Seni Lukis Anak-anak KAJIAN TEORI

9 halnya maka lukisan anak tersebut termasuk mengandung gejala ”tegak lurus garis dasar.” Ada pula jenis gejala yang lain adalah “ Ideografis”, yaitu anak melukiskan berdasarkan pada pengertian, bukan berdasarkan pengamatannya. Misalnya melukis wajah manusia dari samping, namun mata tetap dilukis dua buah, begitu pula kucing dari arah samping, mata juga dilukis dua buah. Hal yang demikian telah dilakukan oleh nenek moyang kita ratusan tahun yang lalu di dalam memahat kulit untuk tokoh wayang Kulit Hanoman gaya Yogyakarta, pandangan samping, namun mata dibuat dua seperti pandangan dari depan. Gejala yang lain, j ika anak melukis “ibu menyapu”, anggota tubuh bagian yang vital tangan memegang sapu diperbesar, atau diperpanjang, hal seperti ini disebut gejala “finanitas “ Soedarso SP. 1974. Berbagai gejala tersebut merupakan kenyataan fenomena pada lukisan anak-anak , pembinaan perlu memerlukan strategi tertentu, dan gejala yang mana saja perlu dibina agar mereka lebih kreatif. Namun karena gejala-gejala tersebut sebagian merupakan tingkat kemampuan dan pemahaman sesuai dengan perkembangan jiwanya, maka di dalam penelitian ini akan dibahas dan ditemukan jawabannya.

C. Pembinaan Seni Lukis

Pembinaan merupakan kegiatan pembelajaran yang lebih intensif, sedangkan pembelajaran sendiri pada dasarnya adalah satu rangkaian dengan konsep belajar dan mengajar. Menurut behaviorisme Skinner 1974 Learning is 10 change in behaviour, dan menurut Winkel 1987 belajar adalah suatu aktivitas mentalpsikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan , nilai dan sikap. Menurut Dimyati 1999: 297 pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembinaan terkadang dilakukan dalam bentuk pembelajaran di sekolah maupun luar sekolah, namun pada intinya pembinaan itu sendiri mempunyai tujuan yang sama dengan pembelajaran. Pembinaan Seni Lukis anak-anak TK , hendaknya memperhatikan tipologi dan periodisasi seni lukis anak-anak. Jika para pembina kurang memperhatikan akan hal ini maka dapat terjadi salah jalan. Maka para pembina dan penyelenggara pendidikan di TK, bersama dengan orang tua dan Dewan Sekolah, perlu bekerjasama dalam membina seni lukis anak-anak TK, agar terjadi hubungan timbal balik sehingga pembinaan akan berhasil. Sedangkan teknik pembinaannnya dapat diberikan secara klasikal kepada seluruh anak, kemudian pendekatan individual. Prinsip “ tut wuri handayani”, ekspresi bebas, perlu diterapkan agar anak-anak menemukan jati dirinya. Berbagai media perlu disiapkan, misalnya contoh lukisan anak-anak teknik kering pastel, teknik basah spidol, aquarel, plakat, kolas, montase, folder print, finger painting, percik, tarik benang, mixed media. Contoh-contoh lukisan anak-anak ini sangat berguna untuk memotivasi agar anak-anak mendapatkan gambaran : berbagai macam teknik melukis, bukan untuk dicontoh. Pemberian motivasi dan 11 stimulasi dengan berbagai cara sangat diperlukan guna membangkitkan fantasi dan minat anak. Misalnya memotivasi dengan pusat minat, ketika itu baru saja ada perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 63, dirayakan dengan upacara bendera dan karnaval. Sudah barang tentu banyak anak-anak yang melihatnya bersama orang tua. Ketika melukis di sekolah, maka hal tersebut dapat dijadikan tema. Cara memotivasi yang lain adalah dengan menyanyi, cerita fiksi, karyawisata, diajak melihat pameran seni lukis, dan ke museum Suwarna, 2005: 31-67 . Tujuan utama pembinaan seni lukis anak-anak adalah, membina dan mengembangakan fantasi, sensitifitas, kreatifitas, dan ekspresi, agar menjadi harmonis lahir dan batin. Hal ini merupakan pengembangan fungsi-fungsi jiwa Affandi dan Dewobroto : 2006. Namun kebanyakan orang tua berharap agar anaknya di dalam lomba lukis bisa juara. Hal ini dapat dimaklumi, dan perlu adanya dialog, agar orang tua menyadari dan mengetahui hakekat yang sebenarnya. Diskusi, pembahasan lukisan baik antar anak, anak dengan para pembina sangat diperlukan pada saat-saat tertentu secara periodik. Diantara anak saling tukar pengalaman , pengetahuan dan kecakapan teknik. Dengan demikian terjadi kerterbukaan diantaranya, demi kemajuan lebih lanjut. Sbagaimana yang dikemukakan oleh Muharam E. dan Warti Sundaryati 19911992: 36, Kekurangan pengertian guru di bidang seni rupa umumnya dan pemahaman lukisan anak pada khususunya dapat merugikan anak didik. Hendaknya orang tuapendidik jangan memaksakan ketentuan-ketentuan yang tidak sesuai dengan kodrat anak waktu anak giat melukis karena mungkin