49 sebabnya adalah anak merasa tidak dapat melukis, maka seorang guru dapat
demonstrasi di depan anak tersebut di kertas lain, coba tirukan bentuk ini. Hal seperti ini sering disebut metode Drill. Hal ini merupakan salah satu usaha agar
anak dapat dan mau melukis. Biasanya anak-anak kelompok A, pada awal-awal sering terjadi seperti itu. Namun anak-anak TK, sebetulnya sudah dilatih sedikit
demi sedikit untuk mandiri. Jika menangisnya disebabkan karena tidak ditunggui orngatuanya, maka agar anak tidak menangis, tetap dicarikan orang tuannya agar
sementara mendampinginya. Jika anak tersebut sudah berinteraksi dengan teman- temannya cukup banyak kenalannya, maka anak tersebut lambat laun akan
tumbuh rasa keberaniannya untuk mandiri dan tidak perlu ditunggui orang tuanya lagi. Orang tua tinggal menjemput saat jam sekolah sudah berakhir.
Dengan strate gi “pusat minat” tadi, maka anak tidak selalu tergantung
pada contoh guru. Jika terus menerus diberi contoh, dapat menimbulkan rasa ketergantungan, anak enggan melukis jika tidak ada contoh. Sebetulnya anak-anak
telah mengetahui bentuk berbagai objek disekelilingnya. Maka tinggal memotivasi dengan dibangkitkan minat dan mengungkap kembali memorinya,
niscaya anak akan melukis dengan gaya dan fantasi masing-masing. Sering terjadi orang tua yang mendampingi anak, ikut melukis di kertas
milik anaknya, kare na anaknya “ngambek”, tidak mau melukis, hal ini
dimaklumi. Namun hendaknya jangan terus menerus ikut melukis pada kertas anaknya, agar lukisan anak murni, dan bukan campur tangan orang tuanya. Anak
perlu dimotivasi dengan keberanian menggores: ”menggoreslah dengan bebas”, niscaya akan timbul keberanian menggores dengan bebas dan lancar.
50
2. Gejala Tegal lurus garis dasar
Gejala Tegak lurus garis dasar, sebagai salah satu contoh ditemukan pada lukisan Destia sebagai berikut.
Gambar 19. Lukisan Destia, TK ABA Bogoran, gejala Tegak lurus garis dasar
Pada lukisan Destia tersebut terdapat garis dasar pertama berwarna hijau, diinjak
oleh anak wanita paling depan dengan pakaian serba putih, wajah juga putih, kedua tangan terentang, tangan kiri membawa bendera merah putih. Sedangkan kedua anak
yang lain tampak berdiri pada garis dasar kedua berwarna coklat muda, Kedua anak tersebut membawa bendera. Di belakang ketiga anak tersebut terdapat seekor kupu-kupu,
tiga awan biru dan matahari bersinar di sudut kanan atas. Strategi pembinaannya, peningkatan teknik ,yaitu dengan garis dasar diwarna hijau dan coklat muda, sehingga
mengesankan tanah yang ditumbuhi rumput hijau segar. Hal ini terjadi adanya pemecahan kesan ruang, jauh dan dekat.
51
3. Gejala Simetris
Gejala simetris sebagai contoh di TK ABA Bogoran dapat ditemukan pada lukisan Chincin sebagai berikut.
Gambar 20. lukisan Chincin, TK ABA Bogoran, gejala Simetris
Lukisan Chincin tersebut dengan objek rumah berdinding hijau beratap coklat berada di tengah kertas, di depan rumah terdapat sebuah bendera merah
putih berkibar megah. Sedangkan di sebelah kiri rumah terdapat sebuah pohon berwarna orange berdaun lima. Disebelah kanan rumah terdapat sebuah pohon
bercabang daun rimbun. Disebelah kiri pohon yang rimbun terdapat seekor burung berwarna coklat. Di sisi atas terdapat tiga awan. Di sebelah kakan dan kiri rumah
terdapat semak-semak. Walaupun dibagian kanan dengan kiri kertas objeknya tidak sama persis, hal ini termasuk kategori gejala Simetris.
52 Gejala simetris ini tidak terdapat pada tabel berbagai gejala lukisan anak-
anak TK. Strategi pembinaannya adalah, menurut Winkel 1987, bahwa belajar adalah suatu aktivitas mentalpsikhis yang berlangsung dalam interaktif aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan, nilai dan sikap. Bertitik tolah dari teori tersebut,
maka strategi pembinaannya adalah, anak-anak dapat diajak melukis di alam terbuka, sehingga mereka akan menemukan suatu komposisi objek yang sangat
besar kemungkinan tidak simetris susunannya asimetris. Hal ini pelaksanaannya dapat bersama dengan rekreasi di suatu objek yang relatif memungkinkan melukis
bersama di alam terbuka. Di TK ABA Bogoran hal ini memang belum pernah dilakukan. Sebelum melukis bersama di tempat objek yang jauh dari sekolah, maka
dapat dilatih terlebih dahulu melukis di halaman sekolah. Sebab jika anak-anak belum terbiasa melukis di luar, anak-anak akan merasa minder, takut-takut dan
malu. Namun apabila anak-anak telah dilatih terbiasa melukis di luar ruangan, maka rasa minder, takut dan malu akan terkikis dengan sendirinya. Suatu contoh
anak-anak diajak rekreasi dan melukis di Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta, maka perlu persiapan papan kecil sebagai alasmeja gambar, pastel,
spidol dan cat air. Carilah tempat yang teduh, shingga anak-anak nyaman dalam melukis. Siapkan peralatan yang lengkap, ambil posisi yang indah diusahakan
susunan objek tidak simetris, setelah siap maka melukis dimulai. Akan lebih bagus apabila ada doorprize dan hadiah sepuluh besar karya anak-anak dan diberikan
hadiah yang layak. Hal ini akan merangsang ana-anak untuk melukis dan maju berprestasi dengan baik. Anak-anak dan orang tua menjadi segar kembali.
53
4. Gejala Finanitas
Gejala Finanitas, sebagai contoh adalah dapat dilihat pada lukisan Vivi, TK ABA Bogoran berikut.
Gambar 21. Lukisan Vivi, TK ABA Bogoran, gejala Finanitas
Gejala Finanitas tersebut dapat diperhatikan pada kepala wanita yang memakai cunduk mentul sejumlah lima buah, tampak lebih besar dari kepala laki-
laki yang memakai blankon. Cunduk mentul merupakan bagian yang uatama, jika dibuat kecil maka cunduk mentul kurang jelas. Anak-anak memang belum
mengenal proporsi, dan belum saatnya dikenalkan proporsi manusia. Jika
54 dikenalkan proporsi manusia belum saatnya. Gejala finanitas juga tampak pada
kepala laki-laki, sebab kepala tersebut lebarnya sama dengan lebar badannya. Tema lukisan tersebut adalah peragaan busana daerah. Lukisan ini merupakan hasil
pembinaan dengan strategi motivasi cerita lihat lampiran Tabel 8, dipadu dengan demonstrasi di kertas gambar. Anak-anak melukis dengan mencontoh
lukisan hasil demonstrasi guru. Walaupun mencontoh lukisan guru, sebagaimana ungkapan Winkel 1987, bahwa belajar adalah suatu aktivitas mentalpsikhis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang mengasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan
sikap. Dalam hal ini terjadi aktivitas mentalpsikhis Vivi, dan terjadi interaktif dengan lingkungannya. Lingkungan Vivi adalah seni lukis anak-anak TK ABA
Bogoran. Dari hasil interaksi ini menghasilkan perubahan-perubahan, terutama perubahan keterampilan dalam melukis. Dengan mengamati contoh lukisan guru
kemudian Vivi melukis disertai dengan perasaanaktivitas mental, maka menghasilkan suatu lukisan yang mirip, serupa namun tidak sama.
Gejala finanitas pada lukisan Vivi ini, sebagaiman ungkapan Dimiyati 1999: 297, menyatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara
terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Sumber belajar terkait dengan
lukisan Vivi yang mengandung gejala finanitas ini , adalah perlu adanya contoh- contoh lukisan anak-anak yang cukup bervariasi, sehingga akan membuka
wawasan baru baginya. Dengan demikian maka anak akan berkembang corak lukisannya.