Kontrol Sosial Lembaga Pendidikan

Hasil wawancara dengan bapak Zulfikar membuktikan bahwa sosialisasi merupakan bagian dari kontrol sosial yang sangat penting dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, yang salah satu contohnya adalah perilaku Geng Motor. Untuk itu perlu adanya sosialisasi yang dilakukan oleh semua pihak agen sosialisasi kepada remaja yang masih rentan labil dan gampang dipengaruhi, khususnya dalam hal ini adalah sosialisasi secara rutin dan berkelanjutan yang dilakukan oleh kepolisian.

3. Kontrol Sosial Lembaga Pendidikan

Pengarahansosialisasi yang dilakukan oleh sekolah, pembinaan secara terpadu yaitu umum menyeluruh yang dilakukan oleh sekolah terhadap siswa, pengamatan yang dilakukan oleh bidang kesiswaan bekerjasama dengan osis, wali kelas, guru BP Budi Pekerti, dengan teknis bina mental pada waktu upacara bendera, jumat bersih, termasuk hari - hari penting di pagi hari, pengarahan terkait dengan bahaya Geng Motor, mensosialisasikan kepada siswa tentang sanksi yang akan diberikan terhadap siswa yang kedapatan bergabung dengan Geng Motor yang meresahkan masyarakat, terlebih - lebih mencemarkan nama baik sekolah, menghimbau orangtua siswa agar selalu mengawasi anak – anaknya. Itu semua merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh SMK I Percut Sei Tuan untuk mengatasi dan mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti Geng Motor. Untuk lebih jelasnya berikut hasil wawancara penelti dengan Wakil Kepala Sekolah SMK 1 Percut Sei Tuan yaitu bapak Sukirman. “...kebijaksanaan disini melalui tata tertip siswa, pelanggar, pengedar, pemakai narkoba kita tidak bisa mentolir lagi. Untuk Geng Motor cara yang kita lakukan untuk mengatasinya adalah dengan cara melakukan pembinanaan secara terpadu yaitu umum Universitas Sumatera Utara menyeluruh, kemudian pengamatan yang itu dilakukan oleh bidang kesiswaan bekerja sama dengan osis kemudian guru BP, wali kelas, dan guru mata pelajaran. Teknis sosialisasi yang dilakukan lewat upacara bendera, bina mental pada waktu jumat bersih, termasuk hari-hari penting di pagi hari...itu seketika kita kumpulkan anak- anak di lapangan secara terpadu menyeluruh, kemudian kepala sekolah ataupun wakil, guru BP, ataupun wakil kepala kesiswaan memberikan pengarahan terkait dengan bahaya Geng Motor...lalu kita tindak lanjuti dalam langkah yang lebih real..kalau kedapatan siswa bergabung dengan Geng Motor, langkah pertama kita pastikan bahwa itu benar siswa kita, kemudian benar melakukan kegitan aktifitas Geng Motor..kemudian kita panggil orang tuanya..supaya kita sama - sama mengetahui bahwa anak didik kita yang kita asuh itu melanggar peraturan tata tertip yang diamanahkan oleh orang tuanya untuk kita bina dan kita asuh melanggar praturan tata tertip..karena Geng Motor itu selain secara lisan, publikasi itu juga sudah melakukan pelanggaran tata tertip..karna ada salah satu poin tata tertip di SMK I Percut Sei Tuan yaitu tidak dibenarkan melakukan hal - hal yang sifatnya anarkis..Geng Motor itu kami anggap salah satu akifitas yang anarkis...kalau kita ketahui anak-anak Geng Motor itu tanpa kompromi mungkin dia dipengaruhi oleh aspek lingkungan, aspek psikologi, aspek obat - obat terlarang hingga dia terjebak dalam situasi yang cendrung frontal dan anarkis..” Hasil wawancara pada tanggal 8 juli 2013 Selain dari hasil wawancara dengan bapak Sukirman diatas, bapak Sukirman juga menyatakan bahwa, upaya yang dilakukan untuk mengandalikan dan mencegah para pelajar terjerumus pada kelompok yang menyimpang, seperti Geng Motor, juga dilakukan pembentukan karakter dan pembentukan rohani, seperti: misalanya membuka wadah aspirasi siswa, kepramukaan, paskibra, palang merah remaja, pengajian, mengkaji alkitab untuk anak yang beragama kristen. Untuk lebih jelasnya berikut hasil wawancara peneliti dengan Wakil Kepala Sekolah SMK 1 Percut Sei Tuan yaitu bapak Sukirman. Universitas Sumatera Utara “...untuk membentuk kontrol batin siswa, diluar daripada ketetapan kurikulum, seperti pendidikan karakter, kemudian pendidikan religi dalam pelajaran sebagai pendidikan agama, juga di kita membuka wadah agar siswa bisa menyalurkan aspirasinya, seperti: 1 kepramukaan, 2 paskibra, 3 palang merah remaja..dan yang berbau religi ada pengajian, pengkajian alkitab bagi yang beragama kristen..jadi pengajian itu, kita ambil guru khusus..yang dilaksanakan pemblajaran itu... terkait dengan amanat kurikulim tempatnya khusus yaitu di mushola yang telah dibangun di sekolah kita ini...” Hasil wawancara pada tanggal 8 Juli 2013 Sejalan dengan yang diungkapkan oleh bapak Sukirman, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK 1 Percut Sei Tuan yaitu bapak Drs. Manik juga menyatakan bahwa peran yang dilakukan oleh sekolah untuk mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan anak remaja, seperti Geng motor yaitu dengan melakukan pembinaan agama, yang berbentuk seperti, misalnya: belajar agama dan membuat kegitan retreet bagi agama Kristen. Selain itu bapak Drs. Manik juga menyatakan bahwa untuk mengatasi dan mengandalikan perilaku menyimpang dikalangan remaja, khusunya siswa SMK I Percut Sei Tuan yaitu dilakukan dengan cara, seperti: membuat kegiatan - kegitan ekstrakurikuler seperti bola basket, volly, futsal, tennis meja, pramuka, dan lain - lain yaitu dengan tujuan untuk merangsang anak akan masa depannya. Untuk lebih jelasnya berikut hasil wawancara peneliti dengan Wakil Kepala Sekolah SMK I Percut Sei Tuan ,yaitu bapak Drs. Manik. “.. Pada saat MOS Masa Orietasi Siswa pada saat belum siswa sebelumnya...kita menekankan kepada seluruh siswa masalah kenakalan remaja seperti narkoba, dan juga Geng Motor.. menekankan pada siswa supaya mengerti mana perbedaan yang baik dan mana yang buruk,,makanya dituntut setiap hari jumat setiap siswa yang beragama islam supaya sholat disini dan dan retreet atau belajar agama bagi yang beragama kristen di ruangan yang sudah kita tentukan, dan dibina oleh guru agama baik kristen Universitas Sumatera Utara maupun islam...memberikan bimbingan pada anak-anak. Anak - anak yang bermasalah seperti beranntam, cabut, tawuran, termasuk juga mencemarkan nama sekolah..maka akan kita bina, kita tuntun berkerja sama dengan guru dan dilemparkan kepada guru konseling...istilahnya BP kalo sekarang...baru nanti dibuat surat peringatan dan surat perjanjian apabila melanggar daripada aturan yang dibuat oleh sekolah..maka anak tersebut kita kembalikan pada orang tua..pembinaan yang kita lalukan yaitu sampai 3 kali..” Hasil wawancara dengan bapak Drs. Manik, pada tanggal 22 Juli 2013 Dari hasil wawancara dengan bapak Sukirman dan juga bapak Drs. Manik, dapat diketahui bahwa kontrol sosial yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, adalah dengan cara melakukan berbagai upaya, yaitu seperti: pengarahansosialisasi, pembinaan secara terpadu yaitu umum menyeluruh, pengamatan, bina mental. Sejalan dengan hasil wawancara dengan bapak Drs. Manik diatas, Nasution 2010 : 18 menyatakan bahwa, kontrol langsung di sekolah bersumber pada kepala sekolah dan guru. Merekalah yang menentukan kelakukan yang bagaimana yang diharapkan dari murid - murid. Bila anak - anak melanggar peraturan, guru - guru dapat menggunakan otoritas untuk menindah murid itu sehingga tidak akan mengulanginya lagi. Namun, peneliti berpendapat bahwa, saat ini masih banyak sekolah yang pada awalnya bertujuan untuk mengontrol anak didiknya seringkali kelepasan kontrol dan melakukan tindakan kekerasan, seperti: memukul, memberikan hukuman yang terlalau berat terhadap siswa dalam mengendalikan dan mencegah perilaku menyimpang dikalangan remaja. Akibatnya dari dilakukannya kontrol sosial yang bersifat kekerasan tersebut, maka tidak jarang banyak siswa - siswa juga sering melakukan tindakan yang menyimpang dari nilai - nilai dan norma sosial. Salah satu contoh tindakan perilaku menyimpang yang Universitas Sumatera Utara banyak dilakukan oleh pelajar yang masih tergolong remaja adalah tindakan meresahkan dan menggangu masyarakat yang dilakukan oleh kelompok sosial seperti, Geng Motor. Dilain sisi, dari hasil wawancara dengan bapak Drs. Manik juga dapat diketahui bahwa, upaya yang dilakukan oleh praktisi pendidikan dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja adalah dengan cara membuat kegiatan - kegitan ekstrakurikuler, seperti: bola basket, volly, futsal, tennis meja, pramuka, dan lain – lain, yaitu dengan tujuan untuk merangsang siswa akan masa depannya dan juga untuk mengisi waktu luang remaja, sehingga tidak terpengaruh untuk ikut - ikutan bergabung terhadap hal - hal yang menyimpang seperti kelompok sosial yang menyimpang, seperti Geng Motor. Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Hirschi dalam Atmasasmita 1992 yang mengatakan bahwa, semakin tinggi involvement keterlibatan seseorang apada kegiatan - kegitan atau aktifitas - aktifitas konvensional maka dengan sendirinya akan mengurangi kecendurungan atau peluang seseorang untuk melakukan tindakan - tindakan yang melanggar hukum. Artinya bahwa dengan tersedianya sarana dan prasarana kegiatan - kegitan olah raga, maka secara tidak langsung juga telah mengurangi kesempatan individu untuk bergabung dengan hal - hal yang menyimpang. Lebih lanjut, dari hasil wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK 1 Percut Sei Tuan yaitu bapak Drs. Manik juga dapat diketahui bahwa, salah satu upaya yang dilakukan oleh SMK I Percut Sei Tuan untuk mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja seperti Universitas Sumatera Utara perilaku Geng Motor adalah dengan cara pembinaan pada saat MOS Masa Orientasi Sisiwa. Berbicara mengenai pengendalian sosial yang dilakukan oleh sekolah dengan cara pembinaan melalui MOS Masa Orientasi Sisiwa terhadap sisiwa, yaitu dengan tujuan agar remaja tidak ikut terilbat ke kegiatan yang menyimpang seperti halnya Geng Motor, maka peneliti berpendapat bahwa perlu adanya pengkajian ulang tentang pengadaan MOS Masa Orientasi Sisiwa di berbagai sekolah - sekolah. Sering sekali, MOS dijadikan ajang oleh para senior untuk menamkan kebencian dan permusuhan pada juniornya, sehingga hal secara tidak langsung akan menjadi landasan karakter dari remaja yang kedepannya akan lebih bandel dan terlibat dalam kegiatan yang menyimpang. Menurut peneliti, MOS Masa Orientasi Sisiwa seharusnya bukan dilakukan oleh senior disekolah tertentu, melainkan yang melakukannya adalah guru - guru, dan kalaupun yang melakukannya adalah senior, maka senior yang melakukannya haruslah yang memiliki prestasi yang baik. Jika hal itu dilakukan, maka peneliti berasumsi bahwa, tindakan perilaku menyimpang yang banyak dilakukan oleh remaja secara tidak langsung akan berkurang secara drastis. Masih dalam pembicaraan mengenai MOS Masa Orientasi Sisiwa, peneliti melihat bahwa pemberlakuan MOS Masa Orientasi Sisiwa di salah satu SMK yang menjadi lokasi penelitian skripsi yaitu SMK I Percut Sei Tuan ini sudah baik. Sedikitnya jumlah data siswa SMK I Percut Sei Tuan yang sering melanggar nilai - nilai atau peraturan SMK I Percut Sei Tuan membuktikan bahwa pelaksanaan MOS Masa Orientasi Sisiwa di SMK I Percut Sei Tuan sudah baik. Universitas Sumatera Utara Dari hasil wawancara dengan bapak Drs, Manik juga diketahui bahwa upaya SMK I Percut Sei Tuan dalam mengendalikan perilaku menyimpang dikalangan remaja, yaitu dengan cara menuntut siswa sekaligus membimbing sisiwa untuk mendalami nilai – nilai agama yang menjadi keyakinan mereka. Menurut peneliti memang benar bahwa salah satu upaya preventif yang dapat dilakukan dalam mengendalikan atau mengawasi seorang anak remaja terhindar dari perilaku menyimpang atau anarkis, seperti akhir - akhir ini yang banyak diperbincangkan oleh masyarakat, yaitu perilaku Geng Motor, adalah dengna cara membentuk kontrol batin siswa agar tidak mudah terpengaruh dengan teman – temannya. Jika dianalisis secara mendalam membuktikan bahwa salah satu upaya yang dilakukan oleh SMK I Percut Sei Tuan dalam mengandalikan perilaku menyimpang dikalangan remaja adalah dengan cara membentuk moralitas sisiwanya. Memang benar bahwa salah satu upaya yang paling dasar dalam mengendalikan perilaku seorang remaja adalah membentuk moralitas remaja sejak dini. Namun yang menjadi permasalahannya, peneliti melihat bahwa masih banyak sekolah - sekolah yang belum secara penuh memerapkan pendidikan karakter siswanya. Hal ini kita buktikan dengan masih banyaknya anak remaja yang terlibat dalam perilaku - perilaku yang menyimpang, seperti perilaku yang ahir - ahir ini sangat meresahkan masyarakat, yaitu perilaku Geng Motor, narkoba dikalangan remaja, tawuran dan berbagai perilaku menyimpang lainnya. Lebih bahayanya lagi, banyak sekali anak - anak remaja yang ketika tertangkap tangan Universitas Sumatera Utara melakukan tindakan yang menyimpang, bahkan tidak menunjukkan tanda - tanda peneyesalan.

4.5.2. Kontrol Sosial Pemerintah Secara Persuasif

Basrowi 2005 : 98 mengatakan pengendalian dengan cara persuasif adalah pengendalian yang dilaksanakan yaitu dengan cara melakukan membujuk dan mengajak secara halus membujuk, merayu seseorang atau sekelompok orang agar mematuhi nilai - nilai dan norma - norma sosial yang berlaku di masyarakat. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Basrowi, maka kotrol sosial pemerintah secara persuasif dalam hal ini adalah kontrol atau pengendalian yang dilakukan oleh lembaga agen sosialisasi yang berada dalam lingkungan pemerintah, seperti misalnya kontrol sosial yang dilakukan, Lembaga kepolisian, dan Lembaga sekolah dan juga yang dilakukan oleh oleh Pemerintah Desa Bandar Khalipah. Adapun kontrol sosial secara persuasif yang dilakukan oleh ketiga lembaga pemerintah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kontrol Lembaga Kepolisian Seperti halnya pembujukan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak - anaknya agar tidak melakukan tindakan yang tidak diinginkan atau perilaku menyimpang, maka hal yang sama juga dilakukan oleh Kepolisian Sektor Percut Sei Tuan dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti Geng Motor yaitu dengan cara melakukan bujukan dan nasehat secara lebih intensif terhadap anggota Geng Motor yang telah berulang kali tertangkap tangan melakukan tindakan yang meresahkan masyarakat atau bahkan tindakan kriminal. Pembinaan pola pikir terhadap anggota Geng Motor adalah Universitas Sumatera Utara salah satu bagian yang dilakukan oleh kepolisian dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, tidak terkecuali dalam hal ini adalah pembujukan terhadap mereka yang telah berulang kali tertangkap melakukan tindakan yang meresahkan mayarakat atau tindakan pidana. Salah satu bentuk bujukan yang dilakukan dalam mengendalikan perilaku menyimpang dikalangan remaja adalah dengan cara ,seperti; menekankan faktor malu atas tindakan yang dia lakukan, menekankan pada perasaan bersalah atas tindakan yang dilakukan anak remaja terhadap korbannya dari tindakan penyimpangan yang dilakukan, menunjukkan langsung contoh nyata efek dari tindakan kriminal yang mereka lakukan terhadap masa depan mereka kedepannya, seperti; misalnya dengan cara melihat, dan memperkenalkan orang - orang tahanan, menyuruh untuk berkomunikasi langsung dengan orang tahanan. Dengan demikian secara tidak langsung dapat merasakan tentang bagaimana menjadi tahanan. Kepolisian Sektor Percut Sei Tuan juga memberikan penjelasan bahwa orang - orang yang menjadi tahanan tersebut adalah orang yang sudah tidak punya harapan hidup. Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan dari bapak Provos Zulfikar saat saya melakukan wawancara. “...Cara yang kami lakukan untuk mencegah tindakan yang telah berulang kali tertangkap melakukan tindakan yang meresahkan adalah dengan cara melakukan bujukan yang kami lakukan secara terus menerus, seperti misalnya dengan cara menanyakan bagaimana perasaan mereka kalau mereka ada dipihak korban dari tindakan Geng Motor...kami juga memberikan contoh seperti misalnya bagaimana perasaan kalian kalau korban dari tindakan yang mereka lakukan terhadap korbannya adalah kakak atau ibunya... apakah mereka sedih atau tidak...selanjutnya kami selalu memberikan komitmen tentang masa depannya, seperti kamu datang ke sekolah, dibiayai orang tua, tapi kamu malah ikut- ikutan Geng Motor, merampok orang, berantam...bagaimana Universitas Sumatera Utara masa depan kamu nanti,..kamu mau jadi apa besok?.. mau dibawa kemana negara ini kalo generasi penerus kayak kamu semua. Kami juga memperkenalkan anggota Geng Motor dengan para narapidana, mempersilahkan mereka untuk berkomunikasi langsung dan mempersilahkan langsung menanyakan tentang perasaan narapidana tersebut selama menjadi tahanan. Anggota Geng Motor yang kebanyakan adalah pelajar yang masih dalam tahap pencarian jati diri juga kami sadar bahwa dia adalah anak- anak kami, jadi salah kalau ada yang menyatakan kami melakukan kekerasan terhadap anggota Geng Motor selama ditahan di Polsek. Yang kami lakukan terhadap mereka adalah pembujukan, karena apabila kami melakukan tindakan secara kekerasan seperti memukul, menampar untuk mencegah agar tindakan yang meresahkan yang meraka lakukan tidak dilakukan lagi, justru akan semakin tinggi angka grafiknya mereka akan mengulanginya lagi....jadi kami harus melakukan bujuk. Intinya kami tetap malakukan sosialisasi, dan memperlakukan mereka seperti manusia walaupun mereka telah berungkali melakukan tindakan yang meresahkan atau bahkan tindakan kriminal...” Hasil wawancara di Polsek Percut Sei Tuan, 19 Juni 2011 Dari hasil wawancara dengan bapak Provos Zulfikar tentang kontrol sosial secara persuasif diatas, maka dapat diketahui bahwa bujukan, nasehat, dan pembinaan yang tidak henti - hentinya dilakukan lembaga sekolah, kepolisian, dengan tujuan yang sama yaitu agar tidak mengulangi suatu tindakan tertentu yaitu dengan cara, seperti; membuat berbagai kegiatan - kegitan untuk mengisi waktu anak remaja, sehingga tidak terpengaruh dan bergabung dengan kelompok - kelompok sosial yang menyimpang, seperti Geng Motor. Selain itu, bujukan, pembinanan, juga dilakukan oleh pihak kepolisan terhadap anak - anak remaja khusususnya bujukan kepada anggota Geng Motor yang telah berulang kali tertangkap tangan melakukan tindakan yang meresahkan masyarakat atau bahkan tindakan kriminal, sehingga dengan demikian kedepannya tidak mengulangi tindakan yang sama, dan meyakinkan mereka terhadap nilai - nilai yang diajarkan. Universitas Sumatera Utara Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Basrowi 2005 : 98 yang mengatakan bahwa pengendalian sosial secara persuasif dapat dilaksanakan dengan membujuk dan mengajak secara halus membujuk, merayu seseorang atau sekelompok orang agar mematuhi nilai - nilai dan norma - norma sosial yang berlaku di masyarakat. Ini menunjukkan bahwa selain kontrol yang dilakukan dalam bentuk sanksi hukum, kepolisian terlebih dahulu juga harus melakukan sosialisasi dan pembujukan sebagai upaya dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang seperti Geng Motor. Sosialisai tersebut bisa dilakukan dengan cara sosialisasi langsung ke tempat - tempat yang memungkinkan untuk menyampaikan pesan - pesan moral atau nilai - nilai yang baik terkait dengan masalah yang sedang dihadapi, seperti misalnya masalah perilaku Geng Motor yang sangat meresahkan masyarakat dengan tindakan menyimapang atau bahkan tindakan yang termasuk melanggar hukum pidana dari anggotanya. Adapun menurut peneliti tempat sosialisasi yang cukup bagus untuk melakukan sosialisasi tentang bahayanya Geng Motor terhadap remaja adalah seperti sekolah, temapat - temapat keramain yang banyak dihuni oleh remaja, yaitu dengan cara misalnya melakukan himbauan melalui sepanduk atau umbul - umbul, poster, dan lain - lain. Namun dari hasil wawancara dengan bapak Zulfikar, peneliti tidak menemukan pernyataan yang ungkapkan oleh bapak Zulfikar tentang pemanggilan orangtua dan pihak sekolah dari anak remaja yang melakukan penyimpangan. Untuk itu, peneliti berpendapat bahwa seharusnya kepolisian dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja secara Universitas Sumatera Utara persuasif memanggil kedua orangtua dan juga guru dari anak remaja yang melakukan penyimpangan. Menurut peneliti, pemanggilan orangtua dan guru sekolah dari anak remaja yang melakukan penyimpangan adalah untuk memberitahukan bahwa anak atau anak didik mereka terlibat dalam tindakan yang menyimpang, sehingga dengan demikian peran dari keluarga dan sekolah dapat lebih ditingkatkan dalam mengawasi anak remaja tersebut. Pendapat peneliti tersebut sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Horton dan Hunt 1996 : 276 yang menyatakan bahwa keluarga merupakan kelompok primer yang pertama dari seorang anak dan dari situlah pengembangan kepribadian bermula. Selain itu, pendapat peneliti tersebut juga sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Hirschi dalam Atmasasmita 1992 yang mengatakan bahwa, penyimpangan atau bahkan keriminalitas atau perilaku menyimpang merupaka bukti kegagalan kelompok - kelompok sosial konvensioal untuk mengikat individu agar tetap conform, seperti keluarga, sekolah, atau institusi pendidikan dan kelompok dominan lainnya.

2. Kontrol Lembaga Pendidikan