Dasar Hukum Perceraian Perceraian

16 2 Talak bid’i adalah talak yang dijatuhkan terhadap istri dalam keadaan suci tetapi pernah digauli oleh suaminya dalam keadaan suci dimaksud. Talak macam ini akan menimbulkan penyesalan suami, karena akan muncul keraguan bahwa istri dalam masa kehamilan. Karena laki-laki sering sekali mentalak istri yang belum bisa memberikannya seorang anak. Kalau sudah terlanjur menyesal, dipertemukannya kembali dan ini akan menyebabkan kesengsaraan bagi kehidupan si anak. 9 Ditinjau dari segi ada atau tidaknya kemungkinan bekas suami kembali kepada bekas isteri maka talak dibagi menjadi dua yaitu : 1 Talak raj’i adalah talak yang suami boleh ruju’ kembali pada bekas isterinya dengan tidak perlu melakukan perkawinan akad baru asal isterinya masih dalam iddahnya seperti talak satu dan dua. 2 Talak ba’in adalah talak yang yang suami tidak boleh ruju’ kembali pada bekas isterinya melainkan harus dengan akad baru. 10 Talak ba’in dibagi menjadi dua yaitu : a Talak ba’in sughra ialah talak yang kurang dari tiga kali yang tidak boleh dirujuk,tetapi boleh akad nikah baru dengan mantan suaminya meskipun dalam masa iddah. 11 b Talak ba’in kubra sama dengan talak ba’in sughra, yaitu memutuskan tali perkawinan antara suami dan isteri. Tetapi, talak 9 Abd. Rahman Ghazaly, Fikih Munakahat, Jakarta: Kencana, 2006, h. 194 10 Moh. Rifa’I, Fiqih Islam Lengkap, Kuala Lumpur: Pustaka Jiwa SDN BHD, 1996, h.489. 11 Abdul Manan, dkk, Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenang Peradilan Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002, h.28. 17 ba’in kubra tidak menghalalkan bekas suami merujunya kembali bekas isteri, kecuali sesudah ia menikah dengan laki-laki lain dan telah bercerai sesudah dikumpulinya telah bersenggama, tanpa ada niat tahlil. 12

b. Khulu’

Khulu ’ berasal dari kata khala’a, artinya menanggalkan. 13 Khulu’ menurut istilah fiqih berarti menghilangkan atau membuka buhul akad nikah dengan kesediaan istri membayar ‘ iwadl tebusan kepada pemilik akad nikah suami dengan menggunakan perkataan ceraikhulu’. Khulu’ lazim juga disebut tebusan, karena isteri menebus dirinya dari suaminya dengan mengembalikan apa yang pernah diterimanaya, baik berupa mahar atau yang diterimanya. 14 Khulu’ disebut juga dengan talak tebus yang terjadi atas persetujuan suami istri dengan jatuhnya talak satu dari pihak suami kepada istri dengan tebusan harta atau uang dari pihak istri yang menginginkan cerai dengan cara itu. Penebusan atau pengganti yang diberikan kepada suami disebut juga dengan ‘iwadl. 15 ‘Iwadl dapat berupa pengembalian mahar atau 12 Tihami, Sohari. Fikih Munakat Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali Press, 2009, h.311. 13 Ahmad Sunarto, Kamus Al-Fikr, Surabaya: Halim Jaya, 2009, h.138. 14 Nawawi Rambe, Fiqh Islam, Jakarta: Duta Pahala, 1994, h.339. 15 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang Undang Perkawinan, Yogyakarta: Liberty, 1986, h.110-111.