Tabel 4.1. Nama - Nama Pemimpin Desa Bandar Khalipah
TAHUN PEMIMPIN NAMA KETERANGAN
1948-1950 Kepala Kampung
H. Bahari Nur Pilihan Masyarakat
1950-1955 Kepala Kampung
Ok. M. Idris Pilihan Masyarakat
1955-1961 Kepala Desa
M. Saleh Ibrahim Pilihan Masyarakat
1961-1966 Kepala Desa
Amat Su’Eb Pilihan Masyarakat
1966-1971 Kepala Desa
Kasan Sipon Pilihan Masyarakat
1972-1978 Kepala Desa
Usman Siddiq Pilihan Masyarakat
1978-1983 Kepala Desa Mingan
Pilihan Masyarakat
1983-1984 Kepala Desa M.A
min Pjs
1984-1992 Kepala Desa Hasan
PjsPilihan Masyarakat
1994-2002 Kepala Desa Sanimin
Sony Sero
Pilihan Masyarakat 2002-2004 Kepala
Desa Supardi,S.Pd Pilihan Masyarakat
2004-2009 Kepala Desa
Lisma, A.Ks Pelaksana Tugas
2009-sekarang Kepala Desa
M isno Pilihan Masyarakat
Sumber : Pemerintah Desa Bandar Khalipah 2012
4.2. Gambaran Umum Desa Bandar Khalipah
4.2.1. Orbitasi :
a. Jarak tempuh desa ke Kota Kecamatan Percut Sei Tuan
+ 0,5 Km b.
Jarak tempuh ke Ibu Kota Kabupaten Lubuk Pakam + 21 Km
c. Jarak tempuh ke Kota Medan
+ 14 Km Dari Orbitrasi 4.2.1 dapat diketahui bahwa Desa Bandar Khalipah adalah
desa yang berada dikawasan pinggiran kota sub urban yaitu Kota Medan, Lubuk Pakam, dan Kecamatan Percut Sei Tuan, hal ini dibuktikan dengan dukungan dari
data 4.2.1 tentang orbitrasi Desa Bandar Khalipah, dimana dari data tersebut dapat diketahui bahwa jarak tempuh dari Kota Kecamatan Percut Sei Tuan hanya
05 Km, jarak tempuh dari Ibu Kota Kabupaten 21 Km, dan jarak tempuh dari ibu Kota Provinsi yaitu Kota Medan adalah 14 Km. Dengan jarak tempuh yang dekat
tersebut maka menjadikan Desa Bandar Khalipah sebagai daerah kawasan pinggiran kota sub urban. Keberadaan Desa Bandar Khalipah sebagai daerah
pinggiran maka hal ini secara tidak langsung juga akan berpengaruh terhadap
Universitas Sumatera Utara
perilaku masyarakat yang tinggal di Desa Bandar Kalipah. Dengan jarak tempuh yang sangat dekat itu juga akan menjadikan daerah Desa Bandar Khalipah sebagai
daerah yang dalam perkembangannya akan menjadi daerah yang maju secara sosial, ekonomi, dan juga politik. Perkembangan daerah Desa Bandar Khalipah ini
juga nantinya akan diikuti dengan perkembangan perilaku masyarakat yang berwujud dalam bentuk individualisme yang semakin meningkat seperti halnya
kota – kota besar, seperti Kota Medan, tingkat kriminalitas dan juga perilaku menyimpang yang akan semakin meningkat, dan berbagai perilaku – perilaku
lainya yang sering kita temui di daerah perkotaan.
4.2.2. Sarana dan Prasarana
Tabel 4.2. Sarana dan Prasarana di Desa Bandar Khalipah
Panjang Jalan Aspal 17,800 Meter
Jumlah jembatan beton 19 Unit
Warung kelontong 1.921 Unit
Angkutan pedesaan -
Usaha kelompok simpan pinjam
3 Unit Jumlah Pos Kamling
21 Unit Jumlah sepeda motor
8.273 Unit Jumlah mobil
575 Unit Jumlah sumur galian
6.239 Unit Jumlah Mesjid
24 Unit Jumlah MushollaLanggar
10 Unit Jumlah Gereja
1Unit Lapangan sepak bola
1 Unit KlinikBalaiPengobatan 11
Unit P o s y a n d u
Nit
Sumber : Pemerintah Desa Bandar Khalipah 2012 Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang ada di
Desa Bandar Khalipah, baik itu sarana dan prasana yang berupa mesjid, dan gereja, terhitung cukup banyak. Mesjid memiliki jumlah sebanyak 24 unit, dan
gereja 1 unit. Melihat adanya sarana dan prasanan tempat ibadah yang cukup
Universitas Sumatera Utara
banyak tersebut maka peneliti berasumsi bahwa, dengan adanya sarana yang berupa fasilitas tempat ibadah tersebut maka secara tidak langsung juga akan
mempengaruhi perilaku masyarakat yang tinggal di Desa Bandar Khalipah. Banyak atau tidaknya tindakan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh warga
Desa Bandar Khalipah, khususnya dalam hal ini adalah perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak remaja akan sangat terpengaruh oleh keberadaan sarana
dan prasaran, seperti mesjid dan gereja. Hal ini dikarenakan tempat ibadah seperti mesjid dan gereja merupakan suatu tempat yang suci dan juga suatu sarana yang
baik dalam membentuk moral pribadi soseorang maupun karakter seseorang. Sejalan dengan asumsi penulis diatas, Horton dan Hunt 1996 : 202
mengungkapkan bahwa, semakin tinggi tingkat kesadaran akan salah satu lembaga kemasyarakatan, seperti gereja, sekolah, dan organisasi lainya, maka
semakin kecil pula kemungkinan baginya untuk melakukan penyimpangan. Dengan adanya fasilitas tempat ibadah, seperti gereja dan mesjid maka secara
tidak langsung akan mempengaruhi seseorang untuk ikut terlibat dalam ibadah dengan warga lainnya. Namun, apabila fasilitas tempat ibadah tidak ada maka
warga juga akan kesulitan untuk beribadah, selain itu warga juga akan cendrung malas untuk beribadah, sehingga dengan kurangnya ibadah, maka moral seseorang
terhadap kepercayaannya juga akan berkurang.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan EtnisSuku