Pelaksanaan early actions ~ Implementation of early actions

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 1999 77 2. PROVINCIAL WORKING GROUP 2.1. PENDAHULUAN

2.1.1. Latar belakang

Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan wilayah pesisir, mengakibatkan kegiatan diwilayah tersebut juga sangat barvariasi. Hal ini memerlukan adanya suatu bentuk pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir secara terencana dan terpadu, agar kesinambungan dan kelestarian sumberdaya yang ada dapat mendukung berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia secara berkelanjutan. Salah satu aspek penting dalam mencapai tujuan dan sasaran dalam pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu, perlunya adanya koordinasi dan kerjasama antara institusi yang terkait dalam menyusun perencanaan, implementasi, pengawasan dan evaluasi yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir. Hal ini diperlukan guna menghindari adanya tumpang tindih antar sektor dalam proses perencanaan pengelolaan dan pelaksanaan di lapangan. Provincial Working Group PWG yang dibentuk di Manado dan Provin- cial Advisory Committee PAC yang dibentuk di Lampung merupakan suatu hal yang diharapkan mampu mengatasi hal tersebut. PWG dan PAC ini diharapkan dapat berfungsi sebagai suatu “wadah” atau “organisasi” yang melibatkan semua institusi yang terkait dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir. Sehingga dalam proses pengelolaan mulai dari perencanaan dan pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dapat terencana dan terpadu dengan baik, dengan melibatkan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dari para stakeholders yang ada.

2.1.2. Tujuan

Pendokumentasian kegiatan PWG dan PAC dilakukan untuk mendapatkan informasi, sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek pengelolaan wilayah pesisir di Indonesia. 2.2. METODOLOGI 2.2.1 Pendekatan Dalam kegiatan pendokumentasian PWG dan PAC ini, pendekatan yang dilakukan adalah menginventarisir berbagai informasi terhadap seluruh proses pelaksanaan kegiatan PWG di Sulawesi Utara dan PAC di Lampung. Data, informasi dan keterangan yang perlu didokumentasikan dalam kegiatan ini dapat dikategorikan sebagai data primer dan data sekunder. Di bawah ini merupakan penjelasan bagaimana Learning Team akan melakukan pengumpulan data tersebut.

2.2.2. Data Primer Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan observasi lapang.

a. Kuisioner dan Wawancara Questioner and Interview

Learning Team Learning Team akan menyusun satu kuisioner yang akan menjadi panduan pertanyaan untuk menggali dan menemukan informasi yang berkaitan melalui wawancara. Wawancara akan dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang disusun dalam bentuk semi struktural yang bersifat “open-ended”. Dengan demikian diharapkan bahwa jawaban yang diterima dari suatu pertanyaan akan dapat menghasilkan atau menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lain secara terus menerus Snow Balling Method sampai informasi yang diperoleh jelas, ada kepastian dan dapat dipertanggung- jawabkan. Daftar pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner disajikan dalam Kotak-2. Wawancara Learning Team dengan para responden dilakukan dengan cara tidak langsung jarak jauh dan secara langsung face-to-face. Wawancara tidak langsung dilakukan dengan melalui telepon dan e-mail. Sedangkan wawancara langsung dilakukan dengan berhadapan langsung dengan responden di satu tempat dan pada waktu tertentu yang telah disepakati ataupun diatur kemudian. Responden dalam kegiatan ini adalah kelompokindividu yang menjadi target wawancara baik secara langsung maupun tidak langsung.