Pembandingan Sampel Ekstrak Secang Dengan Standar Asam Galat
73
menggunakan pelarut etanol 30 sebesar 0,476 ± 0,003, kadar sari larut air untuk ekstrak secang menggunakan pelarut etanol 50 sebesar 0,410 ±
0,003, serta kadar sari larut air untuk ekstrak secang menggunakan pelarut etanol 70 sebesar 0,532 ± 0,001. Sehingga dapat di katakan bahwa
kadar sari larut air dari ekstrak-ekstrak yang telah dibuat tidak lebih dari 0,533. Menurut standar FHI dikatakan bahwa sari larut air tidak boleh
melebihi 18,00. Parameter standar yang kelima adalah sari larut etanol dengan
mengukur kadar sari larut etanol menggunakan metode seperti yang telah dijelaskan dalam prosedur pengukuran kadar sari larut etanol, dengan tiga kali
pengulangan perhitungan didapatkan kadar sari larut etanol untuk ekstrak secang menggunakan pelarut etanol 30 sebesar 0,924 ± 0,002, kadar
sari larut etanol untuk ekstrak secang menggunakan pelarut etanol 50 sebesar 1,092 ± 0,006, serta kadar sari larut etanol untuk ekstrak secang
menggunakan pelarut etanol 70 sebesar 1,223 ± 0,004. Sehingga dapat dikatakan bahwa kadar sari larut etanol dari ekstrak-ekstrak yang telah dibuat
tidak lebih dari 1,224. Menurut standar FHI dikatakan bahwa kadar sari larut etanol tidak boleh melebihi 9,70.
Parameter standar yang terakhir adalah sisa pelarut etanol yang pengukurannya menggunakan instrumen kromatografi gas GC DANI 1000
dengan pengukuran kadar sisa pelarut etanol menggunakan metode seperti yang telah dijelaskan dalam prosedur pengukuran kadar sisa pelarut etanol
pada BAB II, dengan tiga kali pengulangan perhitungan didapatkan kadar sisa
74
pelarut etanol untuk ekstrak secang menggunakan pelarut etanol 30 sebesar 0,006 ± 0,00071, kadar sisa pelarut etanol untuk ekstrak secang
menggunakan pelarut etanol 50 sebesar 0,018 ± 0,00045, serta kadar sisa pelarut etanol untuk ekstrak secang menggunakan pelarut etanol 70
sebesar 0,010 ± 0,00717. Sehingga dapat dikatakan bahwa kadar sisa pelarut etanol dari ekstrak-ekstrak yang telah dibuat tidak lebih dari 0,019
yang merupakan kadar yang sangat sedikit. Menurut standar FHI dikatakan bahwa kadar sisa pelarut etanol harus sesedikit mungkin. Dalam penelitian ini
yang dihitung adalah kadar sisa pelarut etanol dalam ekstrak kental, dimana ekstrak memang masih mengandung pelarut yang berjumlah sangat sedikit.
Perhitungan sisa pelarut ini dilakukan sebagai pendahuluan untuk mengetahui kadar pelarut etanol yang terkandung sebelum ekstrak kental dibuat menjadi
ekstrak kering. Sehingga dapat dipastikan saat dibuat menjadi ekstrak kering sudah tidak mengandung pelarut etanol sama sekali, karena apabila di dalam
suatu ekstrak kering sedian obat masih terkandung sisa pelarut etanol akan berbahaya untuk konsumsi pasien Depkes RI, 2000, 17-18.