116
2. Batik Sungsang Haritanggal : 1 Maret 2016
Hasil : Tidak jauh dengan review sebelumnya, usaha Batik Sungsang
juga dimulai sejak tahun 2007. Beruntung, saat ini Batik Sungsang sudah memiliki beberpa langganan di wilayah Kota Yogyakarta bahlan hingga
Mancanegara. Informasi yang didapat oleh peneliti dari mbak Dewi yang merupakan penerus usaha batik Sungsang setelah Ibunya, terdapat konsumen asal
negara Jepang yang tiga bulan sekali selalu meminta kiriman batik tulis dengan warna alam untuk di ekspor ke Jepang. Namun karena usaha batik yang dilakukan
juga masih pada generasi kedua, maka peneliti tidak bisa menjadikannya tempat observasi.
D. Kampung Batik Pajangan, Bantul
Keputusan peneliti untuk mencoba melakukan observasi di daerah Pajangan, Bantul adalah rekomendasi dari salah satu karyawan Radio Geronimo FM di
bagian teknisi bernama Andri. Tidak banyak informasi yang didapatkan, hanya saja dari keterangan awal, kawasan tersebut memang mayoritas memproduksi dan
menjual batik. Peneliti juga mendapatkan key informan yaitu bapak Heru yang merupakan ketua salah satu bidang di Universitas Negeri Yogyakarta. Dari
informasi yang diberikan pak Heru, Desa Pajangan, pantul memang merupakan kawasan pembatik sejak lama. Beberpaa diantaranya merupakan pembatik Kraton
Yogyakarta yang kemudian pindah ke Desa Pajangan untuk meneruskan kegiatan membatik dan kemudian mencoba untuk memproduksi sendiri. Ada juga Ibu
117
Topo, yang merupakan pemilik batik Topo memberikan informasi bahwa alasan lain yang menyebutkan bahwa produksi batik berpindah ke kawasan Pajangan,
Bantul adalah karena di wilayah Kota Yogyakarta harus bebas limbah bahan kimia dari hasil pewarnaan batik. Sedangkan informasi dari key informan,
menuntun peneliti untuk melakukan pendekatan pada salah satu perusahaan batik tertua yang ada di Desa tersebut yaitu Batik Dirjo Sugito. Menurut informasi dari
key informan, Batik Dirjo Sugito saat ini sudah dikelola oleh generasi ketiga keluarga tersebut. Kegiatan kaderisasi yang dilakukan oleh generasi pertamanya
sudah dilakukan sejak lama. Key informan juga menunjukkan secara detail dimana letak galeri dan rumah pengelola Batik Dirjo Sugito tersebut. Juga banyak
bercerita mengenai sejarah keluarga Dirjo Sugito yang sudah menjadi Juragan Batik di Desa Pajangan, Bantul sejak lama. Menurut cerita key informan, batik
Dirjo Sugito adalah produsen bati terbesar sejak lama, meskipun orang kaya dan terpandang, namun seluruh anggota keluarganya sangat ramah terhadap
masyarakat sekitar. Mengantongi informasi tersebut, peneliti memutuskan untuk melakukan
pendekatan lanjutan terhadap Batik Dirjo Sugito. Sedangkan perusahaan batik lain yang juga direkomendasikan adalah Batik Topo.
1. Batik Topo HariTanggal : 5 Maret 2016
Hasil : Batik Topo sudah berdiri sejak tahun 80-an, dimulai karena
pemilik batik tersebut, Pak Topo merupakan pembatik kraton di Kota Yogyakarta
118
yang kemudian memulai usaha di Bantul karena alasan limbah pewarna kimia yang harus berkurang di Kota Yogyakarta. Sampai saat ini usaha Batik Topo
masih menerima pesanan batik dari Kraton Yogyakarta. Saat peneliti pergi ke lokasi, pembatik di Batik Topo sedang melakukan proses pembuatan 3000 kain
batik yang merupakan pesanan dari Kraton Yogyakarta. Sampai saat ini, usaha Batik Topo masih dikelola oleh Ibu dan Bapak Topo yang juga founder dari usaha
tersebut. Sedangkan anak dari keduanya saat ini masih sekedar membantu, karena memiliki pekerjaan di bidang lain.
2. Batik Dirjo Sugito HariTanggal : 7 9 Maret 2016
Hasil : Diawali dari informasi yang didapat peneliti dari dosen
pembimbing skripsi yang memberitahukan bahwa salah satu ketua bidang di LPPMP Universitas Negeri Yogyakarta yaitu bapak Heru, berdomisili di daerah
Bantul, tepatnya di desa Pajangan. Diketahui bahwa desa tersebut aktif memproduksi batik tulis sejak puluhan tahun silam. Pak Heru kemudian menjadi
key informan peneliti guna menggali informasi lebih banyak tentang Batik Dirjo Sugito, yaitu salah satu produsen batik dan juga yang termasuk
“Juragan” batik di jamannya hingga sekarang. Pada puluhan tahun silam Batik Dirjo Sugito dikelola
oleh pendiri sekaligus pemiliknya yaitu bu Dirjo. Memiliki modal yang cukup banyak untuk memproduksi bati secara berkala, Batik Dirjo Sugito sukses
bertahan di tengah persaingan dengan batik printing yang jauh lebih ekonomis hingga saat ini. Dari keseluruhan anak Bu Dirjo, ada dua orang yang kemudian
119
meneruskan usaha batik tersebut, yaitu Mirna dan Yuli. Tapi seiring berjalannya waktu, kedua anak Bu Dirjo memiliki banyak kesibukan lain ditambah lagi
keduanya sudah berkeluarga. Kemudian, disetiap urusan produksi batik, Bu Dirjo mengajak cucunya yang paling besar bernama Ika untuk membantunya dalam
mengurus usaha batik. Pada wawancara langsung bersama mbak Ika di galeri Batik Dirjo Sugito, peneliti mendapatkan infromasi bahwa mbak Ika, cucu dari Bu
Dirjo merupakan generasi ketiga dan sudah sejak duduk di bangku kuliah semester pertama membantu Bu Dirjo dalam mengelola usaha batik. Dari
keterangan yang disampaikan mbak Ika, sejak awal beliau membantu Bu Dirjo dalam mengurus pesanan batik atau keperluan bahan produksi. Mulai dari
mengurus order pewarna, kain, bahkan membuat perhitungan biaya produksi. Dari keterangan-keterangan tersebut, maka peneliti memutuskan akan melakukan
penelitian di tempat batik Dirjo Sugito karena sudah memenuhi kriteria yaitu perusahaan batik yang dikelola selama tiga generasi.
E. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM DIY
1. Divisi Sandang Kulit HariTanggal : Rabu, 23 Maret 2016
Hasil :
Kedatangan peneliti
mengunjungi Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM DIY adalah untuk mengetahui pengusaha batik
yang sudah tergolong lama di DIY. Dari wawancara yang dilakukan bersama salah satu staf di Divisi Sandang Kulit berinisial Y, diketahui terdapat beberapa
tempat yang di rekomendasikan. Yaitu batik Sekar Kedaton di Giriloyo, kemudian