Ca Cara Coersif coercion

semakin k lembaga k berpengar sosial kem Wahyuni

2.4. Pe

Be [Stiadi da Bagong, W 2004], y

2.4.1. Ca

Ca membuju kompleks kontrol sosi ruh, berwib masyarakata , 2004. S engendalian erdasarkan c an Kolip 2 Wahyuni 20 yaitu: ara Persuas ara persuasif uk, merayu Agent ko sangat pen ial di tingk awa, terper an sebagaia Skema 2. 1. n Sosial Ber caranya pen 2010 : 264 004, Horto sif if dilaksanak seseorang a ontrol sosial nting artiny katan paling rcaya dilapi an besar dis Konsep Ag rdasarkan ngendalian s , Basrowi on dan Hunt kan dengan atau sekelom ya, sebab l g bawah. M isan bawah selesaikan o gen Kontrol Caranya sosial dapat 2005 : 98 t 1996 : 18 n membujuk mpok orang Kelua Aga Penegak H Pendidik Lembaga Kemasyara Adat, tokoh y media massa lembaga in Melalui toko h ini, persoa oleh masya l Sosial t dibagi men 8, Soekant 88, Berger k dan menga g agar mem rga ma Hukum an katan yang dituakan, dll nilah merup oh - tokoh alan - pers arakat itu se njadi dua b to 1990 : r dalam Wah ajak secara matuhi nilai - pakan yang soalan endiri bagian 206, hyuni halus - nilai Universitas Sumatera Utara dan norma - norma sosial yang berlaku di masyarakat. Biasanya cara ini dilaksanakan pada masyarakat yang kondisinya relatif tentram Basrowi, 2005 : 98. Secara lebih detail, Setiadi dan Kolip 2010 : 264 mendefenisikan bahwa pengendalian sosial secara persuasif adalah dengan cara mempengaruhi sekelompok orang agar orang yang dipengaruhi mau melaksanakan atau tidak melaksanakan sesuatu sesuai dengan kehendak dari pihak yang dipengaruhi, dihimbau untuk tidak melakukan sesuatu sesuai dengan pihak yang mempengaruhi.

2.4.2. Cara Coersif coercion

Cara ini dilaksanakan dengan kekerasan fisik atau dengan cara ancaman. Pengandalian sosial dengan cara kekerasan fisik biasanya menimbulkan korban dan dendam. Contoh polisi terpaksa memukul, menendang bahkan menembak para demonstran yang dengan sengaja menyerang aparat keamanan Wahyuni, 2004. Sejalan dengan yang diungkapakan Wahyuni. Hal serupa juga diungkapakan oleh, Backman dalam Horton dan Hunt 1996 : 188 yang mengatakan bahwa manusia cenderung mematuhi orang yang berotoritas, maka penjaga keamanan diberi pakaian seragam yang memberi kesan resmi. Dilain pihak, Reucek dalam Basrowi 2005 mengungkapkan bahwa pengendalian secara coercive lebih sering digunakan pada masyarakat yang mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena dalam kondisi berubah, pengendalian soisial juga dapat berfungsi untuk membentuk kaidah - kaidah yang baru untuk menggantikan kaidah yang lama. Sementara itu, Berger dalam Bagong 2004 : 147, menyatakan bahwa di berbagai komunitas cara - cara kekerasan dapat digunakan secara resmi Universitas Sumatera Utara dan sah manakala cara paksaan gagal dalam mengendalikan perilaku menyimpang yang terjadi di masyarakat. Kerusuhan yang telah berkembang menjadi anarki. Misalnya, sering kali secara terpaksa dibubarkan dan dibatasi oleh aparat petugas dengan cara kekerasan, seperti melempar gas air mata atau membubarkan massa yang berkumpul dengan pukulan pentungan. Kalangan masyarakat umum cukup sering terpaksa menggunakan kekerasan untuk menegakkan norma - norma sosial yang berlaku. Dari kedua cara diatas menurut Soekanto 1990 : 206, cara mana yang terbaik dalam mengandalikan berbagai perilaku menyimpang di masyarakat adalah tergantung pada situasi yang dihadapi dan tujuan yang hendak dicapai. Jangka waktu juga menjadi hal yang sangat penting dalam penyelesaian, mengatasi dan mengawasi banyaknya perilaku menyimpang yang terjadi di masyarakat. Metode kontrol sosial bervariasi menurut tujuan dan sifat kelompok yang bersangkutan. Disamping berbagai mekanisme seperti desas - desus, mengolok - ngolok mengucilkan, menyakiti, bentuk pengendalian sosial juga bisa dilakukan melalui idieologi, bahasa, seni, rekreasi, organisasi rahasia, cara - cara tanpa kekerasan, kekerasan dan teror, pengendalian ekonomi, perencanaan ekonomi dan sosial. Roucek dalam Wahyuni 2004 berpendapat bahwa pengendalian sosial pada dasarnya bisa dijalankan melalui institusi atau tidak, ada yang dilakukan secara lisan dan secara simbolis, ada yang dilakukan secara kekerasan, ada yang Universitas Sumatera Utara menggunakan hukuman dan ada pula yang digunakan dengan cara pemberian imbalan, serta ada yang bersifat formal dan ada yang bersifat informal. Didalam kelompok primer atau komunitas yang relatif akrab dimana satu sama lain saling kenal secara personal, mekanisme kontrol umumnya dilakukan dengan cara langsung oleh anggota komunitas itu sendiri secara keseluruhan. Tentang bentuknya bisa berupa mekanisme persuasif, menertawakan, pergunjingan, atau penghinaan. Berbeda dengan daerah perkotaan dimana antar anggota masyarakat saling acuh, individualis, dan rata - rata bersikap tidak mau mencampuri urusan orang lain, didaerah pedesaan yang masih tradisional nyaris apapun tindakan dan tingkah laku yang dilakukan oleh anggota warga masyarakat akan ketahuan oleh semua warga yang ada. Jika ada suami istri yang mencoba selingkuh atau menyeleweng, niscaya kesempatan ke arah itu relatif kecil karena semua warga desa itu pasti akan semua tau dan akan memperjuangkannya . Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Seokanto, Berger dalam Wahyuni 2004 mengatakan bahwa mengolok - olok dan perguncingan adalah kontrol sosial yang kuat didalam kelompok primer. Disamping itu, mekanisme yang telah efektif untuk menegakkan tertib sosial didalam komunitas primer adalah moralitas, adat - istiadat, dan tata sopan santun. Seseorang yang dinilai sering bersikap tidak sopan, biasanya jarang diundang ke dalam berbagai pertemuan warga desa. Disisi lain jika ada seseorang bertindak amoral, seperti berzinah maka dia bukan saja dikucilkan, tetapi tak jarang juga akan diberikan sanksi yang betul - betul memalukan sehingga membuat orang lain yang mau berbuat demikian akan berpikir seribu kali untuk melanggarnya. Universitas Sumatera Utara

2.5. Teknik Pengendalian Sosial