31
b. Ghairu Muhshan
Pezina yang tidak mencukupi persyaratan muhshan yaitu perbuatan zina yang dilakukan oleh laki-laki dengan wanita yang tidak ada ikatan
perkawinan antar keduanya.
45
Hukuman bagi pezina ghair muhshan adalah hukuman jilidcambuk 100 kali.
46
Sebagaimana dalam firman Allah:
روّنلا :
Artinya : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka
deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan
agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan
orang-orang yang beriman
”. Q.S An-Nur: 2. Para Fuqaha sepakat bahwa pezina ghoiru muhsan masing-masing
dihukum dera seratus kali deraan, yang menjadi perselisihan di kalangan mereka ialah, apakah di samping jilid dera itu masih harus diasingkan
dari negerinya selama satu tahun atau tidak. Dalam sanksi hukum tambahan pada hukuman pengasingan para
fuqaha berbeda pendapat : a.
Menurut Imam Malik dalam hukuman pengasingan buang hukuman dikenakan kepada laki-laki saja, sedang perempuan tidak.
45
Ashari Abdul Ghafar, Pandangan Islam Tentang Zina dan Perkawinan Sesudah Hamil Jakarta: Andes Utama, 1996, cet. III, h.13.
46
Musthafa Dib Al Bugha, h.444.
32
b. Menurut Imam Ahmad Ibnu Hanbal menyetujui hukuman pengasingan
selama satu tahun sebagai hukuman tambahan terhadap hukuman dera. c.
Imam Abu Hanifah terhadap hukuman pengasingan sebagai hukamn tambahan setelah pertimbangan hakim atau kebijaksanaannya yang
menangani perkara. d.
Sedangkan pendapat kebanyakan ulama sebagaimana pendapat Imam Ahmad yang juga diantaranya Imam Syafi’i Al-Qurtubi, Athothowus
dan para Khulafa Rasyidun mengatakan perlunya diberikan hukuman dera dan pengasingan bagi pelaku yang tidak muhsan.
47
4. Pembuktian Zina
Zina merupakan kejahatan yang dihukum dengan hukuman berat, sehingga syari’at Islam memberikan persyaratan yang yang berat pula dalam
pembuktiannya. Tujuannya persyaratan ini adalah untuk menutup jalan bagi siapa saja yang sengaja menuduh orang baik-baik dengan semena-mena dan
dhalim. Adapun pembuktian telah terjadinya perbuatan zina itu berlaku dengan
cara-cara sebagai berikut ;
a. Pengakuan Iqrar
Pengakuan yang dilakukan oleh pasangan yang melakukan perzinaan, dari orang-orang yang pengakunnya dapat dipercaya, seperti
47
Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqih Wanita, Semarang: CV. ASy Syifa, t.th.,, h.471.