Pengambilan CoT pertama Desember 1997 - Maret 1998

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 1999 15 tor rekreasi penyelaman di Manado pada tanggal 14 Januari 1997. Pada tanggal 24-25 Februari 1998, kegiatan ini berhasil mengumpulkan sekitar 766 individu CoT dari 3 lokasi ‘perairan’ desa Tumbak Pulau Punten, Pulau Baling-baling, dan Teluk Sompini dan 1 lokasi ‘perairan’ Bentenan Bohanga. Kegiatan ini melibatkan 162 orang, yang terdiri dari 70 penduduk desa Bentenan dan 92 penduduk desa Tumbak, selain unsur pemerintahan lokal maupun propinsi BAPPEDA, universitas, LSM dan pemerhati lingkungan dari dalam dan luar negeri Gambar-2.

7.2. Pengambilan CoT kedua April 1998

Dalam persiapan kegiatan yang kedua ini, pra-survey kedua dilakukan oleh Senior Ex- tension Officer, masyarakat dan seorang ahli dari International Coral Reef Society di 3 tiga lokasi, yaitu Pulau Punten, Teluk Sompini, dan Bohanga, dengan menambah kegiatan pendidikan lingkungan hidup satu hari sebelum pelaksanaan. Juga koordinasi dengan pemerintah desa dan para tokoh masyarakat dan pengaturan strategi serta rencana teknis dilakukan oleh FEO dan seorang asistennya. Pengorganisasian partisipan masyarakat setempat dilakukan bersama dalam koordinasi dengan Kepala Dusun. Pengambilan CoT kedua ini dilakukan pada tanggal 30 April 1998. Kegiatan ini melibatkan 200 orang dari desa Tumbak. Dari 130 orang yang mengisi daftar hadir, 93 orang adalah laki-laki dan 37 orang adalah perempuan. Selain masyarakat setempat, terlibat juga para staf PP SULUT Technical advi- sor, Technical Extension Officer, Senior Extension Officer, Research Extension Officer, research diver, peneliti dan sukarelawan volunteer. Lokasi pengambilan CoT adalah sama dengan lokasi kegiatan pertama, yaitu di sekitar Pulau Punten, Pulau Baling-baling, Teluk Sompini dan Bohanga.

7.3. Strategi pengambilan dan perlakuan terhadap CoT

Dalam pelaksanaan pengambilan CoT, terdapat dua kelompok partisipan yang terlibat langsung menangani CoT, yaitu kelompok penyelam yang berada di air dan kelompok penampung yang berada di atas perahu. Kelompok pertama mengambil CoT dengan cara menusuk badan CoT kemudian mengikat dan menguntainya dalam seutas tali yang panjangnya 2 meter. Setiap tali dapat digunakan untuk mengikat 20 buah CoT. Untaian CoT ini kemudian dibawa penyelam ke permukaan air untuk diserahkan kepada kelompok pengumpul di perahu. Seorang mampu mengambil CoT sekitar 30 buah dengan total berat sebesar 5 kg. Seorang penyelam dapat melaksanakan penyelaman selama 2-3 menit setiap kali menyelam. Lokasi tempat ditemukannya CoT pada umumnya adalah pada kedalaman 0.5 m hingga sekitar 5,0 meter di laut yang tenang. CoT yang terkumpul kemudian diukur dan kemudian dimusnahkan dan dikubur di pantai Gambar-3. Di akhir kegiatan dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan, penjelasan hasil pembersihan CoT dan cara mengisi data sheet untuk memonitor jumlah terumbu karang yang dikumpulkan.

7.4. Analisis Isu

CoT ini adalah adalah salah satu hewan laut yang hidup di terumbu karang. Jumlah populasi CoT yang tinggi outbreak telah mengakibatkan kematian terumbu karang secara besar-besaran. Hal ini pernah terjadi di Gambar-2. Kegiatan pengambilan bintang laut berduri Crown of Thorn oleh masyarakat di desa Bentenan dan Tumbak. Baju kaos t-shirt yang digunakan bergambar simbol binatang tersebut. Foto: Nicole Fraser . Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 1999 16 Kepulauan Ryukyu Jepang, Micronesia, Samoa Barat, Cook Islands, Fiji, Society Islands, Laut Merah, Hawaii, Maladewa, Malaysia Timur dan Austra- lia Moran, 1998. Penyebab timbulnya outbreak ini, menurut para ahli, diduga akibat 1 hujan lebat yang panjang, dimana run off akan membawa nutrient ke laut sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kelimpahan jumlah fitoplankton yang merupakan makanan bagi larva CoT, sehingga memberikan peluang bagi ribuan larva untuk mendapatkan makanan yang cukup dan semakin besar peluangnya untuk tumbuh menjadi hewan dewasa dan mengkonsumsi karang hidup, serta 2 berkurangnya predator atau pemangsa mereka, misalnya giant triton shell Charonia tritonis, puffer fish Arothron hispidus, trigger fish Balistoides viridescens dan Pseudobalistes flavimarginatus, udang Hymenocera picta dan cacing Pherecardia striata. Namun, belum banyak bukti yang cukup untuk menunjukkan penyebab ini. Dalam konteks pengelolaan pesisir di lokasi proyek, kegiatan ini merupakan media untuk memperkenalkan lingkungan bawah laut. Hal ini lebih lengkap lagi karena sebelum mereka melakukan pengambilan CoT, mereka telah mengikuti program PLH. Program PLH dapat dianggap sebagai forum untuk peningkatan kesadaran akan lingkungan, nilai ekologis lingkungan dan potensi sumberdaya di laut atau pesisir sekitarnya. Wawancara terhadap sejumlah orang desa setelah kegiatan ini selesai dilakukan mendapatkan gambaran tentang pandangan pragmatis masyarakat terhadap pengambilan CoT ini. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kegiatan ini bermanfaat untuk mengurangi kemungkinan kontak manusia dengan CoT yang mengakibatkan rasa sakit luar biasa walaupun tidak mematikan. Pendapat lain adalah untuk menjaga atau memelihara terumbu karang dari kerusakan akibat predasi CoT. Alasan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini cukup beragam, mulai dari ikut-ikutan hingga untuk mendorong kelestarian alam. Di Bentenan dan Tumbak telah ada kelompok-kelompok masyarakat pemantau terumbu karang. Sebagai salah satu topik yang menarik untuk kelompok-kelompok ini adalah perkembangan populasi dan penyebaran CoT. Mereka akan terus melanjutkan kegiatan ini secara berkala setiap 3-6 bulan secara massal dengan petunjuk dan fasilitas PP SULUT selama proyek masih berjalan. Jika proyek telah selesai, kegiatan pengambilan CoT ini akan dilakukan oleh perorangan secara sukarela dan sesuai dengan kemampuan. Untuk pengambilan CoT secara massal, keberhasilannya tergantung dari pembinaan pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Adanya kelompok- kelompok ini mungkin dapat diang gap merupakan salah satu indikator ‘keberhasilan’ kegiatan pengambilan CoT. Perhatian pemerintah terhadap kegiatan ini tercermin selain dari dukungan resmi juga dengan kehadiran para pejabatnya pada saat pengambilan CoT dilakukan. Hadir di antara partisipan adalah Wakil Ketua Bappeda SULUT, Sekretaris Wilayah Kecamatan Belang dan Kepala Desa. Kehadiran mereka diperkirakan memberikan dorongan moril kepada masyarakat yang berpartisipasi. Satu hal yang menarik dari pendekatan ini adalah jika kegiatan-kegiatan tersebut menjadi rutin dan sudah memasyarakat di kalangan penduduk desa, maka pemantauan terhadap CoT merupakan suatu kebutuhan penduduk setempat. Bagaimana caranya agar kegiatan tersebut merupakan kebutuhan mereka? Salah satu alternatif adalah dengan menerangkan keuntungan- keuntungan yang diperoleh penduduk setempat jika kondisi lingkungan dan Gambar-3. Pengukuran bintang laut berduri Crown of Thorn untuk mendapatkan komposisi ukurannya di desa Bentenan dan Tumbak. Foto: Christovel Rotinsulu