Upaya Pengendalian Sosial Mempertebal keyakinan para warga masyarakat akan kebaikan adat istiadat Memberi penghargaan kepada warga masyarakat yang mematuhi adat istiadat

a. Polisi menertibkan tawuranan antar desa dengan menggunakan tembakan agar para pelaku tawuran membubarkan diri. b. Polisi menggrebek rumah kontrakan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan ganja. c. Seorang guru memberikan sanksi kepada siswanya yang bolos belajar Kolip, 2010

2.6. Upaya Pengendalian Sosial

Menurut keontjaraningrat dalam Wahyuni 2004 : 153 terdapat lima upaya pengandalian sosial, yaitu:

a. Mempertebal keyakinan para warga masyarakat akan kebaikan adat istiadat

dalam berbagai masyarakat melalui pendidikan, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Tujuan pendidikan dalam lingkungan keluarga adalah untuk meletakkan dasar norma bagi anak dan untuk mempertebal keyakinan pada norma yang berlaku merupakan peran dari masyarakat dan sekolah. Mempertebal keyakinan pada norma ini juga dapat dilakukan dengan sugesti sosial yaitu mempengaruhi perilaku seseorang lewat cerita dongeng perjuangkan pahlawan yang mengandung nilai moral, dan menonjolkan norma - norma tertentu kemudian membandingkannya dengan norma-norma lain yang berlaku pada masyarakat lainnya. Beberapa yang ditempuh dalam rangka mempertebal keyakinan masyarakat terhadap norma sosial diantaranya : 1 melalui pendidikan, 2 sugesti sosial, dan 3 menonjolakan kelebihan norma - norma Kolip, 2010 : 268. Universitas Sumatera Utara

b. Memberi penghargaan kepada warga masyarakat yang mematuhi adat istiadat

supaya mereka tetap berbuat baik dan selanjutnya menjadi contoh bagi warga selanjutnya. c. Mengembangkan rasa malu dalam jiwa warga masyarakat yang tidak mematuhi adat istiadat. Biasanya kegiatan yang dianggap menyimpang dari norma akan mendapat celaan dari warga masyarakat dan hal ini akan mempengaruhi jiwa seseorang yang melakukan penyimpangan tersebut. Untuk mengembangkan rasa malu juga dapat - dilakukan dengan gosip, dengan begitu pelaku penyimpang juga akan merasa malu dan merubah perilakunya. d. Mengembangkan rasa takut dalam jiwa masyarakat yang hendak menyeleweng dari adat dengan ancaman dan kekerasan. Dengan begitu, seseorang akan menghindarkan diri dari suatu perbuatan yang diaggap menyimpang dan mengandung resiko jika dia melanggarnya. e. Memberlakukan hukuman yang merajuk pada sistem hukum yang ada dengan mengenakan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya. Wujudnya berupa hukuman pidana, kompensasi, terapi dan konsiliasi. Seseorang yang melakukan tindak pidana akan menerima hukuman pidana yaitu dalam bentuk hukuman penjara, sedangkan dalam bentuk kompensasi, seseorang yang melakukan penyimpangan diharuskan membayar sejumlah uang kepada pihak yang dirugikan akibat perbuatannya. Dalam hal konsiliasi, pengendalian sosial dilakukan dengan kompromi yaitu dengan mengundang pihak ketiga sebagai penengah dalam menyelesaikan persoalan dua pihak yang bersengketa. Universitas Sumatera Utara Berbeda dengan pengendalian sosial yang lainnya, terapi merupakan bentuk pengendalian sosial yang muncul karena inisiatif dari pelaku untuk memperbaiki dirinya sendiri dengan meminta bantuan pihak lain Wahyuni, 2004 ; 144 - 154. 2.7. Kelompok Sosial Sherif dalam Soedjono 198 : 47 mendefenisikan bahwa, kelompok sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur sehingga diantara individu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma - norma tertentu yang khas bagi kesatuan sosial tersebut. Jadi kelompok sosial dapat terdiri atas hanya dua individu seperti suami istri dan dapat pula ratusan orang - orang dengan syarat telah terjadi interaksi sosial diantara mereka. Sejalan dengan yang diungkapkan Sherif, Sunarto 1993 : 53 mengatakan bahwa, kelompok sosial merupakan suatu gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung didalamnya. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Seokanto 1990 : 116 bahwa, semua manusia pada awalnya merupakan anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga, walaupun anggota - anggota keluarga tadi selalu menyebar, pada waktu tertentu meraka pasti akan berkumpul seperti misalnya pada makan pagi, siang dan malam. Universitas Sumatera Utara Tipe - tipe kelompok sosial [Soekanto 1990 : 136, Bagong 2010 : 28] diantaranya adalah: I. Kelompok Formal Formal Group Seokanto 1990 : 136 mendefenisikan bahwa kelompok formal formal group adalah kelompok - kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota - anggotanya untuk mengatur hubungan antar anggota - anggotanya. Sejalan dengan Seokanto, Bagong 2010 : 28 menyatakan bahwa kelompok formal formal group merupakan organisasi kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas dan dengan sengaja dibuat oleh anggota - anggotanya untuk ditaati serta untuk mengatur hubungan antar anggotanya. Loyalitas anggota bukan pada kelompok melainkan pada peraturan, terdapat struktur organisasi yang jelas, terdapat hierarki diantara anggota kelompok oleh karena terdapat pembatasan tugas dan wewenang. Contoh, perkumpulan pelajar, himpunan wanita suatu instansi pemerintah, persatuan sarjana - sarjana dari suatu perguruan tinggi tertentu, dan lain - lainya. II. Kelompok Informal Informal Group Seokanto 1990 : 136 mendefenisikan bahwa kelompok informal informal group adalah kelompok yang tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau pasti. Kelompok - kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan yang berulang kali dan itu menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan - kepentingan dan pengalaman yang sama. Sejalan dengan Soekanto, Bagong 2010 : 28 mengungkapkan bahwa, kelompok Universitas Sumatera Utara informal informal group merupakan organisasi kelompok organisasi yang tidak resmi serta tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti, jadi kelompok ini tidak didukung oleh peraturan - peraturan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga secara tertulis. Biasanya kelompok ini terbentuk atas dasar pengalaman - pengalaman dan kepentingan - kepentingan yang sama dari anggotanya. Sifat interaksinya hubungan timbal balik berdasarkan saling mengerti yang lebih mendalam karena pengalaman - pengalaman dan pandangan yang sama. Karena tidak mengenal peraturan tertulis, maka loyalitas anggota pada anggota kelompok lain besar sekali, para anggotanya mengenal secara pribadi dan sering bertemu muka dengan anggota lainnya. Contoh, clique yang merupakan suatu kelompok kecil tanpa struktur formal yang sering timbul dalam kelompok - kelompok besar. clique tersebut ditandai dengan adanya pertemuan - pertemuan timbal balik antara anggotanya, biasanya hanya bersifat antara kita saja.

2.8. Geng