Gejala Stereotype TK Pembina Manding
65 Berseni merupakan suatu kebutuhan anak dalam mengutarakan pendapat,
berkhayal, berimajinasi, bermain, belajar, memahami bentuk yang ada disekitar anak, merasakan kegembiraan, kesedihan dan rasa keagamaan Earl W.
Linderman, Donald W. Herberholz, 1979 dalam Hajar Pamadhi 2005. Sebagaimana pendapat tersebut, maka Banu, B2, TK Pembina Manding dalam
Gambar 27, ia berkhayal, berimajinasi, bermain, dan memahami bentuk yang ada disekitar anak, yaitu suasana pasar malam. Ia dapat merasakan kegembiraan pada
saat melukis, tampak ada rumah, mobil kuning, balon biru, merah, hijau, kuning, drymolen berwarna ungu, pink, biru muda , biru tua. Objek ini semua tegak lurus
pada garis dasar berwarna hijau rumput. Sedangkan di atas tampak burung-burung berterbangan disekitar bulan tampak separuh, empat awan biru menyertainya.
Gejala tegak lurus garis dasar ini tidak apa-apa, wajar, Strategi pembinaannya dengan peningkatan teknik mixed media, pastel dipadukan dengan cat air. Ia
cukup berani menggunakan warna, cat air warna coklat ia gunakan untuk menyapu bidang langit, sehingga lukisan tampak artistik.
Gejala Finanitas muncul pada lukisan Banu Gambar 28, yaitu tampak adanya seorang manusia berbaju merah dengan tangan kanan lebih panjang dan
besar daripada tangan kirinya. Posisi orang tersebut berada di tengah bawah, dua buah mobil berada di sebelah kanan dan kirinya berwarna pink dan kuning. Orang
tersebut sedang mengatur lalu lintas. Tangan yang aktif bergerak mengatur lalulintas diperbesar dan diperpanjang, di sini letak keunikan gejala Finanitas
tersebut. Strategi pembinaannya, cukup dengan peningkatan teknik, yaitu Mixed media, perpaduan pastel dan cat air, sehingga lukisan tampak artistik.
66
Gambar 29. Lukisan Fia, TK Pembina Manding, gejala melukis mini
Gambar 30. Lukisan Fia, TK Pembina Manding, melukis penuh kertas
67 Gejala yang muncul pada anak-anak TK pada umumnya adalah melukis
dengan objek kecil-kecil, dan tidak memenuhi bidang lukisnya, karena kebiasaan menggunakan pensil dalam membuat skets. Hal ini juga dialami oleh Fia dai TK
Pembina Manding, perhatikan Gambar 29. Fia hanya melukis pada seperempat bagian bawah kertas, dengan objek: kolam, tiga gunung biru, dua burung,
matahari, dua awan biru, dua rumah dan satu pohon. Ia berusaha membatasi ruang dengan garis berbentuk segi empat. Padahal ukuran kertas ini relatif kecil 22 Cm x
32 Cm. Bila ditinjau dari sisi semiotika, hal ini merupakan tanda-tanda adanya ketakutan penguasaan bidang. Padahal lukisannya walaupun mini cukup menarik,
sudah tidak muncul gejala stereotype. Lukisan tersebut dibuat dengan teknik kering-pastel. Jika hal ini dibiarkan saja maka akan terus menerus melukis kecil
dengan objek yang kecil-kecil pula, tidak sepadan dengan teman yang lain, akan terjadi ketimpangan. Maka diperlukan strategi pembinaan: dengan menunjukkan
lukisan teman yang lain yang telah dapat melukis dengan objek yang penuh, dan tidak mini lagi. Dalam hal ini juga dibina dengan peningkatan terknik mixed
media, yaitu perpaduan pastel dan cat air. Pensil digunakan untuk skets terlebih dahulu, pastel digunakan untuk mewarnai bentuk objek, dan cat air digunakan
untuk menyapu seluruh permukaan kertas sehingga penuh sebagai latar belakang. Dengan demikian maka Fia sudah tidak takut-takut lagi melukis, perhatikan
Gambar 30. Gambar 30, merupakan lukisan Fia yang telah menguasai seluruh bidang lukis 22 Cm x 32 Cm, dengan objek: Ayunan, plorodan, gunung biru tiga
buah, seekor burung di sebelah kiri atas, matahari di sudut kanan atas, dan gedung TK bertingkat di sebelah kanan. Fia telah menguasai seluruh bidang lukisnya.
68