5) memperhatikan bahasan modul.

Dalam penelitian pengembangan modul matematika bangun ruang dengan pendekatan Montessori untuk kelas V SD, peneliti melaksanakan tahap penulisan modul pada tahap ketiga langkah penelitian Borg and Gall.

c. Review dan Uji Coba Modul

Tahap review dan uji coba dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan dari beberapa orang terhadap modul yang disusun. Dalam lingkup penelitian yang dilakukan oleh peneliti terkait produk modul yang dikembangkan peneliti melaksanakan tahap ini dengan bantuan beberapa pihak. Dalam tahap review produk modul direview oleh dosen ahli materi matematika dan dosen ahli teknologi pendidikan. Sedangkan tahap uji coba peneliti melibatkan 34 siswa kelas V SD N Tukangan Yogyakarta.


(55)

38 d. Tahap finalisasi dan penggandaan/pencetakan

Tahap ini merupakan tahap terakhir yang dilakukan peneliti setelah modul melalui proses review dan uji coba.

E. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Bangun Ruang dengan Pendekatan Montessori

a. Pengertian Modul Pembelajaran Bangun Ruang dengan Pendekatan Montessori

Pengertian modul pembelajaran bangun ruang dengan pendekatan Montessori tidak jauh berbeda dengan pengertian modul pembelajaran. Modul pembelajaran yang dikembangkan merupakan sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa atau peserta didik sesuai dengan kemampuan dan usia mereka. Modul pembelajaran bangun ruang dengan pendekatan Montessori berbentuk buku atau kumpulan lembaran yang berisi materi tentang bangun ruang. Ukuran modul adalah ukuran kertas B5 dengan jenis kertas disesuaikan dengan kebutuhan. Kertas alat peraga terdiri dari kertas ivory 230 sedangkan kertas materi merupakan kertas HVS.

Produk modul pembelajaran bangun ruang yang dikembangkan mempunyai beberapa spesifikasi, yaitu digunakan oleh siswa kelas V Sekolah Dasar.Modul ini disusun dari beberapa bagian, yaitu: (1) halaman cover; (2) kata pengantar; (3) daftar isi; (4) petunjuk penggunaan modul; (5) peta konsep materi; (6) cakupan materi; (7) hasil akhir pembelajaran; (8) penyajian modul (9) materi; (10) alat peraga; (11) halaman aku bisa; (13) halaman asah kemampuanmu; (12) halaman tes akhir; (13) kunci jawaban; dan (14) daftar pustaka.


(56)

39

Penyusunan spesifikasi modul yang dikembangkan disesuaikan dengan pendapat Daryanto (2013: 9) bahwa modul merupakan bahan ajar yang berisi seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain agar siswa dapat memahami kompetensi tertentu dengan sistematis dan utuh. Dalam modul terdapat instruksi-instruksi kegiatan yang harus dilaksanakan siswa untuk menyelesaikan materi tertentu. Dalam kata lain, siswa dapat belajar dengan dibimbing oleh modul itu sendiri dengan atau tanpa bantuan guru. Oleh karena itu, penyusunan modul ini dilakukan dengan langkah-langkah yang sesuai dengan langkah ilmiah, diantaranya terdapat proses validasi dan uji coba modul.

b. Langkah-langkah Penggunaan Modul Pembelajaran Bangun Ruang dengan Pendekatan Montessori

Petunjuk penggunaan modul pembelajaran yang dikembangkan tidak jauh berbeda dengan penggunaan modul pada umumnya. Perbedaan petunjuk penggunaan modul ini adalah terdapat alat peraga yang harus digunakan untuk melaksanakan instruksi-instruksi yang ada dalam modul. Petunjuk penggunaan modul disertai penggunaan alat peraga merupakan wujud bahwa modul yang disusun merupakan pengembangan yang disesuaikan pendekatan Montessori.

Petunjuk penggunaan modul yang dikembangkan tercantum dalam halaman pengantar modul untuk memudahkan pengguna. Cara penggunaan modul pengembangan ini berpusat kepada siswa sehingga siswa dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kemampuan masing-masing. Adapun petunjuk penggunaan modul pembelajaran bangun ruang dengan pendekatan Montessori adalah sebagai berikut.


(57)

40

a. Siswa harus berdo’a sebelum mempelajari modul pembelajaran ini.

b. Siswa mencari halaman yang berisi materi yang ingin dipelajari dengan melihat daftar isi.

c. Siswa mulai belajar sesuai dengan urutan materi pada modul atau sesuai perintah guru/fasilitator.

d. Setelah siswa mempelajari materi, siswa mengasah kemampuannya dengan mengerjakan soal.

e. Apabila siswa mengalami kesulitan, dalam mempelajari materi pada modul, siswa dapat bertanya kepada guru/orang tua.

F. Penelitian yang Relevan

Sebelum dilakukan penelitian dan pengembangan ini, telah dilakukan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian dan pengembangan ini. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) dengan judul “Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Konsep Pecahan di Kelas V”. Hasil dari penelitian ini adalah berupa modul pembelajaran matematika konsep pecahan di kelas V Sekolah Dasar. Hasil penilaian dari ahli media, ahli materi, maupun uji coba kelompok kecil menunjukkan bahwa modul ini layak digunakan dengan penilaian sangat baik dan efektif untuk meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa kelas V SDN Kauman 3 Malang.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Wibowo (2016) dengan judul

“Pengembangan Modul Pendidikan Kewarganegaraan “Keberagaman Indonesia”


(58)

41

penelitian ini adalah modul memperoleh penilaian ahli materi dengan kategori baik dan penilaian ahli media dengan kategori baik. Berdasarkan hasil uji coba menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan sangat baik dan efektif untuk meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa kelas III SD Al Amin Sinar Putih, Bantul, Yogyakarta.

Berdasarkan penelitian yang relevan tersebut, dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran yang layak dapat digunakan sebagai sumber belajar untuk membantu kesulitan belajar siswa. Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran dengan modul perlu dilakukan dalam dunia pendidikan. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan yang sama, yakni pengembangan pembelajaran dengan modul. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah pada materi yang disajikan yaitu tentang bangun ruang, dan pengembangan modul ini berdasarkan pendekatan Montessori.


(59)

42 G. Kerangka Berpikir

Modul pembelajaran yang dikembangkan layak untuk digunakan sebagai bahan ajar matematika materi bangun ruang kelas V di Sekolah

Dasar

 Adanya keterbatasan guru dalam memaksimalkan pembelajaran, dengan perbedaan pengetahuan matematika siswa yang berbeda.  Buku matematika sebagai sumber belajar belum banyak

membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam memahami materi bangun ruang karena penyajian materi yang masih abstrak. Mengingat siswa kelas III SD masih dalam taraf berpikir operasional kongkrit.

Kebutuhan akan adanya bahan ajar yang dapat memaksimalkan pembelajaran matematika dengan fasilitas pembelajaran yang sederhana,

lengkap, bervariasi, dan menjangkau kemampuan siswa

Solusi Pengembangan:

 Modul Pembelajaran Bangun Ruang: untuk memfasilitasi siswa yang memiliki kemampuan berbeda dengan bahan ajar mandiri dan lengkap.

 berbasis Pendekatan Montessori yang menekankan kegiatan belajar learning by doing.

Bahan ajar berupa modul pembelajaran mendapat kriteria layak dari pakar dan lolos tahap uji coba lapangan untuk digunakan sebagai modul

pembelajaran dalam kegiataan pembelajaran

Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian

Pengembangan Modul Pembelajaran Bangun Ruang dengan Pendekatan Montessori Untuk Kelas V SD Negeri Tukangan Yogyakarta, untuk membantu kesulitan belajar siswa agar sesuai perkembangan belajar siswa dan kebutuhan belajar siswa.


(60)

43 H. Definisi Operasional

Untuk menghindari timbulnya kesalahan persepsi terhadap istilah-istilah pokok dalam penelitian ini maka perlu diberi batasan istilah sebagai berikut.

1. Pengembangan adalah suatu proses untuk menghasilkan produk baru.

2. Modul pembelajaran bangun ruang dengan pendekatan Montessori merupakan sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis berbentuk buku atau kumpulan lembaran yang berisi materi tentang bangun ruang. Modul ini berisi materi, instruksi kegiatan pembelajaran dan alat peraga yang berkaitan dengan materi untuk memberikan pengalaman langsung dan formal bagi siswa sesuai dengan pendekatan Montessori.

Jadi, modul pembelajaran bangun ruang dengan pendekatan Montessori merupakan sebuah bahan ajar tentang materi bangun ruang yang berisi materi, instruksi kegiatan pembelajaran dan alat peraga untuk memberikan pengalaman langsung dan formal bagi siswa.


(61)

(1)

(2)

193

Lampiran 24 Tabel Hasil Uji Coba Lapangan Awal

No. Nama

Indikator

Jml.

Skor

Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

12

13

1.

PI

3 1 3 3 3 3 3 3 2

3

2

2

3

34

2,62

2.

RU

3 3 3 3 3 3 3 3 2

3

3

3

2

37

2,85

Jumlah

6 4 6 6 6 6 6 6 4

6

5

5

5

71

5,47

Rata-rata

3 2 3 3 3 3 3 3 2

3 2,5 2,5 2,5 35,5

2,73

Lampiran 25 Hasil Uji Coba Lapangan Utama

No Nama Indikator Jml

Skor

Rata- rata

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

1.

D

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

2.

PAS

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

3.

AZS

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

4.

AL

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

5.

TNK

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

6.

HMH

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

7.

ACW

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

8.

MBP

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

9.

MRN

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

10.

FWR

3 2 1 3 2 2 1 2 3 3 3 3 2 30 2,31

Jumlah

30 29 28 30 29 29 28 29 30 30 30 30 29 381 29,31


(3)

194

Lampiran 26 Hasil Uji Coba Lapangan Operasional

No Nama Indikator Jml

Skor

Rata- rata

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

1.

B

3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 3 3 3 32 2,46

2.

NZA

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

3.

MN

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

4.

BS

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

5.

RC

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

6.

RA

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

7.

YSLN

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

8.

FNP

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

9.

AIA

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

10.

SPS

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

11.

JRI

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

12.

TNR

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

13.

NAA

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

14.

SA

3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 37 2,85

15.

GAA

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

16.

MIR

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

17.

SIS

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

18.

HRA

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

19.

DA

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

20.

AAC

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

21.

RI

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

22.

ZDI

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3

Jumlah

66 66 66 66 66 66 65 63 64 64 65 66 66 849 65,31


(4)

195

Lampiran 27 Dokumentasi Tahap Uji Coba Awal

Gambar 1 Pengondisian Siswa Tahap Uji Coba Awal

Gambar 2 Siswa Menggunakan Alat Peraga pada Tahap Uji Coba Awal


(5)

196

Lampiran 28 Dokumentasi Tahap Uji Coba Lapangan Utama

Gambar 4 Pengondisian Siswa Uji Coba Lapangan Utama

Gambar 5 Siswa Menggunakan Alat Peraga dari Modul


(6)

197

Lampiran 29 Dokumentasi Tahap Uji Coba Lapangan Operasional

Gambar 7 Pengondisian Siswa Uji Coba Lapangan Operasional

Gambar 8 Siswa Menggunakan Alat Peraga dari Modul