Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 1999
4 pengalaman Proyek Pesisir dalam dua tahun terakhir, khususnya di Sulawesi
Utara, kepada sejumlah pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan pesisir dan membahas serta mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Proyek Pesisir,
khususnya kegiatan early actions, monitoring dan Provincial Working Group Lampiran-5. Dari lokakarya ini diharapkan ada masukan dan kritik serta
saran, baik untuk kegiatan yang telah dilakukan maupun kegiatan Learning Team di masa yang akan datang. Lokakarya ini selain diikuti oleh staf Proyek
Pesisir juga diikuti oleh staf atau utusan berbagai lembaga atau instansi yang berkaitan dengan pengelolaan pesisir dan laut, seperti BAPPENAS, Direktorat
Jenderal Pembangunan Daerah - Departemen Dalam Negeri, COREMAP dan utusan Lembaga Swadaya Masyarakat.
1. Pemahaman proses pembelajaran
2. Konsultasi dengan Technical Advisor
3. Penawaran topik isu yang akan
didokumentasikan
4. Pelingkupan 5. Penentuan topik
isu yang akan di dokumentasikan
1. Penyusunan proposal
2. Kajian pustaka 3. Masukan dari
staf lapangan 4. Kunjungan
ke lapangan 5. Laporan hasil
kunjungan lapangan
A. Tahap Persiapan
B. Tahap Implementasi
C. Tahap Diseminasi dan Evaluasi
6. Masukan dari staf lapangan
7. Perbaikan laporan hasil kunjungan
lapangan
8. Draft paper lessons learned
9. Masukan dari Field Site Manager dan Technical Advisor
10. Paper untuk lokakarya
4. Penyusunan prosiding lokakarya
3. Masukan dari staf proyek dan peserta lokakarya
lainnya
2. Lokakarya dihadiri oleh staf proyek dan
stakeholders
1. Persiapan lokakarya
Gambar-1. Tahap Kegiatan Learning Team dalam rangka pendokumentasian kegiatan proyek pesisir
Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 1999
5
PENGANTAR
Proyek Pesisir atau Coastal Resources Management Project CRMP bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan taraf hidup masyarakat
pesisir dan kondisi sumberdaya dan lingkungan pesisir dimana masyarakat tersebut menggantungkan hidupnya. Upaya ini dilakukan dengan menerapkan
konsep pendekatan desentralisasi dan penguatan kelembagaan maupun perorangan dalam pengelolaan sumberdaya alam, khususnya sumberdaya
pesisir dan laut. Secara khusus, Proyek Pesisir Sulawesi Utara PP SULUT sedang mencoba menerapkan 3 model pengelolaan wilayah pesisir, yaitu model
penyusunan rencana pengelolaan berbasis-masyarakat di Sulawesi Utara, berbasis-ekosistem di Kalimantan Timur dan berbasis wilayah administratif
propinsikabupaten di Lampung.
Di Sulawesi Utara, Proyek Pesisir saat ini sedang mengembangkan model pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir yang melibatkan masyarakat
dan bersifat desentralisasi yang diharapkan dapat memperbaiki dan mempertahankan kondisi sumberdaya wilayah pesisir serta memperbaiki
kualitas hidup masyarakat yang menggantungkan kehidupannya pada
KAJIAN TERHADAP KONSEP EARLY ACTIONS
PROYEK PESISIR SULAWESI UTARA Oleh:
Bambang Haryanto, M. Fedi A. Sondita, Neviaty P. Zamani, Amiruddin Tahir, Burhanuddin, Johnnes Tulungen, Christovel Rotinsulu, Audrie Siahainenia, Meidi Kasmidi, Egmond Ulaen dan Pierre Gosal.
Abstrak
Early actions merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat dalam mendukung program jangka panjang sampai tersusunnya management plan berbasis masyarakat di tingkat desa. Tujuan diselenggarakannya early actions adalah untuk menarik perhatian dan dukungan, meningkatkan kesadaran dan
kemampuan masyarakat dalam penyelenggaraan pengelolaan pesisir serta menerapkan kegiatan proyek dalam skala kecil di tingkat desa. Early actions yang dilaksanakan oleh Proyek Pesisir di Sulawesi Utara merupakan kombinasi prakarsa masyarakat desa dan Proyek Pesisir. Prakarsa ini diwujudkan berdasarkan
pada isu-isu prioritas dalam pengelolaan wilayah pesisir di desa atau lokasi proyek. Pengalaman penyelenggaraan early actions ini masih perlu dikaji secara lebih rinci sebelum diterapkan di lokasi lain di Indonesia.
sumberdaya pesisir. Model ini diterapkan di tiga lokasi yang mencakup empat desa di wilayah Kabupaten Minahasa, yaitu Bentenan, Tumbak, Blongko dan
Talise. Pengalaman dari penerapan model pengelolaan di ke-empat desa tersebut diharapkan dapat diadopsi di tempat lain, dengan kemungkinan
beberapa penyesuaian mengingat adanya keragaman karakteristik antar desa, antar kabupaten dan antar lokasi geografi.
Pelaksanaan program pengembangan yang berbasis masyarakat tersebut sangat membutuhkan dukungan dan partisipasi masyarakat. Sebagai
suatu strategi pelaksanaan kegiatannya, PP SULUT telah melaksanakan kegiatan yang dikategorikan early actions di desa-desa proyek. Kegiatan early actions
merupakan suatu kegiatan yang mengawali kegiatan yang lebih besar dan berjangka panjang, yaitu rencana pengelolaan berbasis masyarakat tingkat desa
di Sulawesi Utara.