43
k. Desikator
l. Kuvet kotak
m.
Stopwatch
n.
Vacum Rotavapor
Heidolph, Jerman o.
Krus p.
Kertas Saring Bebas Abu q.
Furnace
Thermolyne 1400 r.
Kromatografi Gas GC DANI 1000 s.
Pompa Vakum Buchi V-700 t.
Kromatografi Lapis Tipis
2. Bahan penelitian
a. Kayu Secang
b. Etanol 96
c. HgCl Merck, Jerman
d. KI Merck, Jerman
e. BiNO
3
.H
2
O Merck, Jerman f.
HNO
3
Scharlau, Spayol g.
NaCl Merck, Jerman h.
Kloroform 10 Sigma-Aldrich, USA i.
H
2
SO
4
j. n-Heksan Scharlau, Spayol
k. Mg Powder Sigma-Aldrich, USA
l. Folin Ciocalteu 1:10 Sigma-Aldrich, USA
44
m. Na
2
CO
3
Sigma-Aldrich, USA n.
Standar Asam Galat Merck, Jerman o.
HCL Scharlau, Spayol p.
Dekstrin Brataco Chemika, indonesia q.
Corn Starch Brataco Chemika, indonesia r.
Laktosa Brataco Chemika, indonesia s.
Maltodekstrin Brataco Chemika, indonesia t.
Avicel ph 102 Brataco Chemika, indonesia u.
Amprotab Brataco Chemika, indonesia
C. Prosedur Penelitian
1. Penyiapan Simplisia
Kayu secang
Caesalpinia Sappan L
sebanyak 10 Kg dibersihkan, kemudian kayu secang yang telah bersih dipotong-potong dan
dikeringkan di dalam oven dengan suhu 40°C, setelah kering kayu diserut menjadi potongan lebih kecil. Kemudian hasil simplisia kering kayu
secang disimpan dalam wadah penampung untuk menunggu tindakan selanjutnya.
2. Ekstraksi
Metode yang digunakan dalam ekstraksi kayu secang ini adalah metode maserasi-perkolasi, dengan metode ini digunakan perbandingan
kayu secang dengan pelarutnya adalah 1 : 10, sehingga untuk sekali proses ekstraksi secang sebanyak 500 gram dibutuhkan pelarut sebanyak 5 liter.
Pada proses ekstraksi ini dilakukan variasi konsentrasi pelarut etanol yakni
45
etanol dengan konsentrasi etanol 30, 50, dan 70. Langkah awal dari metode maserasi-perkolasi ini adalah dengan cara membungkus 500 gram
serutan kayu secang menggunakan kertas saring dimana bagian atas dari kertas saring dibuat terbuka kertas saring dibuat seperti kantong dengan
menggulung kertas dan bagian bawah diikat dengan benang kemudian bagian atas dibiarkan. Kemudian serutan kayu secang tersebut
ditempatkan ke dalam alat perkolator Gambar 9. kemudian ke dalam alat perkolator dimasukkan pelarut hingga batas atas dan sisa pelarut
dimasukkan ke dalam penampung pelarut di bawah tabung perkolator, metode maserasi-perkolasi ini dijalankan selama 120 menit dengan rincian
30 menit perendaman maserasi dan 90 menit sirkulasi pelarut perkolasi, setelah selesai alat perkolasi dimatikan dan diperoleh ekstrak cair. Ekstrak
cair kemudian dipekatkan dengan alat evaporasi untuk menguapkan sisa pelarut etanol yang ada menggunakan alat evaporasi dengan kecepatan
putar 60-80 rpm, suhu 50 °C , dan tekanan 70 – 200 mBar, penguapan
dihentikan pada saat ekstrak mulai mengental seperti pasta. Ekstrak hasil dari evaporasi ditampung dalam botol selai yang telah ditimbang dan
dilanjutkan dengan memasukkan botol selai berisi ekstark kedalam oven pada suhu 50°C, hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan sisa pelarut
air yang tersisa.