Ila’ Li’an Putusnya Perkawinan

23 c. Mubah, yaitu suami boleh menceraikan isterinya karena isteri tidak dapat menjaga diri dikala tidak ada suaminya di rumah, isteri yang berbahaya terhadap suami atau yang tidak baik akhlaknya. d. Haram, yaitu seperti suami yang menceraikan isterinya tanpa sebab yang jelas. Kemudian menjatuhkan talak sewaktu isterinya dalam keadaan haid, kedua menjatuhkan talak waktu suci tetapi sudah dicampuri ketika waktu suci itu. Berdasarkan hadits Rasulullah Saw. ِا ِنَعَو َمُع ِنْب ُهَتَأَرْمِا َقلَط ُهنَأ اَمُهْ َع ُهللَا َيِضَر َر - ِهللَا ِلوُسَر ِدْهَع يِف ٌضِئاَح َيَِو َلاَقَ ف ? َكِلَذ ْنَع ملسو هيلع ها ىلص ِهللَا َلوُسَر ُرَمُع َلَأَسَف ملسو هيلع ها ىلص : اَهْكِسْمُيْل مُث اَهْعِجاَرُ يْلَ ف ُْرُم ْطَت ىتَح َءاَش ْنِإ مُث , َرُهْطَت مُث , َضيِحَت مُث , َرُه َأ ُهللَا َرَمَأ يِتلَا ُةدِعْلَا َكْلِتَف , سَمَي ْنَأ َدْعَ ب َقلَط َءاَش ْنِإَو , ُدْعَ ب َكَسْمَأ اَهَل َقلَطُت ْن ُءاَسِلَا ُ هْيَلَع ٌقَف تُم َ 27 Artinya : “Dari Ibnu Umar bahwa ia menceraikan istrinya ketika sedang haid pada zaman Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam Lalu Umar menanyakan hal itu kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam dan beliau bersabda: Perintahkan agar ia kembali padanya, kemudian menahannya hingga masa suci, lalu masa haid dan suci lagi. Setelah itu bila ia menghendaki, ia boleh menahannya terus menjadi istrinya atau menceraikannya sebelum bersetubuh dengannya. Itu adalah masa iddahnya yang diperintahkan Allah untuk menceraikan Allah untuk menceraikan istri. Muttafaq Alaihi e. Makruh, yaitu suami yang menceraikan isterinya, padahal si isteri taat kepada suami, rajin ibadah dan shalihah. 28 27 Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Mishr: Wizarat Al Awqaf, t.th.,, juz 17, h.400. 28 Yayan Sopyan, h.180-181. 24

5. Perbedaan Cerai Talak Dengan Cerai Gugat

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan membedakan antara cerai talak dengan cerai gugat. Cerai gugat diajukan oleh pihak isteri, sedangkan cerai talak diajukan oleh pihak suami ke Pengadilan dengan memohon agar diberi izin untuk mengucapkan ikrar talak kepada isterinya dengan suatu alasan yang dibenarkan oleh hukum. 29

a. Cerai Talak

Sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, cerai talak tidak diatur dalam perundang-undangan yang berlaku, penyelesaiannya cukup dilaksanakan di Kantor Urusan Agama Kecamatan. Cerai talak baru diatur secara rinci dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dalam bagian-bagian sendiri dengan sebutan ”Cerai Talak”, demikian juga dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, Undan-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama lebih mempertegas lagi tentang keberadaan cerai talak ini. Jadi Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang- undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan merupakan tonggak sejarah dimana cerai talak ini secara resmi diatur dalam peraturan tersendiri. 29 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2008 h.18.