Pengertian Anak Jalanan Anak Jalanan

c. Tingkat makro basic causes, yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur makro. 34 Adapun uraian untuk tiga tingkatan yang telah dikemukakan di atas adalah sebagai berikut: 1 Tingkat Mikro Pada tingkat ini, biasanya anak menjadi anak jalanan di sebabkan faktor internal dalam keluarga, yaitu: a Keluarga mengalami kesulitan ekonomi, sehingga anak dengan sangat terpaksa lari dari keluarga, berusaha untuk mandiri dan berjuang sendiri mempertahankan hidup dan memenuhi kebutuhannya. b Orang tua mengalami perceraian, perceraian menyebabkan berkurangnya perhatian, kasih sayang dan rasa aman yang diterima anak dari keluarga, sehingga anak mencari c kebutuhan tersebut dengan cara menjadi anak jalanan. 35 2 Tingkat Messo Pada tingkat messo, faktor penyebab dapat diidentifikasi sebagai berikut: a Masyarakat atau komunitas miskin mempunyai pola hidup dan budaya miskinnya sendiri. Pola hidup yang tidak teratur dan memandang anak sebagai aset untuk menunjang hidup keluarga yang menyebabkan hilangnya kebutuhan-kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya. Sehingga kadang anak harus bekerja dan tidak bersekolah. Nilai bagaimana nantinya, tidak ada orientasi masa depan menyebabkan mereka dalam kondisi yang rentan dalam berbagai hal. Seperti ketika sakit, tidak 34 Dwi Astuti, Penelitian Rumah Singgah Se-Jawa Timur, 2013 www.damadiri.or.idfile dwiastututiunairbab2.pdf. 34 Modul Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti, Jakarta: Direktorat Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI, 2006, h. 5. mempunyai uang untuk berobat. Di lain pihak perkerjaan tidak jelas. b Pola urbanisasi ke kota-kota besar tanpa perbekalan yang memadai. c Penolakan masyarakat terhadap anak jalanan sebagai calon kriminal. 36 3 Tingkat Makro Pada tingkat makro, faktor penyebab dapat diidentifikasi sebagai berikut: a Ekonomi. Peluang pekerjaan sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal keahlian, mereka harus lama dijalanan dan meninggalkan bangku sekolah, ketimpangan desa dan kota yang mendorong urbanisasi. b Pendidikan. Biaya sekolah yang tinggi, perilaku guru yang diskriminatif, dan ketentuan-ketentuan teknis dan birokratis yang mengalahkan kesempatan belajar. c Belum beragamnya unsur-unsur pemerintah memandang anak jalanan antara sebagai kelompok yang memerlukan perawatan pendekatan kesejahteraan dan pendekatan yang menganggap anak jalanan sebagai trouble maker atau pembuat masalah. Pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah adalah pendekatan keamanan security approach. 37 Dwi Astuti mengutip dari BKSN mengemukakan faktor penyebab anak turun ke jalan untuk bekerja dan hidup di jalanan adalah sebagai berikut: 1 Faktor pendorong : a Keadaan ekonomi keluarga yang semakin dipersulit oleh besarnya kebutuhan yang ditanggung kepala keluarga, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga, 36 Ibid,h. 9 37 Dwi Astuti,loc. cit maka anak-anak disuruh ataupun dengan sukarela membantu mengatasi kondisi ekonomi tersebut. b Ketidak serasian dalam keluarga, sehingga anak tidak betah tinggal di rumah atau anak lari dari keluarga. a. Adanya kekerasan atau perlakuan salah dari orang tua terhadap anaknya sehingga anak lari dari rumah. b. Kesulitan hidup di kampung, anak melakukan urbanisasi untuk mencari pekerjaan mengikuti orang dewasa. c Faktor Penarik : a. Kehidupan jalanan yang menjanjikan, dimana anak mudah mendapatkan uang, anak bisa bermain dan bergaul dengan bebas. b. Diajak teman. c. Adanya peluang di sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal dan keahlian. 38 Berdasarkan uraian para ahli di atas dapat disimpulkan, sesungguhnya ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan jalanan, seperti: tekanan kemiskinan, ketidak harmonisan keluarga, pengaruruh teman atau kerabat juga ikut menentukan keputusan untuk hidup di jalanan. Selain itu juga alasan anak memilih hidup di jalanan adalah karena kurang biaya sekolah dan membantu pekerjaan orang tua. Kombinasi dari faktor-faktor tersebut sering kali memaksa anak-anak mengambil inisiatif mencari nafkah atau hidup mandiri di jalanan.

3. Karakteristik Anak Jalanan

Dalam buku Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan melalui Rumah Singgah, setiap Rumah Singgah boleh menentukan sendiri kategori anak jalanan yang didampinginya. Kategori anak jalanan 38 Ibid,89 dapat disesuaikan dengan kondisi anak jalanan di kota masing-masing. Secara umum kategori anak jalanan adalah sebagai berikut: 39 a. Anak jalanan yang hidup di jalanan, dengan cirinya sebagai berikut: 1 Putus hubungan atau lama tidak bertemu dengan orang tuanya minimal setahun yang lalu, 2 Berada di jalanan seharian untuk bekerja dan mengelandang, 3 Bertempat tinggal di jalanan dan tidur di sembarang tempat seperti emper toko, kolong jembatan, taman terminal, stasiun, dan lain-lain. 4 Tidak bersekolah lagi.

b. Anak jalanan yang bekerja di jalanan, cirinya adalah:

1 Berhubungan tidak teratur dnegan orang tuanya, yakni pulang secara periodik misalnya seminggu sekali, sebulan sekali, dan tidak tentu. Mereka umumnya berasal dari luar kota yang bekerja di jalanan. 2 Berada di jalanan sekitar 8 s.d 12 jam untuk bekerja, sebagian mencapai 16 jam, 3 Bertempat tinggal dengan cara mengontrak sendiri atau bersama teman, dengan orang tua atau saudaranya, atau di tempat kerjanya di jalan, 4 Tidak bersekolah lagi. c. Anak yang rentan menjadi anak jalanan, cirinya adalah: 1 Setiap hari bertemu dengan orang tuanya teratur, 2 Berada di jalanan sekitar 4 s.d 6 jam untuk bekerja, 3 Tinggal dan tidur bersama orang tua atau wali, 4 Masih bersekolah. 39 Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah, Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI, 2002, h. 13-15.