44 Fase 6. Provide recognition
Memberikan pengakuan atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun
kelompok
Sumber: Suprijono, 2009: 84 Fase pertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini
penting dilakukan karena siswa perlu memajami prosedur dan aturan dalam proses pembelajaran. Fase kedua, guru menyampaikan informasi, karena informasi
merupakan isi akademik. Fase ketiga, sering terjadi kekacauan pada fase ini, oleh karena itu guru harus menjelaskan pentingnya kerjasama dalam kelompok dan
mencapai tujuan menyelesaikan tugas. Fase keempat, guru mendampingi kelompok, mengingatkan tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang
dialokasikan. Pada fase ini guru lebih memberikan arahan dan petunjuk kepada siswa. Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan konsisten sesuai tujuan
pembelajaran. Fase keenam, guru mempersiapkan struktur penghargaan yang akan diberikan kepada siswa.
5. Tipe-tipe pembelajaran Kooperatif
Slavin 2008 : 11-16 menyebutkan berbagai tipe dalam pembelajaran
kooperatif. Tipe-tipe tersebut yaitu:
a. STAD Student Team-Achievement Division b. Teams Games Tournament TGT
c. Jigsaw II d. TAI Team Accelerated Instruction
e. CIRC Cooperatif Integrated Reading And Composition f. GI Group Investigasi penyelidikan kelompok
45 g. Co-op Co-op
h. NHT Numbered Head Together Sejalan dengan Susanto 2014: 226-249 pembelajaran kooperatif ada
beberapa tipe, yaitu sebagai berikut: a. NHT Numbered Head Together
b. Teams Games Tournament TGT c. Investigasi Kelompok
d. STAD Student Team-Achievement Division e. CIRC Cooperatif Integrated Reading And Composition
f. Jigsaw g. TAI Team Accelerated Instruction
Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif. Dalam penelitian ini peneliti memilih untuk menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT. Alasan peneliti menggunakan model pembelajaran tipe TGT karena siswa SD kelas IV berada
pada fase peralihan dari fase bermain ke fase sosial. Jadi anak akan merasa senang dan nyaman jika proses pembelajarannya di variasikan dengan bermain. Dengan
membuat siswa nyaman disaat pembelajaran pasti kreativitas dan pemikiran siswa akan muncul. Selain itu di pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa bekerja
sama dengan temannya untuk menumbuhkan motivasi belajar dan memahami pembelajaran dengan bertukar pikiran agar dapat membuat hasil belajar optimal.
46
6. Definisi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament TGT
Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh
siswa sebagai tutor sebaya tanpa harus ada perbedaan status, tipe ini mengandung unsur permainan dan penguatan reinforcement. Tipe ini dikembangkan secara
asli oleh de Vries dan Edward tahun 1995. Slavin 2008: 163-167 menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe TGT menggunakan permainan akademik. Menurut Jumanta 2016: 122 pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan serta penguatan. Menurut Susanto 2014: 233, pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang
memiliki kemampuan yang berbeda. Sejalan dengan pendapat Miftahul Huda 2015: 117 mendefinisikan bahwa TGT adalah pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam satu kelompok yang terdiri dari 3 orang yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi yang akan memiliki komposisi anggota
yang comparable. Asma 2006: 54 mendefinisikan TGT adalah suatu pembelajaran yang
didahului dengan penyajian materi pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa, setelah itu siswa berdiskusi
47 dengan kelompoknya untuk memecahkan masalah dan kemudian bertanding di
meja turnamen untuk membandingkan kemampuannya dengan kelompok lain. Menurut Sudarti 2015: 179 aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang
dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan
tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Dari beberapa pendapat diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang dimana pelaksanaannya siswa
ditempatkan pada kelompoktim belajar beranggotakan 4-5 orang yang berbeda dari kemampuan, dan latarbelakangnya. Dengan menggabungkan antara belajar
dengan permainan sehingga membuat siswa akan tergugah dan nyaman dalam
pembelajaran.
7.
Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament TGT
Slavin 2008:143-167 berpendapat bahwa ada komponen utama yang dilakukan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
TGT yaitu sebagai berikut:
a. Penyajian Kelas Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas,
biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar
memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan
48 membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game
karena skor game akan menentukan skor kelompok. b. Belajar Kelompok Tim
Biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan
lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
c. Game Pertanyaan dalam game disusun dan dirancang dari materi yang relevan
dengan materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh mewakili masing-masing kelompok.
d. Turnamen Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan. Biasanya
dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok bahasan, setelah guru memberikan materi dan kelompok mengerjakan lembar kerjanya.
e. Rekognisi Tim Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberi penghargaan berupa
hadiah atau sertifikat atas usaha yang dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang disepakati. Keberhasilan suatu kelompok
ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Dalam TGT ada tiga tingkatan penghargaan yang didasarkan pada skor rata-rata tim.
49
Tabel 6. Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria Rata-rata tim Penghargaan
40 Tim Baik
45 Tim Sangat Baik
50 Tim Super
Sumber: Slavin, 2008: 175 Ciri khas TGT dalam prakteknya lebih ditekankan dengan penggunaan game
akademik yang mengakulturasikan antara belajar kelompok dengan kompetisi kelompok. TGT terdiri dari lima tahapan yaitu presentasi kelas, timkelompok,
game, turnamen dan rekognisi tim. Nilai yang diperoleh dari game akan menentukan skor kelompok mereka masing-masing.
8.
Langkah-langkah Pembelajaran
Kooperatif Tipe
Teams Games
Tournament TGT
Warsono 2013: 198 menjelaskan bahwa langkah-langkah untuk
menggunakan TGT adalah sebagai berikut:
a. Permainan dilakukan menggunakan meja-meja, setiap meja terdiri dari 3 orang siswa mewakili tim yang berbeda. Permainan terdiri dari sejumlah pertanyaan
yang dirancang guru untuk mengatahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi tertentu. Permainan berupa kartu-kartu soal yang diberi nomor, setiap
perwakilan tim mengambil kartu soal tersebut dan berusaha menjawabnya. b. Turnamen merupakan struktur terkait pelaksanaan permainan tersebut. Untuk
turnamen pertama, guru menetapkan siapa yang bertanding pada meja permainan. Guru juga menetapkan tiga siswa peringkat atas dari setiap tim
untuk duduk di meja 2 dan seterusnya. Dengan demikian, setiap meja akan diisi oleh siswa yang kompetensinya seimbang.
50 c. Pada pertemuan selanjutnya siswa boleh berpindah meja tergantung pada
kinerjanya pada turnamen minggu pertama tersebut. Pada prinsipnya pemenang dari setiap meja naik ke meja yang lebih tinggi berikutnya.
d. Skor tim dihitung berdasarkan seluruh skor anggota tim. Langkah-langkah pembelajaran TGT menurut Slavin 2008: 163-165
adalah sebagai berikut: a. Class Presentationpresentasi kelas
Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan menyajikan informasimateri melalui demonstrasibahan
bacaan. Selanjutnya diumumkan kepada semua siswa bahwa akan melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan siswa diminta memindahkan bangku untuk
membentuk meja tim. Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi secara garis besarnya saja, biasanya dilakukan dengan cara pengajaran secara langsung
atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin oleh guru. Dalam presentasi kelas, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan
oleh guru, karena akan membantu siswa dalam kerja kelompok dan pada saat permainan Karena skor permainan akan menentukan skor kelompok.
b. Teamspengelompokan Tim terdiri dari 4 atau lima siswa heterogten yang mewakili seluruh bagian
kelas dalam hal kemampuan akademisnya. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. Siswa beranggotakan 4 sampai 5 siswa yang merupakan campuran
menurut tingkat kemampuan. Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
51 menguasai pelajaran tersebut. Dan yang paling penting pada tahap ini, siswa
saling berdiskusi, bertukar pikiran dalam hal pemahaman beda pendapat. c. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang
dirancang untuk menguji pengatahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game atau permainan terdiri atas pertanyaan-
pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh saat presentasi kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan games terdiri dari pertanyaan-
pertanyaan sederhana yang diberi nomor Guru mengarahkan aturan permainannya. Permainan dimainkan di atas meja dengan 4 sampai 5 orang siswa,
yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa
mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang
memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing. d. Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Kegiatan dalam turnamen adalah persaingan pada meja turnamen dari 4 sampai 5 orang
siswa dari tim yang berbeda dengan kemampuan setara. Pada permulaan turnamen diumumkan penetapan meja bagi siswa. Siswa diminta mengatur meja turnamen
yang ditetapkan. Setelah lengkap kegiatan turnamen dapat dimulai.
52
Gambar 1. Putaran Permainan Slavin, 2008: 173
e. Pada akhir putaran pemenang mendapat satu kartu bernomor, penantang yang kalah mengembalikan perolehan kartunya bila sudah ada namun jiika pembaca
kalah tidak diberi hukuman. Setelah selesai turnamen tentukanlah skor tim dan persiapkan sertifikat tim untuk member rekognisi kepada tim peraih skor
tertinggi. Untuk melakukan hal ini, pertama-tama periksalah poin-poin turnamen yang ada pada lembar skor permainan. Lalu pindahkan poin-poin
turnamen dari setiap siswa tersebut ke lembar rangkuman dari timnya masing- masing, tambahkan seluruh skor anggota tim, dan bagilah dengan jumlah
anggota tim yang bersangkutan. Penantang II
Boleh menantang jika penantang I melewati, dan jika dia memang mau.
Apabila semua penantang sudah menantang atau melewati, penantang
II memeriksa lembar jawaban. Siapa pun yang jawabannya benar berhak
menyimpan
kartunya. Jika
si pembaca salah, tidak ada sanksi,
tetapi jika kedua penantangnya yang salah,
maka dia
harus mengembalikan kartu yang telah
dimenangkannya ke dalam kotak, jika ada.
Penantang I Menantang jika memang dia
mau dan
memberikan jawaban
berbeda atau
boleh melewatinya Pembaca
1. Ambil satu kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan.
2. Bacalah pertanyaan dengan keras. 3. Cobalah untuk menjawab.
53
Gambar 2. Penempatan Meja Turnamen Slavin, 2008: 168 Tabel 7. Poin-Poin Turnamen Permainan Empat Pemain
Pemain Tidak
ada yang seri
Seri nilai tertinggi
Seri nilai
tengah Seri nilai
rendah Seri nilai
tertinggi 3-macam
Seri nilai terendah
3-macam Seri 4
macam Seri nilai
tetinggi dan
terendah
Peraih skor tertinggi
60 poin 50
60 60
50 60
40 50
Peraih skor Tengah atas
40 poin 50
40 40
50 50
40 50
Peraih skor Tengah
bawah 30 poin
30 40
30 50
50 40
30 Peraih skor
terendah 20 poin
20 20
30 20
30 40
30
Tabel 8. Poin-poin Turnamen Permainan Tiga Pemain
Pemain Tidak ada yang seri
Seri nilai tertinggi Seri nilai terendah
Seri 3-macam Peraih skor
tertinggi 60 poin
50 60
40 Peraih skor
tengah 40 poin
50 30
40 Peraih skor
rendah 20 poin
20 30
40
Tabel 9. Poin-poin Turnamen Permainan Dua Pemain
Pemain Tidak Seri
Seri Peraih Skor Tertinggi
60 poin 40
Peraih skor terendah 20 poin
40
54 Untuk turnamen pertama, guna menempatkan siswa pada
“tournaments table
” dengan pengaturan beberapa siswa berkemampuan tinggi dari tiap-tiap kelompok pada meja 1, siswa berkemampuan sedang meja 2 dan 3, kemudian
siswa berkemampuan rendah pada meja 4. Setelah turnamen selesai dilakukan penilaian, guru melakukan pengaturan
kembali kedudukan siswa pada tiap meja turnamen, kecuali pemenang meja tertinggi meja 1. Pemenang dari setiap meja dinaikkan atau digeser satu tingkat
ke meja yang lebih tinggi tingkatannya dan siswa yang mendapat skor terendah pada setiap meja turnamen selain pada meja terendah tingkatannya meja 4.
Sedangkan siswa dengan skor terendah dari tiap-tiap meja akan berpindah ke meja yang lebih rendah di bawahnya, maka mereka akan berusaha untuk berpindah lagi
ke meja yang lebih ke meja yang lebih tinggi. Pada akhirnya mereka akan mengalami kenaikan atau penurunan sehingga mereka akan sampai pada meja
yang sesuai pada kinerja mereka. Penelitian ini menggunakan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe TGT sebagai berikut. a. Penyajian kelas Class Presentation
Penyajian kelas di dalam pembelajaran tipe TGT tidak berbeda dengan pengajaran biasa oleh guru, hanya saja pengajaran lebih difokuskan pada materi
Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. b. Kelompok Teams
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok setiap kelompok dibagi menjadi 4-5 siswa yang heterogen dalam hal kemampuan akademik. Dengan model yang
55 mengutamakan kerja kelompok dan kemampuan menyatukan intelegensi siswa
yang berbeda-beda akan dapat membuat siswa mempunyai nilai secara merata. c. Permainan Games
Guru memberitahukan kepada siswa bahwa akan dilaksanakan pembelajaran dengan mengunaakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan siswa akan
memindahkan posisi meja dan kursi. Pertanyaan dalam game disusun dan dirancang dari materi Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan
Transportasi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh mewakili masing-masing kelompok. Setiap siswa mengambil sebuah kartu yang
diberi nomor dan menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor pada kartu tersebut. Setelah permainan selesai, siswa bersama guru membahas jawaban dari
kartu pertanyaan. d. Kompetisi atau Turnamen Tournaments
Kegiatan dalam turnamen adalah persaingan pada meja turnamen dari 3-4 siswa dari tim yang berbeda dengan kemampuan setara. Pada permulaan turnamen
diumumkan penetapan meja bagi siswa. Siswa diminta mengatur meja turnamen yang ditetapkan. Guna menempatkan siswa pada
“tournaments table” dengan pengaturan beberapa siswa berkemampuan tinggi dari tiap-tiap kelompok pada
meja 1, siswa berkemampuan sedang meja 2 dan 3, kemudian siswa berkemampuan rendah pada meja 4. Setelah kelengkapan dibagikan dapat dimulai
kegiatan turnamen. Satu siswa dalam kelompok pertama mengambil satu kartu bernomor, jika pada kelompok tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan pada
kartu, maka penantang yang kalah mengembalikan kartunya bila sudah ada
56 namun jika pembaca kalah tidak diberi hukuman, dan kartu dapat diberikan
kepada kelompok lain yang dapat menjawab pertanyaan, begitu juga seterusnya sampai kertu pertanyaan habis terjawab.
Setelah selesai turnamen dan dilakukan penilaian, guru melakukan pengaturan kembali kedudukan siswa pada tiap meja turnamen, kecuali pemenang
meja tertinggi meja 1. Pemenang dari setiap meja dinaikkan atau digeser satu tingkat ke meja yang lebih tinggi tingkatanya dan siswa mendapat skor terendah
pada setiap meja turnamen selain pada meja terendah tingkatannya meja 4. Sedangkan siswa dengan skor terendah dari tiap-tiap meja akan berpindah ke meja
yang lebih rendah di bawahnya, maka mereka akan berusaha untuk berpindah lagi ke meja yang lebih tinggi. Pada akhirnya mereka akan mengalami kenaikan atau
penurunan sehingga mereka akan sampai pada meja yang sesuai pada kinerja mereka.
e. Pengakuan kelompok Teams Recognition Penskoran didasarkan pada jumlah perolehan kartu, misalkan pada meja
turnamen terdiri dari 3 siswa yang tidak seri, peraih nilai tertinggo mendapat nilai tertinggi dan dapat skor 50, kedua 30, dan ketiga 20. Kemudian penghargaan
berupa hadiah atau sertifikat atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar diberikan kepada kelompok yang mendapat poin tertinggi dan mencapai
kriteria yang telah disepakati bersama.
57
9.
Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament TGT
Menurut Istiqomah 2006: 100 yang merupakan kelebihan dari
pembelajaran kooperatif tipe TGT antara lain:
a. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas yang diberikan b. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.
c. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam. d. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa.
e. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain. f. Motivasi belajar lebih tinggi.
g. Hasil belajar lebih baik. h. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Sedangkan kelemahan TGT adalah: a. Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak
sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu
yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
b. Bagi Siswa Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini,
58 tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan
akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.
D. Tinjauan tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Setiap manusia dilahirkan dengan karakteristik dan ciri khasnya masing- masing. Karakteristik tersebut terbentuk melalui beberapa tahap perkembangan
yang individu jalani mulai dari tahap usia dini. Tahap perkembangan yang dilalui manusia menyangkut perkembangan kognitif, perkembangan fisik, dan
perkembangan kejiwaannya.
Menurut Piaget
Susanto, 2014:
76-78 perkembangan kognitif anak dapat dibedakan menjadi beberapa tahap sesuai
dengan usianya, yaitu:
a. Tahap sensori motorik usia 0-2 tahun, pada tahap ini anak belum memasuki usia sekolah.
b. Tahap pra-operasional usia 2-7 tahun, pada tahap ini kemampuan skema kognitifnya masih terbatas. Anak gemar meniru perilaku orang lain. Anak
mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat-kalimat pendek secara efektif.
c. Tahap operasional konkret usia 7-11 tahun, pada rentangan usia ini anak sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi dan mempunyai
kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya. Selain itu, anak sudah mampu berpikir sistematis
mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa konkret.
59 d. Tahap operasional formal usia 11-15 tahun, anak sudah menginjak usia
remaja, perkembangan kognitif anak pada tahap ini telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif baik secara stimulan
serentak maupun berurutan. Anak mulai mampu berpikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan
lingkungan yang dia respon. Berdasarkan pendapat Piaget, perkembangan kognisi pada anak usia sekolah
dasar untuk kelas tinggi termasuk kelas IV berada pada tahap operasional konkret, anak dapat berpikir secara sistematis, dapat menduga apa yang akan terjadi, serta
dapat menyelesaikan masalah secara sekaligus. Menurut Samatowa 2006: 8 ciri-ciri anak pada masa kelas tinggi adalah
sebagai berikut: a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
b. Ingin tahu dan ingin belajar. c. Minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus.
d. Membutuhkan guru atau orang-orang di sekelilingnya untuk
menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. e. Memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah.
f. Gemar membentuk kelompok-kelompok sebaya. g. Peran manusia idola sangat penting.
Selain itu, menurut Asy ’ari 2006: 38 pada masa kelas tinggi umumnya
anak memiliki sifat: a. Memiliki rasa ingin tahu yang kuat.
b. Senang bermain atau suasana yang menggembirakan. c. Mengekplorasi situasi sehingga anak suka mencoba-coba hal yang baru.
d. Memiliki dorongan kuat untuk berprestasi, tidak suka mengalami
kegagalan. e. Akan belajar efektif apabila merasa senang dengan situasi yang ada.
f. Belajar dengan cara bekerja dan suka mengerjakan sesuatu pada temannya.
60 Cara berpikir anak sekolah dasar bergerak dari konkret menuju ke abstrak.
Pada tahap tersebut siswa sudah mampu berpikir secara sistematis mengenai benda-benda serta peristiwa-peristiwa konkret. Selain karakteristik di atas, pada
masa usia Sekolah Dasar 6-12 tahun terlihat pula karakteristik pertumbuhan kejiwaan pada anak. Menurut Suharjo 2006: 37 karakteristiknya adalah sebagai
berikut: a. Pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat.
b. Kehidupan sosial mulai beraneka ragam yaitu dalam hal kerjasama, bersaing dan kelompok sebaya.
c. Semakin menyadari selain mempunyai keingian dan perasaan tertentu juga mempunyai minat dalam hal tertentu.
d. Kemampuan berpikir masih dalam tahap persepsional. e. Tidak membedakan jenis dalam bergaul, bekerja sama dan berkegiatan.
f. Mempunyai kesanggupan untuk memahami hubungan sebab akibat.
Melihat beberapa pendapat yang di uraikan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa Sekolah Dasar memiliki banyak karakteristik yang beragam. Sebagai
seorang guru penting sekali untuk dapat mengetahui dan memahami karakteristik siswanya. Terutama dalam pemilihan model pembelajaran harus memperhatikan
kebutuhan siswa serta karakteristik masing-masing siswa. Dengan memahami dan menghargai
karakteristik siswanya,
seorang guru
diharapkan dapat
mengembangkan potensi dan keterampilan yang dimiliki siswa. Pembelajaran kooperatif tipe TGT cocok dengan karakteristik siswa kelas IV yaitu sedang
berada pada periode operasional konkrit usia 7-11 tahun. Sebagaimana ciri- cirinya yaitu anak gemar membentuk kelompok teman sebaya, anak ingin selalu
beradaptasi, berpikir kualitas dan sudah dapat melihat suatu permasalahan. Belajar kelompok akan menumbuhkan rasa saling membutuhkan dan harus bekerja sama
untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
61
E. Pembelajaran IPS SD dengan Model Kooperatif Tipe TGT
Sesuai dengan tujuan dan esensi pendidikan IPS di SD bahwa siswa diharapkan memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis serta
memiliki keterampilan dalam kehidupan sosial. Maka proses pembelajaran diharapkan dapat memacu untuk mencapai tujuan tersebut. Peneliti memilih
pembelajaran kooperatif karena pembelajaran kooperatif dirancang untuk melibatkan interaksi kelas sehingga dapat membantu siswa memperoleh
keterampilan yang dibutuhkan serta mampu menerapkan isi pengetahuan yang dipelajari dalam kehidupannya.
Pembelajaran kooperatif yang dipilih adalah tipe Teams Games Tournament TGT yang langkah pembelajarannya menggunakan permainan akademik dan
turnamen. Diharapkan siswa-siswa kelas IV yang pada masa fase peralihan dari fase bermain ke fase sosial akan semakin memacu siswa memperoleh
pengetahuan dengan bantuan permainan akademik didalam pembelajaran.
F. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
TGT untuk meningkatkan hasil belajar sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian tersebut termuat dalam penelitian yang
dilakukan oleh:
1. Theresia Dwi Korayanti dengan penelitiannya berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments TGT Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial IPS Siswa Kelas IV SD Negeri Mancasan Gamping Sleman Yogyakarta
”. Dalam penelitian
62 tersebut terbukti bahwa penerapan TGT dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas IV SD Negeri Mancasan kecamatan Gamping. Prestasi belajar siswa mengalami kenaikan dari siklus I ke siklus II. Pada akhir siklus I
sebanyak 16 siswa 61,53 mencapai ketuntasan belajar, sedangkan hasil akhir siklus II 23 siswa mencapai ketuntasan belajajar sebesar 88,46. Dari
siklus I ke siklus II terjadi kenaikan nilai prestasi sebesar 26,93. 2. Dina Kurniati dengan penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Prestasi
Belajar IPS Melalui Model TGT Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Pringamba Banjarnegara
”. Dalam penelitian tersebut terbukti bahwa TGT dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa. Sebelum dilakukan tindakan nilai
rata-rata kelas siswa 53,82, pada siklus I meningkat menjadi 62,88 dan pada siklus II menjadi 73,82. Hasil observasi menunjukkan aktivitas guru sudah
dapat menerapkan pembelajaran yang bervariasi dengan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif TGT sehingga aktivitas siswa dalam
pembelajaran meningkat, siswa lebih aktif dan bersemangat untuk belajar serta suasana menjadi lebih menyenangkan.
Perbedaannya, di penelitian ini peneliti mengambil hasil belajar kognitif dan afektif sedangkan penelitian Theresia Dwi Korayati dan Dina Kurniati melihat
pada prestasi siswa yang berfokus pada ranah kognitif siswa.
G. Kerangka Pikir
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 2 Gombang selama proses pembelajaran IPS terdapat beberapa masalah yang terjadi
diantaranya siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran IPS sehingga
63 hasil belajar IPS cenderung rendah. Kurang antusiasnya siswa dalam mengikuti
pembelajaran IPS dikarenakan guru cenderung menggunakan model pembelajaran yang monoton. Seperti ceramah, tanya jawab dan penugasan yang dinilai siswa
membosankan. Sehingga siswa merasa jenuh saat pembelajaran IPS.
Peneliti menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe tipe Teams
Games Tournament TGT untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa. Alasan
penggunaan model kooperatif tipe TGT adalah model TGT memiliki kelebihan. Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu: a Lebih
meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas; b Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu; c Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai
materi secara mendalam; d Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa; e Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan
orang lain; f Motivasi belajar lebih tinggi; g Hasil belajar lebih baik; h
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Karakteristik siswa kelas IV salah satunya adalah
dalam masa fase peralihan, yaitu dari fase bermain ke fase sosial. Selain itu tipe ini mendorong siswa untuk melakukan tutor sebaya dengan berinteraksi antar
anggota kelompok. Oleh karena itu tipe TGT cocok untuk diterapkan pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang.
64
H. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu “Model kooperatif tipe Teams
Games Tournament TGT dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas
IV SD Negeri 2 Gombang
”.
I. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh siswa setelah melalui proses belajar secara bertahap. Perubahan yang terjadi mengarah pada
perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman siswa setelah interaksi dengan lingkungannya melalui kegiatan belajar. Hasil
belajar tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2. IPS adalah mata pelajaran yang ada di tingkat sekolah dasar dan menengah
yang mengkaji kehidupan manusia dan sekelilingnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir serta keterampilan sosial siswa dalam
hubungannya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. 3. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT Team-Games Tournaments adalah
salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa dari yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi dikelompokkan menjadi
satu kelompok kemudian saling berlomba dalam permainan akademik sebagai wakil kelompoknya bertanding dengan wakil kelompok lain yang kinerja
akademik sebelumnya setara. Permainan akademik dirancang untuk menciptakan perlombaan atau turnamen antar siswa terkait pemahaman siswa
65 atas materi yang telah dipelajari. Tipe TGT melibatkan siswa sebagai tutor
sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar siswa. Komponen-komponen dalam TGT menurut Robert E. Slavin
meliputi presentasi kelas, belajar tim, turnamen, permainan, dan penghargaan.
66
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Untuk melaksanakan penelitian dapat dilakukan berbagai cara sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas PTK. Arikunto 2016: 1-2 menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang memaparkan terjadinya
sebab-akibat dari perlakuan, dan juga memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian
perlakuan sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut. Dengan demikian PTK merupakan penelitian yang memaparkan baik proses maupun hasil, PTK
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Menurut Kunandar 2012: 44-45 mendefinisikan bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan penelitian tindakan action research yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain
kolaborasi dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus. Sejalan dengan pendapat tersebut, Samsu Sumadayo
2013: 20 mendeskripsikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk
memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru,
67 memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran serta menerapkan hal-hal baru di
pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil belajar. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan peneli tian yang dilakukan guru di kelas untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran serta hasil
pembelajaran melalui berbagai tindakan yang tersencana dalam suatu siklus. Dalam penelitian ini, jenis PTK yang digunakan adalah kolaboratif, yaitu peneliti
bekerja sama dengan guru kelas untuk menggali dan mengkaji permasalahan tentang rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang, Cawas,
Klaten pada materi “Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan
Transportasi ”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS di
kelas IV SD Negeri 2 Gombang, Cawas, Klaten dengan model pembelajaran TGT.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten yang berjumlah 19 siswa dengan perincian
13 siswa laki-laki dan 6 perempuan. Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas
IV SD Negeri 2 Gombang Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments TGT.
C. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian tindakan kelas ini adalah setting di dalam kelas, yaitu kegiatan pembelajaran IPS yang berlangsung di SD Negeri 2 Gombang. SD
68 tersebut beralamat di Desa Gombang, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten,
Provinsi Jawa Tengah. SD tersebut dipilih sebagai tempat penelitian karena berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan peneliti di SD Negeri 2 Gombang
melalui wawancara dengan guru kelas IV ditemukan adanya permasalahan dalam pembelajaran IPS yaitu hasil belajar yang rendah.
D. Desain Penelitian
Menurut Sumadayo 2013: 23 tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk mengubah perilaku penelitiannya, perilaku orang lain, dan atau untuk
mengubah kerangka kerja, atau struktur lain yang akan menghasilkan perubahan pada perilaku orang lain.
Model penelitian yang digunakan adalah menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam Madya 2009: 67 yaitu
menggunakan siklus sistem spiral yang masing-masing siklus terdiri dari empat komponen yang menunjukkan penelitian tindakan kelas yaitu: perencanaan
planning, tindakan acting, pengamatan observing, refleksi reflecting. Gambaran tentang langkah-langkah di atas dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:
Gambar 3. Desain penelitian model Kemmis dan Mc Taggart
Madya, 2009: 67
Keterangan: Siklus I
1 = perencanaan I 2 = tindakan I
3 = observasi I 4 = refleksi I
Siklus II 1 = perencanaan II
2 = tindakan II 3 = observasi II
4 = refleksi II
69 Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dapat dijelaskan seperti berikut:
1. Perencanaan Planning Dalam setiap siklus disusun perencanaan pembelajaran untuk perbaikan
pembelajaran. Dengan demikian dalam perencanaan bukan hanya berisi tentang tujuan atau kompetensi yang harus dicapai akan tetapi juga harus lebih ditonjolkan
perlakuan khusunya oleh guru dalam proses pembelajaran, artinya perencanaan yang disusun harus dijadikan pedoman seutuhnya dalam proses pembelajaran.
Ada dua jenis perencanaan yang dapat disusun oleh peneliti, yaitu perencanaan awal diturunkan dari berbagai asumsi perbaikan hasil dari kajian studi
pendahuluan; sedangkan perencanaan lanjutan disusun berdasarkan hasil refleksi setelah peneliti mempelajari berbagai kelemahan yang harus diperbaiki.
2. Tindakan Acting Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang harus dilaksanakan guru
berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan dilakukan dan diarahkan sesuai dengan perencanaan. Tindakan adalah perlakuan yang
dilaksanakan guru sesuai dengan fokus masalah. Tindakan inilah yang menjadi inti dari PTK, sebagai upaya meningkatkan kinerja guru untuk menyelesaikan
masalah. 3. Pengamatan Observing
Pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang telah disusun.
Melalui pengumpulan informasi, observer dapat mencatat berbagai kelemahan dan kekuatan yang dilakukan guru dalam melaksanakan tindakan, sehingga hasilnya
70 dapat dijadikan masukan ketika guru melakukan refleksi untuk penyusunan
rencana siklus berikutnya. 4. Refleksi Reflecting
Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama tindakan. Refleksi dilaksanakan dengan melakukan diskusi dengan
observer yang biasanya dilakukan oleh teman sejawat. Dari hasil refleksi, guru dapat mencatat berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat
dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali
pertemuan. Setiap siklus terdiri dari tindakan sebagai berikut: 1. Siklus I
a. Rencana Tindakan Sebelum melakukan tindakan penelitian, terlebih dahulu peneliti
mengadakan perencanaan tindakan. Perencanaan ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu:
1 Melalui diskusi dengan guru kelas, peneliti menyusun RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran yang digunakan
dalam penelitian tersebut. 2 Menyiapkan media yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
3 Menyusun pedoman observasi dan lembar observasi kelas pada saat tindakan dilakukan.
4 Menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk mengamati dan merekam atau mendokumentasikan semua informasi tentang pelaksanaan tindakan.
71 5 Memilih metode dan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat data dan
tujuan penelitian. Rancangan yang akan digunakan mengacu pada model pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran, tes hasil belajar kognitif serta lembar observasi.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP siklus I adalah sebagai berikut: a Kegiatan Pendahuluan
1 Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. 2 Guru bersama siswa melakukan doa bersama.
3 Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan presensi. 4 Apersepsi sesuai dengan materi yang akan dipelajari pada hari itu.
5 Siswa memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran serta model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. b Kegiatan Inti
1 Siswa dibentuk
kelompok secara
heterogen berdasarkan
tingkat kemampuannya.
2 Siswa duduk bersama kelompoknya. 3 Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang sedang dipelajari.
4 Siswa bersama guru bertanya jawab mengenai materi yang telah dijelaskan oleh guru.
5 Siswa mengerjakan LKS yang telah dibagikan oleh guru dengan berdiskusi. 6 Siswa mempresentasikan hasil diskusi.
72 7 Siswa dikondisikan untuk memulai permainan akademik.
8 Siswa melakukan permainan akademik dengan bimbingan guru. 9 Siswa bersama guru membahas hasil permainan akademik.
10 Kelompok yang menang mendapatkan reward dari guru. c Kegiatan Penutup
1 Siswa bersama guru menyampaikan materi pelajaran. 2 Siswa mengerjakan soal evaluasi.
3 Siswa diberi penguatan oleh guru agar belajar dengan rajin. 4 Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini, peneliti melaksanakan desain model pembelajaran kooperatif
tipe TGT sesuai dengan yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti dibantu oleh guru kelas dan satu rekannya. Selama proses pembelajaran
berlangsung, guru mengajar sesuai RPP yang telah dibuat. Dalam penelitian ini kelompok mengajar sesuai dengan RPP yang telah di buat. Kelompok yang
dibentuk dalam tindakan penelitian ini beranggotakan siswa yang heterogen dalam kemampuan yang ditentukan dari tes awal siswa.
c. Observasi Observasi dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh satu orang pengamat
lain mitra peneliti dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Pengambilan data ini dapat menggunakan lembar observasi yang dilakukan peneliti bersama mitra peneliti
73 sebagai pengamat. Selain lembar observasi, pengamat juga dapat menggunakan
dokumentasi untuk memperkuat data yang didapat dengan hasil berupa foto-foto siswa selama proses pembelajaran.
d. Refleksi Peneliti mendiskusikan dengan guru mengenai hasil pengamatan yang telah
dilakukan, kekurangan maupun ketercapaian pembelajaran untuk menyimpulkan data atau informasi yang telah dikumpulkan. Jika siklus I sudah mencapai kriteria
keberhasilan yang ditentukan, peneliti akan tetap melanjutkan ke siklus II. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa keberhasilan pada siklus I bukan
karena suatu kebetulan dan memang terjadinya peningkatan hasil belajar siswa. 2. Siklus II
a. Perencanaan Perencanaan pada siklus ini memperhatikan refleksi dari siklus I. Percanaan
pada siklus II meliputi: 1 Membuat RPP yang telah disesuaikan dengan hasil refleksi siklus I.
2 Menyiapkan media yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. 3 Menyusun pedoman observasi dan lembar observasi yang akan digunakan
sebagai pedoman pengamat dalam mengobservasi kelas pada saat dilakukan tindakan.
4 Menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk mengamati dan merekam atau mendokumentasikan semua informasi tentang pelaksanaan tindakan.
5 Memilih metode dan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat data dan tujuan penelitian.
74 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP siklus II adalah sebagai berikut:
a Kegiatan Pendahuluan 1 Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2 Guru bersama siswa melakukan doa bersama. 3 Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan presensi.
4 Apersepsi sesuai dengan materi yang akan dipelajari pada hari itu. 5 Siswa memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran serta
model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
b Kegiatan Inti 1 Siswa duduk bersama kelompok yang sama ketika pembelajaran minggu lalu.
2 Siswa bersama guru bertanya jawab mengenai materi minggu lalu. 3 Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai materi pembelajaran IPS.
Siswa bersama guru bertanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari. 4 Siswa mengerjakan LKS bersama kelompoknya.
5 Siswa bersama guru membahas LKS yang telah dikerjakan. 6 Siswa dibentuk kelompok homogen.
7 Siswa melakukan permainan akademik bersama kelompok homogen. 8 Siswa kembali ke kelompok awal.
9 Siswa bersama kelompok menghitung perolehan skor dari hasil permainan akademik.
10 Kelompok yang memenangkan game mendapatkan reward dari guru. c Kegiatan Penutup
75 1 Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran.
2 Siswa mengerjakan soal evaluasi. 3 Siswa diberi penguatan oleh guru untuk belajar yang rajin.
4 Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pada intinya sama seperti siklus I, yaitu guru mengajar dengan menggunakan RPP yang telah dibuat. Pada saat
pembelajaran berkelompok, kelompok siswa masih sama seperti pada siklus I. c. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh mitra peneliti untuk mengamati proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang
telah disiapkan oleh peneliti. Lembar observasi yang digunakan sama seperti dengan lembar observasi yang digunakan pada siklus I. Selain dengan lembar
observasi, pengamat juga dapat menggunakan dokumentasi untuk memperkuat data yang didapat dengan hasil berupa foto-foto siswa selama proses
pembelajaran. d. Refleksi
Refleksi pada siklus II digunakan untuk membandingkan hasil dari siklus I dengan siklus II, apakah ada peningkatan hasil belajar siswa selama pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT atau tidak. Jika belum terdapat peningkatan hasil belajar siswa, maka siklus dapat dilanjutkan
lagi.
76
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Suyadi 2013: 84 teknik pengumpualan data adalah metode yang digunakan peneliti dalam merekam data informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian. Jadi dengan kata lain teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan
data, peneliti benar-benar harus teliti agar tidak terjadi kesalahan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah observasi, tes, dan dokumentasi. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh oleh peneliti lebih kredibel dan lebih akurat. Penjabaran dari teknik
penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut. 1. Observasi
Observasi sering disebut dengan pengamatan atau memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Arikunto 2006: 156 menyatakan bahwa observasi
disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat
dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Jenis observasi dalam penelitian ini adalah observasi sistematis, yaitu
observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan. Observasi dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan.
Observasi untuk mengamati aktivitas siswa berlangsung selama proses pembelajaran sedangkan observasi untuk guru digunakan untuk mengamati
keterlaksanaan pembelajaran dan penerapan model pembelajaran kooperatif TGT.
2. Tes
77 Tes adalah daftar pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok Arikunto, 2006: 150. Pada dasarnya tes dilakukan
untuk mendapatkan dan mengetahui nilai atau hasil belajar. Tes dalam penelitian ini yaitu untuk mengukur hasil belajar IPS. Setelah dilakukan tindakan, siswa
dites dengan menggunakan soal yang disediakan pada akhir siklus. Siswa mengerjakan soal untuk mengukur ketercapaian indikator dan mengukur hasil
belajar dengan bentuk tes obyektif atau pilihan ganda dengan empat pilihan
jawaban, setiap jawaban benar mendapat skor 1 sedangkan jawaban salah skor 0.
3. Dokumentasi Dokumentasi pada penelitian ini dilakukan pada saat pelaksanaan
pembelajaran. Tujuan dokumentasi untuk mendukung dan memperkuat penelitian tentang suatu subjek penelitian. Dalam pengertian yang lebih luas, dokumen
bukan hanya yang berwujud tulisan saja, tetapi dapat berupa benda-benda yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Dokumentasi juga dapat dilakukan
dengan pengambilan foto pada proses pembelajaran berlangsung. Siswa diambil fotonya saat melakukan kegiatan selama proses pembelajaran.
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan pada waktu penelitian
untuk pengumpulan data, bisa berupa tes, angket, observasi, dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi proses
pembelajaran, soal tes, dokumentasi. 1. Lembar Observasi
78 Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru.
Lembar observasi dibuat untuk mengamati aspek afektif yang muncul ketika diberi tindakan. Pada penelitian ini pengamatan terhadap proses pembelajaran
dilakukan oleh teman sejawat dan dibantu oleh guru dengan menggunakan lembar pengamatan tindakan kelas. Salah satu proses dalam pengembangan instrumen
adalah penyusunan kisi-kisi tes. Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen observasi aktivitas guru dan siswa.
Tabel 10. Kisi-kisi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
No Indikator
Sub Indikator No Butir
Jumlah 1
Penyajian Kelas Class Pressentation
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran Perkembangan
Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi
1 1
b. Menjelaskan materi pembelajaran
2 1
c. Melakukan diskusi kelas 3
1 2
Kelompok Teams a. Membagi siswa menjadi
beberapa kelompok heterogen 4
1 b. Membimbing siswa
mengikuti pembelajaran 8
1 3
Permainan Games a. Membantu siswa menyiapkan
meja dan tempat duduk untuk permainan
5 1
b. Menjelaskan langkah-langkah dalam permainan
6 1
4 Kompetisi atau
Turnamen Tournaments
a. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok homogen
4 b. Membimbing siswa dalam
melakukan permainan 8
1 5
Pengakuan kelompok Teams Recognition
a. Memberi penghargaan kepada siswa yang memperoleh skor
tertinggi 9
1 b. Memberi semangat kepada
siswa untuk lebih rajin belajar 10
1 Jumlah
10 10
79
Tabel 11. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa Aspek Afektif dalam menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
No Indikator
Aspek Yang Diamati No
Butir Jumlah
Butir 1
Receivingattending menerimamemperhatikan
Perhatian siswa terhadap proses pembelajaran IPS
dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT
1 1
Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran IPS dengan
pembelajaran kooperatif tipe TGT
3 1
2 Responding
menanggapi Keberanian siswa dalam
menjawab pertanyaan dari guru mengenai materi
Teknologi Produksi, Komunikasi, dan
Transportasi 2
1
Keaktifan siswa saat melakukan diskusi
kelompok materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan
Komunikasi 4,5
2
3 Valuing
menilaimenghargai Tanggung jawab siswa pada
saat melakukan pembelajaran kooperatif tipe
TGT 6,7
2
Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT 8,9,10,
11 4
Menerima serta menghormati siswa yang
mendapat penghargaan 12
1
Jumlah 12
12
2. Instrumen Hasil Belajar Siswa
Tes pada penelitian ini diberikan pada akhir siklus yang digunakan untuk menunjukkan hasil belajar yang dicapai pada setiap siklus. Instrumen ini berupa
80 soal tes hasil belajar IPS yang dibuat berdasarkan Kompetensi Dasar yang telah
diajarkan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam penelitian yang menggunakan instrumen penelitian tes ini yang akan diukur adalah tingkat
pemahaman siswa yang nantinya merupakan hasil belajar pada ranah kognitif. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis tes objektif berbentuk pilihan
ganda multiple choice, dan essay. Tes ini berfungsi untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa
dalam upaya peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif siswa akibat perlakuan treatment.
Tes untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dilakukan pada awal sebelum dilakukan tindakan, yaitu berupa pre test dan pada setiap akhir siklus atau
disebut post test. Aspek yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek kognitif, karena aspek afektif sudah ada dalam lembar observasi. Kisi-kisi instrument tes
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 12. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis Siklus 1
Kompetensi Dasar
Indikator Aspek Kognitif
Jumlah C1
C2 C3
2.3 Mengenal
perkembanga n teknologi
produksi, komunikasi,
dan transportasi
serta pengalaman
menggunaka nnya.
1. Menyebutkan jenis-jenis teknologi produksi
tradisional 1, 2, 3, 4
pg 4
2. Menyebutkan jenis-jenis teknologi produksi modern
5, 6, 7 pg
3 3. Membedakan teknologi
produksi tradisional dengan modern
8, 9, 10
pg 3
4. Menunjukkan teknologi komunikasi masa lalu
1, 2 essay
3 5. Menunjukkan teknologi
komunikasi masa kini 3, 4, 5
essay 4
6. Membedakan teknologi komunikasi masa lalu
dengan masa kini 11, 12,
13, 14, 15
pg 3
Jumlah Soal 7
6 7
20
81 Keterangan:
C1 : Pengetahuan
C2 : Pemahaman
C3 : Penerapan
Tabel 13. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis Siklus 2
Kompetensi Dasar
Indikator Aspek Kognitif
Jumlah C1
C2 C3
2.3 Mengenal
perkembanga n teknologi
produksi, komunikasi,
dan transportasi
serta pengalaman
menggunaka nnya.
1 Menunjukkan teknologi transportasi pada masa lalu
1,2, 3 essay
3 2. Menyebutkan teknologi
transportasi masa kini 1, 2
pg 2
3. Memberi contoh jenis-jenis transportasi
3, 4, 5, 6, 7
pg 5
4. Menjelaskan kelebihan transportasi masa lalu
8, 9, 10
pg 4
5. Menjelaskan kelebihan transportasi masa kini
11, 12,
13 pg
2
6. Menunjukkan kelemahan trasportasi masa lalu
4, 5 essay
2 7. Menjelaskan kelemahan
trasportasi masa kini 14,
15 pg
2 Jumlah Soal
7 8
5 20
Keterangan: C1
: Pengetahuan C2
: Pemahaman C3
: Penerapan
G. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono 2013: 335 Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, tes,
dokumentasi, wawancara dan catatan lapangan, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun
orang lain. Data yang sudah dikumpulkan di penelitian ini kemudian akan
82 dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil tes siswa dideskripsikan dalam
bentuk data konkret berdasarkan skor minimal dan skor maksimal sehingga
diperoleh skor rata- rata mean. Dalam penelitian ini, data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil tes
siswa dideskripsikan dalam bentuk data konkret berdasarkan skor minimal dan skor maksimal sehingga diperoleh skor rata- rata mean. Selanjutnya diambil
kesimpulan berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh. Kriteria Ketuntasan Minimal KKM mata pelajaran IPS di SD Negeri 2 Gombang adalah
68. Jika mengalami kenaikan, maka dapat diasumsikan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Analisis data secara deskriptif digunakan untuk mengetahui secara kualitatif hasil penelitian tindakan
yang dilakukan. Analisis data dimulai sejak awal sampai akhir pengumpulan data. Adapun hasil analisis tersebut diuraikan dengan kalimat-kalimat yang berbentuk
deskriptif. Analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Analisis Hasil Tes Hasil tes yang telah diperoleh dari siswa dianalisis secara kuantitatif untuk
mengolah data yang diperoleh dari hasil uji tes yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 2
Gombang dibuktikan dengan peningkatan hasil evaluasi yang dilakukan sebanyak siklus yang dilakukan. Adapun cara untuk mengetahui kenaikan hasil belajar
adalah dengan menghitung rerata nilai siswa yang berhasil memperoleh nilai
83 KKM Kriteria Kentutasan Minimal dari jumlah kelas itu. Rumus mencari nilai
rerata mean adalah sebagai berikut:
Sedangkan rumus untuk menghitung persentase siswa yang lulus adalah sebagai
berikut:
Keterangan: P
: Angka Persentase F
: Frekuensi N
: Banyaknya individu dalam jumlah subjek penelitian jumlah siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang
2. Analisis Hasil Observasi
Analisis hasil observasi disajikan secara analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif diperoleh dari observasi data yang diperoleh
digambarkan dengan kata-kata ataupun kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Menurut Miles dan Huberman Sugiyono, 2013:
337-355 langkah-langkah dalam menganalisis data deskriptif kualitatif ada tiga langkah yaitu:
a. Reduksi data, dilakukan terhadap data yang sudah terkumpul yaitu data hasil observasi pembelajaran. Data tersebut diseleksi, ditentukan fokusnya,
Keterangan: Me
: Mean ∑x
: Jumlah nilai n
: Jumlah siswa
84 disederhanakan, diringkas dengan melakukan penajaman, pemilahan dan
penyisihan data yang kurang bermakna serta menatanya sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi.
b. Display data, penyajian data secara lengkap, singkat dan jelas baik untuk mempermudah peneliti memahami dalam hubungannya terhadap aspek yang
diteliti maupun dapat menarik perhatian pihak lain untuk membacanya. c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, penarikan kesimpulan dilakukan secara
bertahap mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik pada siklus I dan kesimpulan terakhir pada siklus terakhir.
Hasil observasi secara kuantitatif sendiri dihitung dengan jumlah skor butir yang dinilai yaitu rentang antara 1-4 dibagi dengan skor maksimal dikalikan
100. Seperti yang dikemukakan oleh Purwanto 2002: 102, sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan trsebut maka criteria penilaian hasil observasi menurut Purwanto 2002: 103 adalah sebagai berikut:
Tabel 14. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Hasil Belajar Afektif Siswa
No. Pencapaian Skor Kategori
1. 86 - 100
Baik Sekali 2.
75 - 85 Baik
3. 60 - 74
Cukup 4.
55 - 59 Kurang
5. ≤ 54
Sangat Kurang
Cara melihat peningkatan hasil belajar afektif pada saat observasi adalah dengan melihat selisih skor keseluruhan antara siklus I dengan siklus selanjutnya.
Nilai rata-rata =
� �ℎ
� �� � �
�
85
H. Validitas Instrumen
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak Construct Validity.
Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli judgement experts setelah instrument dikonstruksi tentang aspek-aspek
yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertent kemudian akan dikonsultasikan dengan ahli yang diminta pendapatnya tentang instrumen yang
sudah disusun Sugiyono, 2013: 177. Instrumen
yang digunakan
atau dikembangkan
itu dimintakan
penilaianvalidasi ahli melalui konsultasi dan diskusi untuk proses perbaikan dan penyempurnaan expert judgement. Para ahli yang dimaksud adalah pembimbing
skripsi, dosen lain atau guru yang berkompeten pada mata pelajaran IPS SD kelas IV.
I. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan merupakan acuan untuk menentukan keberhasilan suatu program atau kegiatan. Dalam penelitian ini masalah yang diamati yaitu
tingkat hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Maka penelitian ini dikatakan berhasil apabila
tes hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dapat meningkat setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran dikatakan berhasil jika 75 siswa mendapat nilai KKM Kriteria Kentutasan Minimal yang telah ditentukan oleh SD Negeri 2
Gombang yaitu 68 atau di atasnya maka penelitian telah berhasil. Sedangkan
86 untuk ranah afektif, 75 dari jumlah siswa yang memiliki nilai dengan kategori
minimal baik atau mempunyai rentang nilai 31-40 ke atas.
87
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Gombang, Klaten, yang terletak di Desa Gombang Kecamatan Cawas. Sekolah ini berada di pedesaan yang
berbatasan dengan daerah perkotaan dan sebagian besar warganya bermata pencaharian sebagai petani, buruh dan pedagang. Lokasi cukup mudah dijangkau
dengan menggunakan kendaraan. SD Negeri 2 Gombang sendiri terletak berhadapan dengan sawah-sawah sehingga suasana cukup kondusif untuk
melakukan proses belajar mengajar. Dilihat dari segi fisiknya, secara keseluruhan kondisi bangunan sekolah cukup
baik. SD Negeri 2 Gombang memiliki 6 gedung ruang kelas, 1 ruang kantor, 1 ruang UKS, 1 ruang perpustakaan, kamar mandi 3, dan 1 gudang. Penelitian ini
dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang dengan jumlah 19 siswa yang dilakukan oleh peneliti dan guru kelas dimana guru kelas bertindak sebagai
pengajar yang melakukan tindakan dan peneliti sebagai pengamat observer. Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
kelas IV SD Negeri 2 Gombang, khususnya pada materi Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 genap
tahun pelajaran 20162017 yaitu sesuai dengan materi pada kurikulum yang digunakan oleh SD tersebut. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan kelas
ini mencakup empat tahap yaitu:
88 a. Perencanaan,
b. Tindakan, c. Observasi, dan
d. Refleksi. Keempat tahap tersebut dilaksanakan dalam setiap siklus. Setiap selesai
pertemuan baik pertemuan pertama maupun pertemuan kedua dilakukan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran IPS melalui
pembelajaran kooperatif tipe TGT materi Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi.
Berdasarkan kesepakatan yang telah dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas serta ijin dari kepala sekolah agar kegiatan belajar mengajar tidak
menganggu jam mata pelajaran yang lain, maka penelitian dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran yang ada yaitu satu minggu satu kali pertemuan.
Penelitian ini dilakukan dua siklus yang terdiri dari dua kali pertemuan untuk setiap siklusnya. Setiap siklus dilaksanakan selama 4 jam perlajaran atau dua kali
pertemuan setiap pertemuan berlangsung selama 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran.
2. Deskripsi Pra Tindakan
Observasi pembelajaran di SD Negeri 2 Gombang pertama kali dilaksanakan pada bulan Januari 2017. Observasi awal ini sebagai langkah prasurvei terhadap
proses pembelajaran IPS di kelas sebelum melakukan tindakan. Hasil observasi awal ini diperoleh informasi tentang kondisi dan keadaan siswa dikelas IV dalam
pembelajaran sebelum penelitian dilaksanakan. Dari hasil informasi diperoleh data
89 bahwa siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang berjumlah 19 siswa. Siswa laki-laki
berjumlah 13 anak dan siswa perempuan berjumlah 6 anak. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung terpusat pada peran aktif guru dengan
menggunakan metode ceramah dan kurang melibatakan partisipasi aktif siswa. Guru lebih banyak menyajikan materi IPS dengan ditulis atau dibacakan.
Penyampaian materi yang kurang bervariasi dan menarik perhatian siswa dan membuat siswa tidak aktif, karena belum menggunakan model pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik siswa sehingga kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Dengan melihat kondisi tersebut, peneliti mencoba meningkatkan hasil belajar IPS siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Obyek dalam
penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang.
Dari hasil observasi diperoleh informasi bahwa hasil belajar IPS siswa kelas IV masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada data nilai Ulangan pre test yang
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 15. Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Gombang pada Pre test
No. Inisial Siswa Hasil Pre test
Pencapaian KKM 1.
ARNF 44
Belum Tuntas 2.
EN 72
Tuntas 3.
SNF 36
Belum Tuntas 4.
RZ 64
Belum Tuntas 5.
LNS 48
Belum Tuntas 6.
NR 32
Belum Tuntas 7.
RAA 56
Belum Tuntas 8.
NAP 44
Belum Tuntas 9.
RF 28
Belum Tuntas 10. ABIY
28 Belum Tuntas
90 11. IW
56 Belum Tuntas
12. AA 32
Belum Tuntas 13. FB
68 Tuntas
14. DI 68
Tuntas 15. GAN
76 Tuntas
16. MET 72
Tuntas 17. ERH
60 Belum Tuntas
18. AW 32
Belum Tuntas 19. ACS
48 Belum Tuntas
Jumlah nilai 964
Nilai terendah 28
Nilai tertinggi 76
Rata-rata nilai siswa 50,7
Presentase siswa tuntas 26,31
Presentase siswa belum tuntas 73,68
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai rata-rata sebesar 50,7. Sebanyak 5 siswa atau 26,31 siswa dari seluruh siswa mendapat nilai
≥ 68, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas adalah 14 siswa atau 73,68 siswa dari jumlah
seluruh siswa mendapat nilai ≤ 68. Siswa yang belum mencapai KKM lebih
banyak daripada siswa yang sudah mencapai KKM. Padahal pembelajaran matematika dikatakan berhasil tuntas jika semua siswa mendapat nilai ≥ 68
mencapai KKM. Berbekal dari informasi yang dikumpulkan dari hasil pre test serta melalui wawancara dengan guru dan hasil pra tindakan terhadap proses
pembelajaran IPS yang telah dilakukan, maka peneliti memutuskan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam proses pembelajaran IPS, khususnya pada
materi pokok Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi melalui Penelitian Tindakan Kelas. Berdasarkan hasil pre test siswa setelah
diklasifikasikan dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut.
91
Gambar 4. Grafik Klasifikasi Hasil Belajar Kognitif IPS Pra Tindakan
Berdasarkan gambar di atas, siswa yang telah memenihi KKM baru 5 siswa. Nilai rata-rata dihitung dari jumlah keseluruhan nilai siswa yang dibagi dengan
seluruh siswa. Nilai rata-ratanya yaitu 50,7. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian tindakan kelas sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPS siswa
kelas IV SD Negeri 2 Gombang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Berdasarkan data nilai yang diperoleh siswa secara
keseluruhan diketahui bahwa hasil belajar kognitif IPS siswa masih rendah. Selain melakukan pre test sebagai langkah pra tindakan untuk mengetahui
kemampuan siswa. Peneliti juga melakukan observasi dengan mengamati ranah afektif siswa atau sikap siswa. Dengan cara mengamati siswa saat proses
pembelajaran di kelas. Pada saat pengamatan diperoleh hasil bahwa siswa pada saat pembelajaran terlihat gaduh, sering bercanda, kurang aktif dalam bertanya
dan menjawab pertanyaan, dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran biasa saja tidak menunjukkan semangat untuk memperhatikan guru. Selain itu
pembelajaran yang berlangsung pada saat pengamatan yaitu dengan metode 20
40 60
80
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Rata-rata Ketuntasan
Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Gombang pada Pre test
Nilai terendah Nilai tertinggi
Rata-rata Ketuntasan
92 ceramah serta penugasan. Untuk metode diskusi guru belum menerapkan untuk
siswa. Sehingga siswa kurang terlihat adanya kerja sama dalam menyelesaikan masalah.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dilihat juga pada tabel hasil belajar kognitif diketahui bahwa hasil belajar IPS ranah kognitif siswa belum dikenai
tindakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Nilai tertinggi 75, nilai terendah 30 dan diperoleh nilai rata-rata 53,82. Sedangkan KKM siswa
68, siswa yang sudah memenuhi KKM terdapat 11 siswa 67,71. Sedangan pada ranah afektif siswa pada saat belum dikenai tindakan dapat diketahui bahwa
proses pembelajaran yang berlangsung kurang merangsang siswa untuk aktif, antusias serta belum muncul kerjasama antar siswa.
3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I