Uji Fenolik Total KAJIAN PUSTAKA

30 Gambar 5. Mekanisme metode Folin-Ciocalteu

5. Spektroskopi UV-Visibel

Daerah UV sekitar 10 nm – 380 nm, tetapi paling banyak penggunaannya secara analitik dari 200 – 380 nm dan disebut sebagai UV pendek dekat. Di bawah 200 nm, udara dapat mengabsorpsi sehingga instrumen harus dioperasikan kondisi vakum, daerah ini disebut dengan daerah UV Vakum. Daerah tampak visibel sangat kecil panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu mempengaruhi selaput pelangi pada manusia, dan karenanya menimbulkan kesan subyektif akan ketampakan vision. λ daerah tampak dari 380 nm – sekitar 780 nm.

a. Absorpsi cahaya

Secara kualitatif absorpsi cahaya dapat diperoleh dengan pertimbangan absorpsi cahaya pada daerah tampak. Kita dapat melihat obyek dengan pertolongan cahaya yang diteruskan atau dipantulkan. 31 Apabila cahaya polikromatis cahaya putih yang berisi seluruh spektrum panjang gelombang melewati medium tertentu, akan menyerap panjang gelombang lain, sehingga medium itu akan tampak berwarna. Oleh karena hanya panjang gelombang yang diteruskan yang sampai ke mata maka panjang gelombang inilah yang menentukan warna medium. Warna ini disebut warna komplementer terhadap warna yang diabsorpsi. Spektrum tampak dan warna-warna komplementer ditunjukkan dalam Tabel 1 berikut ini Tabel 1. Spektrum tampak dan warna-warna komplementer Panjang Gelombang Nm Warna yang Diabsorpsi Warna yang Dipantulkan Komplementer 340 –450 Lembayung Kuning – hijau 450 – 495 Biru Kuning 495 – 570 Hijau Violet 570 – 590 Kuning Biru 590 – 620 Jingga Hijau – biru 620 - 750 Merah Biru - hijau

b. Hukum Dasar Spektroskopi Absorpsi

Jika suatu berkas cahaya melewati suatu medium homogen, sebagian dari cahaya datang Po diabsorpsi sebanyak Pa, sebagian dapat diabaikan dipantulkan Pr, sedangkan sisanya ditransmisikan Pt dengan efek intensitas murni sebesar : Po = Pa + Pt + Pr 32 Dengan Po = intensitas cahaya masuk, Pa = intensitas cahaya diabsorpsi, Pr = intensitas cahaya dipantulkan, Pt = intensitas cahaya ditransmisikan. Pada prakteknya, nilai Pr adalah kecil - 4 , sehingga untuk tujuan praktis : Po = Pa + Pt Lambert 1760, Beer 1852 dan Bouger menunjukkan hubungan berikut : Gambar 6. Landasan Hukum Lambert-Beer  T = = 10 -abc dengan b = jarak tempuh optik, c = konsentrasi.  Log T = Log = - abc dengan a = tetapan absorptivitas, T = transmitansi.  Log = Log = abc = A dengan A = absorbansi. - log T = abc = A = Ɛ bc ... Turunan Hukum Lambert-Beer Hukum di atas dapat ditinjau sebagai berikut : 33 1 Jika suatu berkas cahaya monokromatis yang sejajar jatuh pada medium pengabsorpsi pada sudut tegak lurus setiap lapisan yang sangat kecil akan menurunkan intensitas berkas. 2 Jika suatu cahaya monokromatis mengenai suatu medium yang transparan, laju pengurangan intensitas dengan ketebalan medium tertentu sebanding dengan intensitas cahaya. 3 Intensitas berkas cahaya monokromatis berkurang secara eksponensial bila konsentrasi zat pengabsorpsi bertambah. Hal diatas menunjukkan persamaan mendasar untuk spektroskopi absorpsi, dan dikenal sebagai hukum Lambert Beer. atau hukum Beer Bouger. Satuan untuk b cm, c mol L, a = absorptivitas molar adalah absorpsi larutan yang diukur dengan ketebalan 1 cm dan konsentrasi 1 mol L. A = abc 4 Jika konsentrasi c diekspresikan sebagai molaritas molL dan ketebalan sel b dinyatakan dalam centimeter cm, koefisien absorptivitas molekuler a disebut koefisien ekstingsi molar ε dan memiliki satuan [Lmol.cm]. A =Ɛbc

c. Instrumen Spektroskopi UV-Vis

Menurut konfigurasinya instrumen spektroskopi UV-Vis , dibagi dalam: 1 Single-beam instrument

Dokumen yang terkait

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) TERHADAP Staphylococcus Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa ATCC 10145, Dan Klebsiel

0 1 12

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) TERHADAP Staphylococcus Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa ATCC 10145, Dan Klebsiel

0 1 15

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) TERHADAP Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923, Shigella sonnei ATCC 9290, Dan Escherichia coli ATCC 25

0 1 11

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) TERHADAP Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923, Shigella sonnei ATCC 9290, Dan Escherichia coli ATCC 25

0 1 17

FORMULASI SEDIAAN TABLET ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK KULIT KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) DENGAN METODE KEMPA LANGSUNG.

0 0 2

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI EKSTRAK KULIT KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) YANG DIPENGARUHI SUHU DAN PH MENGGUNAKAN METODE DPPH (Diphenylpicrylhydrazyl).

0 0 2

PENENTUAN KADAR FENOLIK TOTAL DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans Merr.) & SECANG (Caesalpinia sappan L.) DENGAN METODE β-CAROTENE BLEACHING.

0 0 1

UJI PENGHAMBATAN AKTIVITAS ENZIM XANTIN OKSIDASE TERHADAP EKSTRAK KULIT KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.)

0 0 6

Key words: Hypolipidemic, sappan wood, Caesalpinia sappan L., antioxidants. PENDAHULUAN - UJI EFEK HIPOLIPIDEMIK EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) TERHADAP TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) JANTAN

0 0 11

FORMULASI dan UJI ANTIOKSIDAN LIPSTIK KULIT KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) NUR DAMAYYANTI

0 2 15