Stuktur Organisasi PROFIL PENGADILAN AGAMA TIGARAKSA

52 dikenal atau lazim disebut dengan tentang duduk perkara yang menjadi dasar yuridis gugatan atau menguraikan secara kronologis duduk perkaranya kemudian penguraian tentang hukumnya, tidak berarti menyebutkan peraturan- peraturan hukum yang menjadi dasar tuntutan, melainkan cukup hak atau peristiwa yang harus dibuktikan dalam persidangan nanti sebagai dasar dari tuntutan. 2 Dan mengenai posita yang diterangkan oleh penggugat dalam putusan No. 1538Pdt.G2013PA.Tgrs, diantaranya: Pada tanggal 2 Januari 2012 Penggugat telah mengajukan gugatan cerai kepada Tergugat dengan alasan perceraian “Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun kembali dalam rumah tangga ”. Gugatan tersebut dikabulkan sebagian oleh Pengadilan Agama Tigaraksa dengan putusan Nomor 0051Pdt.G2012PA Tgrs tanggal 26 September 2012 bertepatan tanggal 10 Zulkaidah 1433 Hijriyah dan atas putusan tersebut tergugat menyatakan banding namun dalam pemeriksaan tingkat banding, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten dengan putusan Nomor 8Pdt.G2013PTA.Btn tanggal 6 Maret 2013 bertepatan tanggal 23 Rabiul Akhir 1434 Hijriyah mengabulkan permohonan banding dari Tergugat, dan 2 Fauzie Yusuf Hasibuan, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Yayasan Pustaka Hukum Indonesia,2006, h.9 53 mengadili sendiri yang pada pokoknya menolak gugatan Penggugat seluruhnya. Berdasarkan putusan Pengadilan Tinggi Agama Banten Nomor 8Pdt.G2013PTA.Btn Penggugat tidak dapat mengajukan kasasi dikarenakan tenggang waktu untuk mengajukan kasasi telah lewat, dan Putusan Pengadilan Tinggi Agama Banten Nomor 8Pdt.G2013PTA. Btn. telah berkekuatan hukum tetap. Penggugat tetap ingin mengajukan gugatan cerai kedua kali melalui Pengadilan Agama Tigaraksa, karena dalam perkara perceraian tidak lepas dari asas ne bis in idem. 3 Oleh karena dalam perkara perceraian dan sengketa perkawinan tidak melekat asas ne bis in idem, maka Penggugat mengajukan gugatan cerai kepada Tergugat. Dengan alasan sebagai berikut; Pada tanggal 10 September 1994, telah melangsungkan pernikahan Penggugat dengan Tergugat, dan pernikahan Penggugat tersebut telah dicatat oleh Pejabat Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Regol, dengan Kutipan Akta Nikah Nomor 268211X1994 tanggal 10 September 1994. Setelah melangsungkan perkawinan Penggugat dan Tergugat bertempat tinggal di Tamansari Pesona Bali, Blok C-3 Nomor 09. RT 005RW 015, Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur. 3 Kamarusdiana, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: UIN syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h.112. 54 Bahwa selama berumah tangga Penggugat dan Tergugat telah melakukan hubungan suami isteri, sehingga dilahirkan 2 orang anak diberi nama Anak 1, berjenis kelamin perempuan kurang lebih berusia 16 enam belas tahun, dan Anak 2, berjenis kelamin perempuan kurang lebih berusia 12 dua belas tahun. Pada awalnya rumah tangga Penggugat dan Tergugat harmonis, namun ternyata Tergugat mempunyai tabiat yang kurang baik, yaitu Tergugat berbuat zina dengan wanita pekerja seks komersial PSK, dan anehnya dalam berhubungan badan dengan pekerja seks komersial PSK tersebut, Tergugat selalu membuat dokumentasi dalam bentuk foto di handphoneblackberry, dan dari foto tersebut Penggugat mengetahui fakta bahwa tergugat sering melakukan perzinaan dengan wanita pekerja seks komersial PSK, perbuatan tersebut tidak hanya dilakukan Tergugat dengan satu pekerja seks komersial PSK, namun dilakukan Tergugat dengan beberapa pekerja seks komersial. Akibat kelakuan kelakuan Tergugat yang selalu berzina dengan pekerja seks komersial PSK, mengakibatkan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat tidak harmonis, sehingga Penggugat dan Tergugat pisah ranjang kurang lebih sejak 6 enam tahun yang lalu meskipun Penggugat dan Tergugat masih tinggal dalam satu rumah, namun antara Penggugat dan Terguggat tidak ada komunikasi yang baik. Meskipun Tergugat bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Departemen Perhubungan ternyata Penggugat mempunyai bisnis lain,