Pengertian Akhlak Pengertian dan Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak.

108 Akhlaq mulia di dalam ayat ini, sebagaimana dikemukakan Ath- Thabari, bermakna tatakrama yang tinggi, yaitu tatakrama al- Qur’an yang telah Allah tanamkan di dalam jiwa rasul-Nya. Tatakrama ini tercermin melalui Islam dan ajarannya. Makna ini diriwayatkan Ibnu Abbas ketika menjabarkan makna ayat tersebut, “yaitu dengan memeluk kepercayaan yang agung, dalam hal ini ialah Islam”. Mujahid mengatakan yang serupa dalam menafsirkan firman Allah Swt. tersebut ia berkata, “yaitu beragama yang agung.” Diriwayatkan juga bahwa ketika Ummul Mukminin Aisyah r.a., ditanya Sahbat Qatadah r.a. mengenai akhlak Nabi Saw., ia menjawab, “Akhlak Rasulullah adalah Al-Quran” HR. Ahmad; hadits shahih. Qatadah mengatakan bahwa akhlak itu seperti apa yang diterangkan di dalam Al- Qur’an” 2 Muhammad Ghozali, Khuluqul Muslim, Mesir : Nahda Misr, 2005, hlm. 7. Secara terminology, akhlak dapat didefinisikan berdasarkan berbagai pendapat dari para tokoh pemikir akhlak. Seperti diungkapkan oleh Al-Jahizh mengatakan bahwa akhlak adalah jiwa seorang yang selalu mewarnai setiap tindakan dan perbuatannya, tanpa adanya pertimbangan ataupun keinginan. Dalam beberapa kasus, akhlak ini sangat meresap hingga menjadi watak atau karakter seseorang. Namun, dalam kasus yang lain, akhlak ini merupakan perpaduan dari hasil proses latihan dan kemauan keras seseorang. Sifat dermawan, misalnya, bisa jadi telah tertanam dalam diri seseorang sebagai hasil usaha membiasakan diri yang terus menerus tanpa henti untuk bersikap demikian. Kondisi seperti itu juga berlaku bagi akhlak yang lain, seperti berani, penyayang, selalu menjaga kesucian, dan bersikap adil . Mahmud al- Misri, 2003 : 6. Ibnu Maskawih sebagai pencetus Teori Pertengahan dan Filsafat mengatakan akhlak adalah: ةي َ كف يغ نم ا لاعفأ ىلإ ا ل ةيعاد فنلل اح Artinya: “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan” Ibn Miskawih, 1934. Dalam buku I hya‟ Ulum al-Din, Imam Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah : ىلإ ةجاح يغ نم سي ةل سب اعفْا صت ا نع ةخسا فنلا ىف ة يه نع ابع ةي كف Artinya: “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam- macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan 109 pemikiran dan pertimbangan. ” 5 Imam al-Ghozali, Ihya‟ Ulum al-Din, Beirut : Dar al-Fikr, hlm. 56. Definisi-definisi yang dikemukakan oleh para tokoh pemikir akhlak di atas tidak menunjukkan pendapat yang saling bertentangan, melainkan terdapat kemiripan dan saling melengkapi. Dengan demikian, dalam mengartikan akhlak secara istilah dapat kita temukan lima ciri yang mengacu pada perbuatan yang dapat dikatagorikan akhlak : a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang sudah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadian. b. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah spontan, tanpa memerlukan pemikiran. c. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. d. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan karena sandiwara. e. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar hanya karena Allah Swt. atau ikhlas semata-mata karena-Nya. 2. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhak. Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya adalah menjadi penyebab kita dapat menetapkan sebagian perbuatan itu sebagai perbuatan yang baik dan sebagian yang lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk perbuatan yang baik, sedangkan berbuat zina termasuk perbuatan yang buruk, membayar hutang kepada pemiliknya termasuk perbuatan baik, sedangkan mengingkari hutang termasuk perbuatan buruk. Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan. 6 Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Bina Ilmu, 1995, hlm. 67. Keterangan tersebut memberikan panduan kepada manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya menetapkan bahwa perbuatan tersebut termasuk perbutan baik atau buruk. Selajutnya ilmu akhlak juga menentukan kriteria perbuatan yang baik dan yang buruk, serta perbuatan apa saja yang termasuk baik, dan perbuatan yang yang buruk itu, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan baik dan perbuatan buruk. Selain itu, ilmu akhlak berguna secara efektif dalam upaya membersihkan diri manusia dalam perbuatan dosa dan maksiat. Jika tujuan ilmu akhlak tersebut tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan batin yang pada gilirannya melahirkan perbuatan terpuji. Dengan perbuatan terpuji ini akan lahirlah keadaan masyarakat yang damai, sejahtera, 110 harmoni lahir dan batin, yang memungkinkan ia dapat beraktifitas guna mencapai kebahagian hidup di dunia dan juga di akhirat. B. Ruang Lingkup Ilmu Akhlak. Ruang lingkup ilmu akhlak adalah pebahasanya tentang perbuatan- perbuatan manusia, kemudian menentukan perbuatan itu tergolong perbuatan baik atau perbuatan buruk. Ilmu akhlak dapat pula dikatakan sebagai ilmu yang pembahasan dalam upaya mengenal tingkah laku manusia. Obyek pebahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Jika kita katakan baik atau buruk, maka ukuran yang harus digunakan adalah ukuran normative. Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk, sebagai individu maupun sosial. Sebagian orang juga menyebutkan ilmu akhlak adalah tingkah laku manusia, tetapi perlu ditegaskan bahwa yang dijadikan objek kajian ilmu akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan kemauan, yang sebenarnya telah mendarah daging dan telah dilakukan secara continue atau terus menerus sehingga mentradisi dalam kehidupannya. Banyak contoh perbuatan yang termasuk perbuatan akhlak dan begitu juga sebaliknya. Seseorang yang membangun masjid, gedung sekolah, rumah sakit, jalan raya, dan pos keamanan termasuk perbuatan akhlak yang baik karena berdasarkan kemauan manusia itu sendiri yang telah dipersiapkan sebelumnya. Akan tetapi, jika seseorang yang memicingkan mata dengan tiba-tiba pada waktu tersengat api atau binatang buas, bernapas, hati yang berubah rubah, orang yang menjadi ibu-bapak kita, tempat tinggal kita, kebangsaan kita, warna kulit kita, dan tumpah darah kita, maka itu semua tidak termasuk perbuatan akhlak karena semua itu di luar perencanaan, kehendak atau pilihan kita. Jadi sekarang kita bisa memahami yang dimaksud ilmu akhlak adalah ilmu yang mengkaji suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang dalam keadaan sadar, kemauan sendiri, tidak terpaksa, dan sungguh-sungguh atau perbuatan yang sebenarnya, bukan perbuatan yang pura-pura. Perbuatan- perbuatan demikian selanjutnya diberi nilai baik atau buruk. 7 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta : Rajawali Pers, 2008, hlm, 8. Apabila kita bahas secara mendalam dan terinci, maka perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk dapat dikategorikan menjadi bermacam-macam perbuatan sebagai berikut : 1. Perbuatan manusia terhadap Tuhan. Sebagai manusia yang beragama, sudah menjadi keharusan dalam perbuatannya akan berhubungan dengan Tuhan Allah. Hal ini tidak dapat 111 dipisahkan karena manusia makhluk ciptaan Allah dengan tujuan penciptaannya umtuk mengabdi kepada-Nya, sebagaimana Firman Allah: هنجْلا ْقلخ ام ن بْعيل هَإ ْ ْْا 56 Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. ” QS. Adz-Dzariyat, ayat 56. Manusia harus senantiasa berbuata baik atau beribadah kepada Allah, karena memang itu menjadi tugas manusia untuk dapat mengabdi secara total terhadap Tuhannya. Apalagi dalam hal ini Allah Swt. telah menunjukkan bagaimana perbuatan yang baik dengan imbalannya dengan dimasukkan ke surga-Nya. Allah berfirman dalam Surat Al-Kahfi sebagai berikut: إ ًَز ْ دْ فْلا تاهنج ْم ل ْ اك تاحلاهصلا ا ل ع ا نمآ ني هلا هن 107 Artinya: “Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, untuk mereka disediakan Surga Firdaus sebagai tempat tinggalnya ” QS: Al-Kahfi, ayat 107. Adapun perbuatan baik manusia dengan Tuhannya itu antara lain percaya kepada Allah, membayar zakat, berpuasa, menunaikan haji ke Baitullah bagi yang mampu dan amal jariyah yang lainnya. Sebaliknya perbuatan buruk manusia terhadap Tuhannya dan konsekwensinya sebagaimana digambarkan dalam Surat al-Baqarah sebagai berikut : ن لاخ ا يف ْمه اهنلا احْصأ ك ل أ انتاي ب ا به ك ا فك ني هلا 39 Artinya : “Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya” QS : Al- Baqarah ayat 39. Perbuatan buruk manusia di sini adalah orang-orang yang kafir tidak percaya kepada Allah dan ingkar dengan mendustakan ayat-ayat Allah dalam arti berbuat maksiyat seperti mensekutukan Allah, berbuat maksiat, berzina, mencuri, korupsi dan lain-lainya. 2. Perbuatan Antar-Sesama Manusia. Perbuatan baik dan buruk antara sesama manusia ini pada dasarnya dibagi dua, yaitu terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. 112 a. Perbuatan manusia terhadap diri sendiri Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya, baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa. Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya, kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita, seperti terlalu banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang; merokok, yang dapat menyebabkan paru- paru kita rusak; mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras, yang dapat membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu, kita harus bisa bersikap atau berakhlak baik terhadap tubuh kita. Selain itu, sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalnya, iri, dengki, munafik dan lain sebagainya. Hal itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari. Hati yang berpenyakit, seperti iri, dengki, munafiq dan lain sebagainya, akan sulit sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran. Untuk menghindari hal tersebut di atas, maka kita dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran, seperti yang telah dikatakan bahwa di antara penyakit hati adalah iri, dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut. Dengki. Orang pendengki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan apapun dari sifat buruknya itu. Bahkan, pahala kebaikan yang dimilikinya akan terhapus. Islam tidak membenarkan kedengkian. Rasulullah Saw. bersabda: “Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. b ersabda, “hati-hatilah pada kedengkian karena kedengkian menghapuskan kebajikan, seperti api yang melahap minyak” H.R. Abu Dawud. Munafiq. Orang munafiq adalah orang yang berpura-pura atau ingkar. Apa yang mereka ucapkan tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya. Adapun tanda-tanda orang munafiq ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits, yaitu: ىبأ نع .معلص َا س اق : اق هنع َ يض ي ه ” نيقفان لا تايأ ناخ ن ت ا ا إ ,فلخأ ع ا إ ك ث ح ا إ ,ثَث 113 Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah Saw. bersabda: ”Tanda- tanda orang munafiq ada tiga, jika ia berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat” H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an- Nisa’i. b. Perbuatan terhadap Orang lain. Yang dimaksud dengan perbuatan terhadap orang lain adalah bagaimana manusia berhubungan dengan orang lain, baik muslim maupun non-muslim. Adapun terhadap sesama muslimmukmin mereka itu bagaikan saudara, sebagaimana digambarkan dalam Firman Allah sebagai berikut : ن حْ ت ْمكهلعل هَ ا قهتا ْمكْي خأ نْيب ا حلْصْف ٌ ْخإ ن نمْ ْلا ا ه إ 10 Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu saudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudara yang berselisih dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat” QS: Al-Hujurat ayat 10. Jadi, kita sesama orang muslim itu saudara, maka berbuat baiklah karena mereka itu saudara. Umpamanya, saling memberi salam bila bertemu, saling mencinta sesamanya, saling menghormati, saling berseilaturrahmi, saling tolong menolong dan perbuatan baik lainnya. Akan tetapi, jangan sekali-kali melakukan perbuatan buruk sesama muslim, seperti jangan saling menghina, jangan saling berkelahi, jangan saling mengkhianati dan perbuatan buruk lainnya. c. Perbuatan kepada Orang Tua. Yang dimaksud dengan perbuatan kepada orang tua ini adalah orang tua kandung maupun bukan orang tua kandung, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, sebagaimana dilukiskan dalam Firman Allah sebagai berikut : بكْلا ْنع هنغلْبي اهمإ اً اسْحإ نْي لا ْلاب اهيإ هَإ ا بْعت هَأ كُب ىضق اً ي ك ًَْ ق ا ل ْلق ا هْ ْنت َ فأ ا ل ْلقت َف ا هَك ْ أ ا ه حأ 23 اً يغص ي ايهب ا ك ا ْ حْ ا ْلق ة ْحه لا نم ُ لا انج ا ل ْ فْخا 24 Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada Ibu-Bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau 114 kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil.” QS : Al-Isra’ ayat 23 24, Itulah sederetan kewajiban perbuatan seseorang terhadap orang tua kandung, baik ibu maupun bapak yang masih hidup, menurut al- Qur’an. Sedang apabila orang tua kandung sudah meninggal, kewajiban perbuatan seorang adalah mendo’akan kepada al-marhumal-marhumah agar diampuni segala dosanya dan diterima segala amal ibadahnya di sisi Allah Swt. dengan mendapatkan surga-Nya. d. Perbuatan terhadap lingkungan. Yang dimaksud perbuatan manusia terhadap lingkungan adalah segala perbuatan dan tindakan terhadap sesuatu yang ada di sekitar manusia seperti binatang, tumbuhan, dan benda lain yang tidak bernyawa. Perbuatan manusia terhadap lingkungan ini berdasarkan pada fungsi manusia sebagai khalifah di bumi, sebagaimana dijelaskan dalam Firman Allah: ضْ ْْا يف ٌلعاج ي إ ةكئَ ْلل كُب اق ْ إ ْنم ا يف لعْجتأ ا لاق ًةفيلخ َ ام ملْعأ ي إ اق كل ق ْ حب حبس نْح ءام لا كفْسي ا يف سْفي ن لْعت 30 Artinya: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfiman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan mensucikan.Mu? ” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui ” QS: Al-Baqarah, ayat 30. Khalifah yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah bermakna pengganti, pemimpin atau penguasa di bumi Allah, maka perbuatan manusia sebagai khalifah harus mengayomi, memelihara, serta membimbing agar setiap makhluk mencapai 115 tujuan penciptaannya. Oleh karena itu, manusia tidak melakukan pengrusakan dan penumpahan darah.

C. Perbedaan dan Persamaan Akhlak, Etika dan Moral.

Sebelum dibahas perbedaan antara akhlak, etika dan moral, akan dijelaskan apa itu etika dan moral sebagai berikut : Istilah “etika” bersal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang, habitat; kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak ta etha artinya adalah : adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika” yang oleh Filsuf Yunani besar Aristoteles 384-322 SM sudah dipakai untuk menunjukkan ilsafat moral. Jadi, jika kita membatasi diri pada asal usul kata ini, maka “etika” berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dengan memakai istilah modern, dapat dikatakan juga bahwa etika membahas “konfensi-konfensi sosial” yang ditentukan dalam masyarakat. Definisi tentang Etika dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis definisi, yaitu: 1. Etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari prilaku manusia. 2. Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik buruknya prilaku manusia dalam kehidupan bersama. 3. Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normative, dan evaluative yang hanya meberikan nilai baik dan buruknya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Etika adalah: ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Nilai mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat. Etika terbagi atas dua yaitu: 1 Etika Umum ialah etika yang membahas tentang kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia itu secara etis, etika inilah yang dijadikan dasar dan pegangan manusia untuk bertindak dan digunakan sebagai tolak ukur penilaian baik buruknya suatu tindakan. 2. Etika Khusus ialah penerapan moral dasar dalam bidang pendidikan yang khusus misalnya olahraga, bisnis, atau profesi tertentu. Dari sinilah nanti akan ada etika bisnis dan etika profesi K. Bertens, 2005 : 3. Macam-macam Etika : 116 Ada dua macam etika yang harus dipahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya prilaku manusia : 1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika Deskriptif ini memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusaan tentang prilaku atau sikap yang mau dambil. 2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normative memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan. Sedangkan moral, menurut bahasa adalah bahasa Latin mores jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam KBBI bahwa perkataan moral adalah penentuan baik dan buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Secara istilah moral merupakan istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Dalam buku The Avanced learner‟s Dictiory current of English moral mengandung pengertian: a. Prinsip-prinsip yang berkenaan benar dan salah baik dan buruk. b. Kemampuan untk memahami perbedaan antara benar dan salah. c. Ajaran atau gambaran tingkah laku baik. Berdasarkan uraian di atas, maka moral dapat dipahami sebagai istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai ketentuan baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik. Persamaan antara akhlak, eitika dan moral adalah yang menjadi obyek pembahasannya sama, yaitu manusia, dan sebagai obyek formalnya adalah perbuatan manusia yang kemudian ditentukan perbuatan manusia itu baik atau buruk, benar atau salah. Dari segi fungsinya sama, yaitu menentukan hukum bahwa perbuatan yang dilakukan manusia itu baik atau buruk dan benar atau salah, Dari segi tujuannya sama-sama ingin menghendaki keadaan masyarakat yang baik, aman, damai, teratur, dan tentram, sehingga sejahtera secara batiniah maupun lahiriah. Adapun perbedaannya antara akhlak, etika dan moral adalah akhlak dalam menentukan perbuatan manusia itu baik atau buruk dan benar atau salah yang menjadi dasar, tolok ukur dan indikatornya adalah Al- Qur‟an dan Al- Hadist, sedang etika yang menjadi dasar, tolok ukur dan indikitor perbuatan manusia itu baik atau buruk dan benar atau salah adalah akal atau rasio. Adapun moral yang menjadi dasar, tolok ukur dan indikator perbuatan