menyimpang di masyarakat yang semakin maju, khususnya dalam hal ini adalah mengendalikan perilaku menyimpang dikalangan remaja yang ahir - ahir ini
menjadi perbincngan banyak orang di perkotaan, yaitu Geng Motor, maka menurut peneliti itu bukan berarti sanksi - sanksi sosial sudah tidak efektif lagi
dugunakan dalam mengendalikan perilaku masyarakat agar terhindar dari perilaku yang menyimpang. Sanksi - sanksi sosial seperti, menyuruh menyapu jalanan,
mengangkat sampah, menelanjangi di individu yang tertangkap melakukan penyimpangan adalah salah satu tawaran dari peneliti yang kiranya dapat
dilakukan dalam mengendalikan perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti Geng Motor.
2. Kontrol Lembaga Kepolisian
Pemberian sanksi hukum sesuai dengan tindakan kriminal yang dilanggar terhadap anggota Geng Motor yang sedang tertangkap tangan melakukan tindakan
kriminal merupakan salah satu upaya represif yang dilakukan oleh Kepolisian Sektor Percut Sei Tuan untuk mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang
dikalangan remaja, yang salah satu contohnya adalah perilaku Geng Motor. Untuk lebih jelasnya berikut hasil wawancara peneliti dengan Kabid Reskrim Percut Sei
Tuan yaitu bapak AKP Faidir. “....Selanjutnya setelah kita melakukan sosialisasi pada
masyarakat, sekolah, rumah ibadah dengan menyampaikan sanksi - sanksi hukum kepada anak - anak remaja khususnya pelajar
SMA dan STM yang berkitan dengan Geng Motor, maka langkah selanjutnya adalah memberikan sanksi yang tegas kepada mereka
yang melanggarnya dan kami tidak akan memberikan toleransi apabila yang bersangkutan berbuat tindakan kriminal adalah
anggota Geng Motor. Kami tidak memberikan toleransi dengan alasan bahwa Geng Motor ini adalah penyakit masyarakat yang
dengan aksi - aksinya seperti memukuli orang, merampok sepeda
Universitas Sumatera Utara
motor maupun merampas barang berharga lainnya, dimana kalau hal ini di biarkan terus menerus maka Geng Motor ini akan
berkembang menjadi tradisi baru bagi anak - anak muda sekarang. Walaupun dalam hal ini kami memberikan hukuman
yang lebih ringan dengan hukuman orang dewasa yang melakukan tindakan kriminal, artinya bahwa hukumannya
separuh lebih ringan dari hukuman orang dewasa dan juga mereka pada saat di pengadilan didampingi oleh KPIA dan
BAPAS, dimana seperti saya jelaskan sebelumnya bahwa kebanyakan anggota Geng Motor adalah pelajar karena itu ada
yang bahkan didampingi Komnas Perlindungan Anak KPIA...” Hasil wawancara di Polsek Percut Sei Tuan, 10 Juni 2013
Hasil wawancara dengan bapak AKP Faidir, sesuai dengan pernyataan yang dikemukan oleh Keontjaraningrat dalam Wahyuni 2004 : 153 yang
menyatakan bahwa salah satu upaya dalam mengendalikan perilaku menyimpang adalah dengan memberlakukan hukuman yang merajuk pada sistem hukum yang
ada dengan mengenakan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya. Seorang yang melakukan tindak pidana akan menerima hukuman pidana yaitu dalam bentuk
kurungan penjara. Mengembangkan rasa takut dalam jiwa masyarakat yang hendak menyeleweng dari norma - norma hukum, maka secara tidak langsung
seseorang akan menghinrdar dari perbuatan yang menyimpang. Dari hasil wawancara dengan bapak AKP Faidir dan pernyataan yang
dikemukan oleh Keontjaraningrat dalam Wahyuni 2004 : 153 yaitu tentang upaya mengendalikan perilaku menyimpang yang dilakukan dengan pemberian
sanksi hukum terhadap mereka yang melanggar suatu norma - norma tertentu, maka peneliti berasumsi bahwa adanya sosialisasi tentang pemberian sanksi
hukum terhadap remaja yang melakukan yang menyimpang atau bahkan tindakan pidana, maka secara tidak langsung akan mengurangi kecendrungan anak remaja
untuk melakukan tindakan yang menyimpang atau melanggar norma - norma
Universitas Sumatera Utara
tertentu. Untuk itu selain adanya sosialisai, penyuluhan, pembinaan terhadap anak remaja, maka sanksi - sanksi hukum formal adalah seseuatu yang harus
dilakukaan manakala tindakan kontrol sosial internal, seperti sosialisasi, penyuluhan dan berbagai tindakan lainnya gagal dilakukan dalam mengendalikan
banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti perilaku Geng Motor yang kebanyakan anggotanya adalah anak remaja.
Asumsi penulis tersebut sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Prodjodikoro dalam Soedjono 1981 : 91 yang mengatakan bahwa dalam
masyarakat yang kompleks, dimana kontrol sosial yang informal dengan cara - cara, seperti mengolok - olok, mungucilkan sudah tidak efektif lagi diterapkan,
maka salah satu cara terbaik untuk mengendalikan dan mengawasi perilaku masyarakatnya adalah melalui lembaga - lembaga hukum. Dari teori yang
diungkapakan oleh Prodjodikoro tersebut, maka peneliti berpendapat bahwa untuk mengendalikan perilaku menyimpang dikalangan remaja, yang salah satu
contohnya adalah perilaku Geng Motor yang sangat meresahkan masyarakat yang berada dalam kawasan perkotaan dan kawasan yang pinggiran kota ,seperti Desa
Bandar Khalipah benar seperti yang diungkapakan oleh Prodjodikoro yaitu memberlakukan atau memberikan hukuman formalpidana sesuai dengan tindakan
kriminal yang dilakukan, sehingga dengan pemberian sanksi hukum pidana tersebut dapat memberikan efek jera bagi anggota Geng Motor yang sering sekali
melakukan tindakan - tindakan yang meresahkan masyarakat. Namun, peneliti berpendapat bahwa yang menjadi permasalahan sekarang ini banyak masyarakat
yang berupaya dalam mengendalikan perilaku menyimpang dikalangan remaja,
Universitas Sumatera Utara
seperti Geng Motor tanpa melewati tahap - tahap atau proses kontrol sosial, seperti kontrol preventif, persuasif, represif, coersif. Banyak agen - agen kotrol
sosial, seperti: masyarakat, lembaga kepolisian, pemerintah langsung menggunakan kontrol sosial yang berupa sanksi hukum atau tindakan yang berupa
kekerasan fisik untuk mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang.
3. Kontrol Lembaga Pendidikan