Ida Siti Herawati dan Iriaji Victor Lowenfelt
Masa permulaan realisme : 9 - 11 tahun
Masa pseudo realisme : 11 - 13 tahun
Masa krisis puber : 13 - 17 tahun
Dalam penelitian ini, periodisasi yang relevan adalah: masa pra bagan, yaitu anak TK berumur antara 4 - 7 tahun. Pada masa ini anak sudah dapat mengendalikan
tangannya, garis yang dihasilkan tidak berupa corengan lagi namun sudah mulai mendekati bentuk-bentuk yang berhubungan denga dunia sekitarnya. Misalnya bentuk
manusia, rumah, hewan, kendaraan, pohon, gunung, dan lain-lain. Perwujudan lukisan manusia berupa lingkaran kepala dengan dua garis ke bawah sebagai kakinya, ditambah
kedua tangan kanan dan kirinya. Pada usia ini anak selalu mencari bentuk-bentuk baru sehingga akan menunjukkan adanya kreativitas. Masalah warna, bebas tidak mempunyai
hubungan tertentu dengan objek. Masalah ruang belum terpikirkan, sehingga mereka melukiskan berbagai objek sangat bebas tempatnya. Namun perlu disadari bahwa
dewasa ini akibat adanya pengaruh dan perkembangan ITEKS yang sangat pesat, maka lukisan anak-anak umur 4 -7 tahun telah mengalami perkembangan pula menjadi
lukisan yang bercorak masa bagan. Hal ini sebagai hipotesis, dan perlu penelitian tersendiri. Berikut adalah contoh lukisan anak Pra Bagan dan Bagan.
a b
Gambar 6 a. Lukisan Pra Bagan, b. Lukisan Bagan Adjat Sakri, 1990:40
Victor Lowenfelt 1970: 53 menjelaskan lebih lanjut tentang seni anak-anak berbeda dengan seni orang dewasa sebagai berikut:
For the child, art is not the same it is for the adult. Art for the child is merely a means of expression. Since the child’s thingking is deferen from that of the adullt,
his expression must also be different. Out of this discrepancy between the adult’s ”taste” and the way in which a child expresses himself arise most of the
difficulties and interferences in art teaching. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa bagi anak, anggapan seni pada anak
berbeda dengan orang dewasa. Seni bagi anak merupakan sebuah ekspresi. Pikiran anak berbeda dengan pikiran orang dewasa, tentu saja ekspresinya juga berbeda.
Ketidaksesuaian antara selera orang dewasa dengan bagaimana seorang anak mengekspresikan dirinya menjadikan kesulitan dan campur tangan tersendiri dalam
pendidikan seni. Banyak diantara para guru yang ingin tahu tentang keindahan lukisan anak-anak, mereka meminta agar proporsi benar, warna yang bagus. Hal ini tidak sesuai
dengan jiwa dan kehendak anak-anak. Mesti dibedakan antara seni anak-anak dan seni orang dewasa.