Pengertian Akhlak Pengertian dan Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak.
108
Akhlaq mulia di dalam ayat ini, sebagaimana dikemukakan Ath- Thabari, bermakna tatakrama yang tinggi, yaitu tatakrama al-
Qur’an yang telah Allah tanamkan di dalam jiwa rasul-Nya. Tatakrama ini tercermin
melalui Islam dan ajarannya. Makna ini diriwayatkan Ibnu Abbas ketika menjabarkan makna ayat tersebut,
“yaitu dengan memeluk kepercayaan yang agung, dalam hal ini ialah Islam”. Mujahid mengatakan yang serupa dalam
menafsirkan firman Allah Swt. tersebut ia berkata, “yaitu beragama yang
agung.” Diriwayatkan juga bahwa ketika Ummul Mukminin Aisyah r.a.,
ditanya Sahbat Qatadah r.a. mengenai akhlak Nabi Saw., ia menjawab, “Akhlak Rasulullah adalah Al-Quran” HR. Ahmad; hadits shahih. Qatadah
mengatakan bahwa akhlak itu seperti apa yang diterangkan di dalam Al- Qur’an”
2
Muhammad Ghozali, Khuluqul Muslim, Mesir : Nahda Misr, 2005, hlm. 7.
Secara terminology, akhlak dapat didefinisikan berdasarkan berbagai pendapat dari para tokoh pemikir akhlak. Seperti diungkapkan oleh Al-Jahizh
mengatakan bahwa akhlak adalah jiwa seorang yang selalu mewarnai setiap tindakan dan perbuatannya, tanpa adanya pertimbangan ataupun keinginan.
Dalam beberapa kasus, akhlak ini sangat meresap hingga menjadi watak atau karakter seseorang. Namun, dalam kasus yang lain, akhlak ini merupakan
perpaduan dari hasil proses latihan dan kemauan keras seseorang. Sifat dermawan, misalnya, bisa jadi telah tertanam dalam diri seseorang sebagai
hasil usaha membiasakan diri yang terus menerus tanpa henti untuk bersikap demikian. Kondisi seperti itu juga berlaku bagi akhlak yang lain, seperti
berani, penyayang, selalu menjaga kesucian, dan bersikap adil
.
Mahmud al- Misri, 2003 : 6.
Ibnu Maskawih sebagai pencetus Teori Pertengahan dan Filsafat mengatakan akhlak adalah:
ةي َ كف يغ نم ا لاعفأ ىلإ ا ل ةيعاد فنلل اح
Artinya: “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan” Ibn Miskawih, 1934.
Dalam buku I hya‟ Ulum al-Din, Imam Ghazali mengatakan bahwa
akhlak adalah :
ىلإ ةجاح يغ نم سي ةل سب اعفْا صت ا نع ةخسا فنلا ىف ة يه نع ابع ةي كف
Artinya: “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-
macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
109
pemikiran dan pertimbangan. ”
5
Imam al-Ghozali, Ihya‟ Ulum al-Din, Beirut :
Dar al-Fikr, hlm. 56.
Definisi-definisi yang dikemukakan oleh para tokoh pemikir akhlak di atas tidak menunjukkan pendapat yang saling bertentangan, melainkan
terdapat kemiripan dan saling melengkapi. Dengan demikian, dalam mengartikan akhlak secara istilah dapat kita temukan lima ciri yang mengacu
pada perbuatan yang dapat dikatagorikan akhlak :
a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang sudah tertanam kuat
dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadian. b.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah spontan, tanpa memerlukan pemikiran.
c. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri
seseorang tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. d.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan karena sandiwara.
e. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar
hanya karena Allah Swt. atau ikhlas semata-mata karena-Nya. 2.
Manfaat Mempelajari Ilmu Akhak. Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya adalah menjadi
penyebab kita dapat menetapkan sebagian perbuatan itu sebagai perbuatan yang baik dan sebagian yang lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil
termasuk perbuatan yang baik, sedangkan berbuat zina termasuk perbuatan yang buruk, membayar hutang kepada pemiliknya termasuk perbuatan baik,
sedangkan mengingkari hutang termasuk perbuatan buruk.
Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah
sehingga menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan.
6
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Bina Ilmu, 1995, hlm. 67.
Keterangan tersebut memberikan panduan kepada manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya
menetapkan bahwa perbuatan tersebut termasuk perbutan baik atau buruk. Selajutnya ilmu akhlak juga menentukan kriteria perbuatan yang baik
dan yang buruk, serta perbuatan apa saja yang termasuk baik, dan perbuatan yang yang buruk itu, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan
baik dan perbuatan buruk. Selain itu, ilmu akhlak berguna secara efektif dalam upaya membersihkan diri manusia dalam perbuatan dosa dan maksiat.
Jika tujuan ilmu akhlak tersebut tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan batin yang pada gilirannya melahirkan perbuatan terpuji. Dengan
perbuatan terpuji ini akan lahirlah keadaan masyarakat yang damai, sejahtera,
110
harmoni lahir dan batin, yang memungkinkan ia dapat beraktifitas guna mencapai kebahagian hidup di dunia dan juga di akhirat.
B.
Ruang Lingkup Ilmu Akhlak.
Ruang lingkup ilmu akhlak adalah pebahasanya tentang perbuatan- perbuatan manusia, kemudian menentukan perbuatan itu tergolong perbuatan
baik atau perbuatan buruk. Ilmu akhlak dapat pula dikatakan sebagai ilmu yang pembahasan dalam upaya mengenal tingkah laku manusia. Obyek
pebahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Jika kita katakan baik atau buruk,
maka ukuran yang harus digunakan adalah ukuran normative.
Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk, sebagai individu
maupun sosial. Sebagian orang juga menyebutkan ilmu akhlak adalah tingkah laku manusia, tetapi perlu ditegaskan bahwa yang dijadikan objek kajian ilmu
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan kemauan, yang sebenarnya telah mendarah daging dan telah dilakukan secara continue atau
terus menerus sehingga mentradisi dalam kehidupannya. Banyak contoh perbuatan yang termasuk perbuatan akhlak dan begitu juga sebaliknya.
Seseorang yang membangun masjid, gedung sekolah, rumah sakit, jalan raya, dan pos keamanan termasuk perbuatan akhlak yang baik karena berdasarkan
kemauan manusia itu sendiri yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Akan tetapi, jika seseorang yang memicingkan mata dengan tiba-tiba pada waktu tersengat api atau binatang buas, bernapas, hati yang berubah
rubah, orang yang menjadi ibu-bapak kita, tempat tinggal kita, kebangsaan kita, warna kulit kita, dan tumpah darah kita, maka itu semua tidak termasuk
perbuatan akhlak karena semua itu di luar perencanaan, kehendak atau pilihan kita.
Jadi sekarang kita bisa memahami yang dimaksud ilmu akhlak adalah ilmu yang mengkaji suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang dalam
keadaan sadar, kemauan sendiri, tidak terpaksa, dan sungguh-sungguh atau perbuatan yang sebenarnya, bukan perbuatan yang pura-pura. Perbuatan-
perbuatan demikian selanjutnya diberi nilai baik atau buruk.
7
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta : Rajawali Pers, 2008, hlm, 8.
Apabila kita bahas secara mendalam dan terinci, maka perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk dapat dikategorikan menjadi
bermacam-macam perbuatan sebagai berikut :
1. Perbuatan manusia terhadap Tuhan.
Sebagai manusia yang beragama, sudah menjadi keharusan dalam perbuatannya akan berhubungan dengan Tuhan Allah. Hal ini tidak dapat
111
dipisahkan karena manusia makhluk ciptaan Allah dengan tujuan penciptaannya umtuk mengabdi kepada-Nya, sebagaimana Firman Allah:
هنجْلا ْقلخ ام ن بْعيل هَإ ْ ْْا
56 Artinya:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
” QS. Adz-Dzariyat, ayat 56. Manusia harus senantiasa berbuata baik atau beribadah kepada Allah,
karena memang itu menjadi tugas manusia untuk dapat mengabdi secara total terhadap Tuhannya.
Apalagi dalam hal ini Allah Swt. telah menunjukkan bagaimana perbuatan yang baik dengan imbalannya dengan dimasukkan ke surga-Nya.
Allah berfirman dalam Surat Al-Kahfi sebagai berikut: إ
ًَز ْ دْ فْلا تاهنج ْم ل ْ اك تاحلاهصلا ا ل ع ا نمآ ني هلا هن
107 Artinya:
“Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, untuk mereka disediakan Surga Firdaus sebagai tempat
tinggalnya ” QS: Al-Kahfi, ayat 107.
Adapun perbuatan baik manusia dengan Tuhannya itu antara lain percaya kepada Allah, membayar zakat, berpuasa, menunaikan haji ke
Baitullah bagi yang mampu dan amal jariyah yang lainnya. Sebaliknya perbuatan buruk manusia terhadap Tuhannya dan
konsekwensinya sebagaimana digambarkan dalam Surat al-Baqarah sebagai berikut :
ن لاخ ا يف ْمه اهنلا احْصأ ك ل أ انتاي ب ا به ك ا فك ني هلا
39 Artinya :
“Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di
dalamnya” QS : Al- Baqarah ayat 39.
Perbuatan buruk manusia di sini adalah orang-orang yang kafir tidak percaya kepada Allah dan ingkar dengan mendustakan ayat-ayat Allah dalam
arti berbuat maksiyat seperti mensekutukan Allah, berbuat maksiat, berzina, mencuri, korupsi dan lain-lainya.
2. Perbuatan Antar-Sesama Manusia.
Perbuatan baik dan buruk antara sesama manusia ini pada dasarnya dibagi dua, yaitu terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.
112
a. Perbuatan manusia terhadap diri sendiri
Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya, baik itu jasmani sifatnya
atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang
tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.
Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya, kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh
kita menderita, seperti terlalu banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang; merokok, yang dapat menyebabkan paru-
paru kita rusak; mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras, yang dapat membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu, kita
harus bisa bersikap atau berakhlak baik terhadap tubuh kita.
Selain itu, sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalnya, iri, dengki, munafik dan lain sebagainya.
Hal itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari. Hati yang berpenyakit, seperti
iri, dengki, munafiq dan lain sebagainya, akan sulit sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan
iman, tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran.
Untuk menghindari hal tersebut di atas, maka kita dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah
hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran, seperti yang telah
dikatakan bahwa di antara penyakit hati adalah iri, dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut.
Dengki. Orang pendengki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan apapun dari sifat buruknya itu. Bahkan, pahala
kebaikan yang dimilikinya akan terhapus. Islam tidak membenarkan kedengkian. Rasulullah Saw. bersabda:
“Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. b
ersabda, “hati-hatilah pada kedengkian karena kedengkian menghapuskan kebajikan, seperti
api yang melahap minyak” H.R. Abu Dawud. Munafiq. Orang munafiq adalah orang yang berpura-pura atau
ingkar. Apa yang mereka ucapkan tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya. Adapun tanda-tanda orang munafiq ada
tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits, yaitu:
ىبأ نع .معلص َا س اق : اق هنع َ يض ي ه
” نيقفان لا تايأ
ناخ ن ت ا ا إ ,فلخأ ع ا إ ك ث ح ا إ ,ثَث
113
Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah Saw. bersabda: ”Tanda-
tanda orang munafiq ada tiga, jika ia berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari,
dan jika diberi amanat ia berkhianat” H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-
Nisa’i. b.
Perbuatan terhadap Orang lain. Yang dimaksud dengan perbuatan terhadap orang lain adalah
bagaimana manusia berhubungan dengan orang lain, baik muslim maupun non-muslim. Adapun terhadap sesama muslimmukmin
mereka itu bagaikan saudara, sebagaimana digambarkan dalam Firman Allah sebagai berikut :
ن حْ ت ْمكهلعل هَ ا قهتا ْمكْي خأ نْيب ا حلْصْف ٌ ْخإ ن نمْ ْلا ا ه إ
10 Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu saudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudara yang berselisih
dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat” QS: Al-Hujurat ayat 10.
Jadi, kita sesama orang muslim itu saudara, maka berbuat baiklah karena mereka itu saudara. Umpamanya, saling memberi
salam bila bertemu, saling mencinta sesamanya, saling menghormati, saling berseilaturrahmi, saling tolong menolong dan
perbuatan baik lainnya. Akan tetapi, jangan sekali-kali melakukan perbuatan buruk sesama muslim, seperti jangan saling menghina,
jangan saling berkelahi, jangan saling mengkhianati dan perbuatan buruk lainnya.
c. Perbuatan kepada Orang Tua.
Yang dimaksud dengan perbuatan kepada orang tua ini adalah orang tua kandung maupun bukan orang tua kandung, baik yang
masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, sebagaimana dilukiskan dalam Firman Allah sebagai berikut :
بكْلا ْنع هنغلْبي اهمإ اً اسْحإ نْي لا ْلاب اهيإ هَإ ا بْعت هَأ كُب ىضق اً ي ك ًَْ ق ا ل ْلق ا هْ ْنت َ فأ ا ل ْلقت َف ا هَك ْ أ ا ه حأ
23
اً يغص ي ايهب ا ك ا ْ حْ ا ْلق ة ْحه لا نم ُ لا انج ا ل ْ فْخا
24 Artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik
kepada Ibu-Bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau
114
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang
baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan
penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku diwaktu kecil.” QS : Al-Isra’ ayat 23 24, Itulah sederetan kewajiban perbuatan seseorang terhadap
orang tua kandung, baik ibu maupun bapak yang masih hidup, menurut al-
Qur’an. Sedang apabila orang tua kandung sudah meninggal,
kewajiban perbuatan seorang adalah mendo’akan kepada al-marhumal-marhumah agar diampuni segala dosanya
dan diterima segala amal ibadahnya di sisi Allah Swt. dengan mendapatkan surga-Nya.
d. Perbuatan terhadap lingkungan.
Yang dimaksud perbuatan manusia terhadap lingkungan adalah segala perbuatan dan tindakan terhadap sesuatu yang ada di
sekitar manusia seperti binatang, tumbuhan, dan benda lain yang tidak bernyawa. Perbuatan manusia terhadap lingkungan ini
berdasarkan pada fungsi manusia sebagai khalifah di bumi, sebagaimana dijelaskan dalam Firman Allah:
ضْ ْْا يف ٌلعاج ي إ ةكئَ ْلل كُب اق ْ إ ْنم ا يف لعْجتأ ا لاق ًةفيلخ
َ ام ملْعأ ي إ اق كل ق ْ حب حبس نْح ءام لا كفْسي ا يف سْفي ن لْعت
30 Artinya:
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfiman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.”
Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan
kami bertasbih memuji-Mu dan mensucikan.Mu? ” Dia
berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui
” QS: Al-Baqarah, ayat 30. Khalifah yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah
bermakna pengganti, pemimpin atau penguasa di bumi Allah, maka perbuatan
manusia sebagai
khalifah harus
mengayomi, memelihara, serta membimbing agar setiap makhluk mencapai
115
tujuan penciptaannya. Oleh karena itu, manusia tidak melakukan pengrusakan dan penumpahan darah.