Hasil Belajar Afektif UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS IV SD NEGERI 2 GOMBANG.

25 Mengaplikasikan C3 Kemampuan menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru Menganalisis C4 Memecah bahan ke dalam unsur-unsur pokok dan menentukan hubungan satu sama lain Mengevaluasi C5 Membuat pertimbangan berdasarkan criteria tertentu Mencipta C6 Membuat produk baru dengan struktur yang belum pernah ada sebelumnya Sumber: Anderson dan Karthwohl, 2015: 40 Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif yaitu skor yang diperoleh dari tes yang telah dirancang sesuai dengan materi yang dipelajari siswa setelah siswa tersebut. Pada penelitian ini tingkatan kognitif difokuskan pada mengingat atau mengetahui C1, memahami C2, dan mengaplikasi C3 karena ketiga aspek tersebut dianggap sesuai dengan usia anak sekolah dasar.

7. Hasil Belajar Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Biasanya ranah afektif kurang diperhatikan oleh guru bila seseorang sudah mempunyai penguasaan ranah kognitif yang tinggi. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Menurut Sudjana 2005: 30 ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat sederhana sampai tingkat kompleks yaitu sebagai berikut: 26 a. Recivingattending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan stimulasi dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang. c. Valuing atau penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Di evaluasi ini termasuk di dalamnya menerima kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman. d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu system organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. e. Karateristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Ranah afektif menurut Krathwohl, Bloom dan Maisa Widoyoko, 2016: 52- 53 dibedakan menjadi lima jenjang, dari jenjang yang dasar atau sederhana sampai jenjang yang kompleks, yaitu: a. Receivingattending menerimamemperhatikan Receivingattending merupakan kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan stimulus dari luar yang datang kepada dirinya baik dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya 27 adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol, dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Pengertian lainnya adalah sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini siswa memiliki keinginan untuk memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku dan sebagainya. b. Responding menanggapi Responding mengandung arti adanya partisipasi aktif. Kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Hasil belajar ranah ini menekankan pada pemerolehan respons, berkeinginan memberi respon, atau kepuasaan dalam memberi respon. c. Valuing menilaimenghargai Valuing artiya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Dalam kaitannya dalam proses belajar mengajar, siswa tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan menilai konsep atau fenomena yaitu baik atau buruk. d. Organization mengaturmengorganisasikan Organization berarti mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Pada tingkat ini, nilai satu dengan lainnya saling dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan memulai membangun sistem internal yang konsisten. 28 e. Characterization by evalue or calue complex karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. Characterization by evalue or calue complex merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hierarki nilai. Menurut Majid 2014: 126 membagi penetapan indikator pencapaian hasil belajar ranah afektif sebagai berikut: Tabel 3. Indikator Kecakapan Ranah Afektif Ranah Level Kecakapan Indikator Kecakapan Afektif Receiving Penerimaan Mempercayai sesuatu atau seseorang untuk diikuti, memilih seseorang ataus sesuatu untuk diikuti, mengikuti, bertanya untuk diikuti, dan mengalokasikan. Responding Tanggapan Mengkonfirmasi, memberi jawaban, membaca pesan-pesan, membantu, melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan. Valuing Penanaman nilai Menginisiasi, mengundang orang untuk terlibat, terlibat, mengusulkan dan melakukan. Organization Pengorganisasian nilai- nilai Memverifikasi nilai-nilai, menetapkan beberapa pilihan nilai, menyintesiskan antarnilai, mengintegrasikan antarnilai, menghubungkan antarnilai Characterization Karakterisasai kehidupan Menggunakan nilai-nilai sebagai pandangan hidup world view , mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini. Sumber: Majid, 2014: 126 Sejalan dengan pendapat diatas, Kunandar 2014: 116 menyatakan ciri-ciri hasil belajar ranah afektif adalah sebagai berikut: 29 Tabel 4. Ciri-ciri Hasil Belajar Ranah Kompetensi Sikap Afektif No Tingkatan Hasil Belajar Ciri-ciri 1 Receiving Penerimaan 1. Aktif menerima dan sensitive tanggap dalam menghadapi gejala-gejala fenomena 2. Siswa sadar tetapi sikap pasif terhadap stimulus 3. Siswa sedia menerima, pasif terhadap fenomena tetapi sikapnya mulai aktif 4. Siswa mulai selektif, artinya sudah aktif melihat dan memilih 2 Responding Tanggapan 1. Bersedia menerima, menanggapi dan aktif menyeleksi reaksi 2. Mengikuti sugesti dan patuh 3. Bersedia menanggapi atau merespons 4. Merasa puas dalam menanggapi 3 Valuing Penanaman nilai 1. Sudah mulai menyusun atau memberikan persepsi tentang objek atau fenomena. 2. Menerima nilai percaya 3. Memilih nilai atau seleksi nilai 4. Memiliki ikatan batin memiliki keyakinan terhadap nilai 4 Organization Pengorganisasian nilai- nilai 1. Pemilikan sistem nilai 2. Aktif mengonsepsikan nilai dlam dirinya 3. Mengorganisasikan 5 Characterization Karakterisasai kehidupan 1. Menyusun berbagai macam system nilai menjadi yang mapan dalam dirinya 2. Terapan dan pemilikan system nilai 3. Karakteristik pribadi atau internalisasi nilai nilai sudah menjadi bagian yang melekat dalam pribadinya Sumber: Kunandar, 2014: 116 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar afektif dibedakan menjadi lima jenjang dari jenjang yang dasar sampai jenjang yang kompleks, yaitu: 1 receivingattending, 2 responding, 3 valuing, 4 organization, dan 5 characteristization by evalue or calue complex. Dalam penelitian ini penilaian utama difokuskan pada tingkat ketiga, karena sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang tercantum dalam silabus. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menekankan pada sikap siswa di dalam belajar 30 secara berkelompok. Penilaian dilakukan pada proses pembelajaran dan akhir proses pembelajaran IPS di kelas IV setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

8. Faktor Yang Mempegaruhi Hasil Belajar

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament Terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis Siswa (Quasi Eksperimen Di Mts Nur-Attaqwa Jakarta Utara)

1 51 179

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 3 melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TGT : teams games tournament di MI Darul Muqinin Jakarta Barat

0 29 169

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas Iv Sd Negeri 02 Brujul Kecamatan

0 1 15