Data Display Penyajian Data Conclusion Drawing Verification

63 sebesar Rp. 23.457.494.000, Kabupaten Sleman sebesar Rp. 15.979.626.000, Kabupaten Bantul sebesar Rp. 25.281.782.000, Kabupaten Kulon Progo sebesar Rp. 1.605.890.000 dan Kabupaten Gunung Kidul sebesar Rp. 845.313.000. JIka dijumlahkan dari setiap daerahnya, maka unit usaha IKM Batik di DIY sebanyak 690 unit, tenaga kerja pengrajin batik sebanyak 2.669 orang dan memiliki nilai produksi dengan jumlah fantastis yaitu Rp. 67.170.105.000. Jika dituangkan kedalam table, maka sebagai berikut: Tabel 5. Jumlah IKM Batik DIY KabKota UU Unit TK Orang NP Rp.000 Yogyakarta 160 1399 23.457.494 Sleman 15 170 15.979.626 Bantul 334 638 25.281.782 Kulonprogo 97 300 1.605.890 Gunungkidul 84 162 845.313 JUMLAH 690 2669 67.170.105 Dari data diatas, Kabupaten Bantul memiliki unit usaha paling banyak sebanyak 334 unit, disusul oleh Kota Yogyakarta 160 unit, Kulon Progo 97 unit, Gunung Kidul 84 unit dan Sleman 15 unit. Dalam jumlah Tenaga Kerja, Kota Yogyakarta merupakan yang terbanyak sebanyak 1.399 orang, kemudian Kabupaten Bantul sebanyak 638 orang, disusul dengan Kabupaten Kulon Progo sebanyak 300 orang, Kabupaten Sleman 170 orang dan yang terakhir adalah Kabupaten Gunung Kidul dengan jumlah 162 orang. Untuk nilai produksi yang dihasilkan tiap daerah, Kabupaten merupakan yang tertinggi dengan nilai prosduksi sebesar Rp. 25.281.782.00, 64 kemudian disusul Kota Yogyakarta dengan Rp. 23.457.494.000, Kabupaten Sleman sebesar Rp. 15. 979.626.000, Kabupaten Kulon Progo sebesar 1.605.890.000 dan terakhir adalah Kabupaten Gunung Kidul dengan jumlah nilai produksi Rp.845.000.000. Data tersebut melatarbelakangi pengambilan seting di Kota Yogyakarta dan juga Kabupaten Bantul. Dilihat dari unit usaha, tenaga kerja dan nilai produksi, kedua daerah tersebut berada dua teratas dibandingkan dengan daerah lainnya. Secara rinci, penelitian yang dilakukan di Kota Yogyakarta dilaksanakan Kecamatan Kraton. Hal tersebut didasarkan dari penuturan key informan seorang Staf Divisi Sandang dan Kulit berinisal Y yang mengatakan bahwa di kecamatan tersebut banyak yang memproduksi batik. Pernyataan informan AP juga memperkuat hal tersebut, disebutkan bahwa Kecamatan Kraton memang termasuk cagar budaya dan banyak pembatik sejak dulu, namun seiring dengan berkembangnya zaman, memang sudah berkurang. Tempat kedua yang dipilih oleh peneliti adalah Kabupaten Bantul, yaitu di Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak. Diketahui dari key informan seorang Staf di Lembaga Penelitian dan Pengembangan kepada Masyarakat di Universitas Negeri Yogyakarta sekaligus penduduk asli dari desa tersebut, mengatakan bahwa Desa Wijirejo terdapat banyak unit usaha dan tenaga kerja batik. Pernyataan yang selaras juga diperkuat oleh pernyataan dari informan I, bahwa Desa Wijirejo termasuk Desa Wisata Batik.