Interaksi Sosial Anak Jalanan Di Rumah Singgah Master Yayasan

untuk mau belajar dan menempuh pendidikan di Rumah Singgah Master. 18 Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup saling berinteraksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Hal tersebut terjadi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui hubungan itu individu ingin menyampaikan maksud, tujuan dan keinginannya masing-masing. Sedangkan untuk mencapai keinginan tersebut harus diwujudkan dengan tindakan melalui hubungan timbal balik diantara yang satu dengan yang lainnya. Kegiatan interaksi sosial yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pada tiga bentuk Interaksi anak-anak jalanan diantaranya :

1. Interaksi Sosial Anak Jalanan Terhadap Sesama Teman-teman Di

Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Anak jalanan sesungguhnya mereka adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teraliensi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat. Interaksi sosial yang terjadi pada anak-anak jalanan di Rumah Singgah Master ini terjadi sangat baik,mereka saling menghormati satu sama lain terhadap teman-teman yang berada di lingkungan Rumah Singgah ataupun teman-teman yang berada diluar Rumah Singgah Master. Tak hanya saling menghargai anak-anak di Rumah Singgah ini pun melakukan kerja sama yang baik diantara anak-anak dengan anak-anak maupun anak-anak terhadap tutor-tutor yang berada disini. Kerja sama merupakan interaksi sosial yang paling penting. Pada dasarnya, setiap manusia melakukan interaksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerja sama timbul karena orientasi 18 Hasil Wawancara Dengan Nurrochim. Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014 orang-perorangan terhadap kelompoknya yaitu in-group nya dan kelompok lainnya yang merupakan out-groupnya. Contoh kecil dari kerja sama menurut salah satu informan adalah “yang dilakukan oleh anak-anak jalanan disini adalah kerja bakti untuk membersihkan kelas, halaman sekolah, lapangan tempat mereka bermain, saling membantu jika ada teman yang kesulitan, bermain sepak bola antara sesama teman baik dari tingkatan kelas yang sama ataupun dari kelas yang berbeda ”. 19 Kerja sama merupakan salah satu bentuk interaksi yang didasarkan pada kepentingan dari masing-masing individu. Oleh karena itu bentuk kerja sama yang dicontohkan pada interaksi sosial pada anak-anak di Rumah Singgah itu didasari oleh kepentingan untuk saling mendekatkan diri dan saling mengenal diantara teman-teman lainnya yang berada di Rumah Singgah, agar selalu terjaga kekeluargaan diantara mereka. Setelah kekeluargaan diantara sesama anak jalanan tercipta dengan baik maka interaksi sosial sehari-hari yang mereka lakukan akan memberikan efek positif kepada perilaku mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Syawal,dari hasil wawancara bahwa “anak- anak yang disini baik-baik, kita saling jaga dan menghormati satu sama lain sesama teman-teman, jarang berantem, kita selalu kompak. Kalau juga berantem paling karena teman kitanya ada yang ngocol. Karena kita engga suka temen-temen yang ngocol ka ”. 20 Hal ini juga sependapat dengan informan lainnya yang mengatakan bahwa “ kita disini sering main bareng ka sama temen-temen, engga pilih-pilih temen selama temen-temen engga saling ganggu satu sama lainnya dan engga ngocol maka kita engga pernah berantem. Kalau 19 Hasil Wawancara Dengan Hasan, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok,10 November 2014 20 Hasil Wawancara dengan Syawal, Anak Jalanan yang Tinggal Di Rumah Singgah, Depok, 11 November 2014. temen ada yang ngocol baru kita engga temenin soalnya yang ngocol biasanya suka cari ulah sendiri semaunya mereka ka”. 21 Dalam kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sehari-hari mereka tidak memiliki simbol-simbol yang menjadi ciri khas dari identitas mereka sebagai anak jalanan, hal ini sesuai dengan ungkapan dari Syawal bahwa” kita disini engga pake bahasa atau simbo-simbol yang aneh atau apa yang bisa jadi ciri khas, kita disini belajar hidup bersama-sama jadi engga mikirin hal-hal aneh yang berkaitan sama cara, simbol dan bahasa yang dipake kalau lagi sama temen- temen.” 22 . Orang memiliki hanya kemampuan untuk berpikir yang bersifat umum. Kemampuan ini dibentuk dalam proses interaksi sosial. Interaksi sosial adalah suatu proses dimana kemampuan untuk berpikir dikembangkan dan diungkapkan. Segala macam interaksi menyaring kemampuan untuk berpikir. Lebih dari itu berpikir mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku. Dalam kebanyakan tingkah laku, seseorang harus memperhatikan dan memperhitungkan orang lain dalam memutuskan bagaimana ia harus bertingkah laku supaya sesuai dengan orang-orang lain. Namun demikian tidak semua proses interaksi sosial melibatkan proses berpikir. Bahasa yang digunakannya adalah Bahasa Indonesia pada umumnya masyarakat gunakan. Hal ini tidak sesuai dengan teori Interaksionalisme bahwa dalam kegiatan Interaksi sosial dan simbolik yang mengacu kepada penggunaan simbol-simbol. Akan tetapi dari mengatakan bahwa seseorang belajar simbol-simbol dan arti-arti yang kemudian akan berkembang menjadi sebuah reaksi kepada simbol- simbol yang digunakan dalam memahami interaksi yang dibangun. George Herbet Mead menekankan bahwa “ simbol-simbol verbalbahasa penting karena selalu dapat mendengarkan diri sendiri 21 Hasil Wawancara Dengan Akbar, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah,Depok. 10 November 2014. 22 Hasil Wawancara dengan Syawal, Anak Jalanan yang Tinggal Di Rumah Singgah, Depok, 11 November 2014. walaupun kita mungkin tidak selalu bisa melihat tanda-tanda gerak- gerik fisik kita”. 23 Jadi bahasa yang digunakan untuk komunikasi interaksi sosial mereka adalah bahasa Indonesia pada masyarakat umumnya. Akan tetapi bahasa-bahasa yang digunakan bukanlah bahasa baku, tetap menyesuaikan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak jalanan tersebut. Kegiatan anak-anak jalanan di Rumah Singgah terdiri dari sekolah, adapun Jadwal sekolah anak-anak di Rumah Singgah ini selain sekolah di waktu pagi ada juga yang sekolah di waktu siang dan sore hari, hal ini disesuaikan dengan keinginan dari masing-masing anak jalanan. Hal ini dijelaskan oleh koordinator pendidikan bahwa “jadwal belajar anak-anak disini terbagi menjadi tiga waktu yaitu pagi, siang dan sore hari”. 24 Akan tetapi mereka tidak hanya terpaku pada salah satu waktu belajar, hal ini di ungkapkan oleh salah satu informan “aku sekolahnya kadang di waktu pagi kadang juga diwaktu siang hari ka”. 25 Terkait dengan jadwal sekolah mereka, semua tidak menjadi permasalahan. Yang terpenting adalah kemauan mereka untuk tetap terlibat dalam kegiatan belajar mengajar disekolah sesuai dengan jadwalnya masing-masing, karena bagaimanapun keadaannya anak jalanan di Rumah Singgah mereka tetap diwajibkan untuk sekolah. Bahkan anak-anak yang di Rumah Singgah ada juga yang sekolah di Pondok Pesantren. Pondok Pesantren yang melakukan kerja sama dengan Yayasan Bina Insan Mandiri Depok terletak di Jonggol. Jadi anak-anak jalanan yang berminat untuk sekolah sekaligus menuntut Ilmu Agama maka mereka akan dititipkan di Pondok Pesantren. Berkaitan dengan teori dari Model Pembinaan Anak Jalanan, Pembinaan yang dilakukan pada tahap awal yaitu Model Rumah 23 Bernard Ravo, SVD, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prestasi Pustakarya,2007,h.99 24 Hasil Wawancara Dengan Nana Sutarna, Tutor Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 24 November 2014. 25 Hasil Wawancar a Dengan Syawal, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok. 11 November 2014. Singgah dan tahap selanjutnya yaitu model Boarding House atau pemondokan. Rumah Singgah sebagai tahapan awal bagi seorang anak untuk menciptakan suasana yang nyaman, tertib dan menyenangkan bagi anak-anak jalanan dan kemudian boarding house itu sebagai wahana pelayanan bagi anak jalanan selanjutnya dengan tujuan untuk mempertahankan sikap dan perilaku positif, memberikan kesempatan untuk anak jalanan memperoleh pelayanan dalam penuntasan masalah mereka yang kemudian untuk bisa mempercepat proses kemandirian anak-anak jalanan. Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok sebagai tempat awal perlindungan untuk anak-anak jalanan dan kemudian pondok pesantren sebagai tempat kedua dalam membina anak-anak jalanan yang ingin menuntut ilmu di pondok pesantren sebagai tempat pemondokan. Karena di Pemondokan kemudian segala keterampilan pun akan lebih dikembangkan sesuai bakat dan minat anak jalanan tersebut. Berkaitan dengan kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan di Yayasan ini, sebagian dari mereka adalah pengamen. Tetapi waktu mengamen hanya dilakukan pada sore hari hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu informan bahwa “kita itu kalau ngamen biasanya sore sampe malem. Soalnya kalo ngamen pagi atau siang suka banyak razia dari satpol pp. daripada kita ketangkep sama satpol pp mending kita cari aman aja”. Orientasi pekerjaan dari aktivitas yang mereka lakukan berorieantasi pada kemudahan untuk mendapatkan uang sekedar untuk menyambung hidup. Seperti sebagai pengamen, menjajakan koran atau majalah, mencuci kendaraan dan lain sebagainya. Meskipun dalam aktivitas yang mereka lakukan terkadang harus bertarung dengan dikejar-kejar aparat seperti Satuan Polisi Pamong Praja Satpol PP. Tempat mereka mengamen pun tidak hanya pada satu titik tempat saja, mereka menyebar ke wilayah sekitar Depok tidak jauh dari