Hati Qalb. Daya-Daya Rohani sebagai konsekwensi Tugas Manusia.

130 mukasyafah ilmu yang diperoleh melalui ilham Allah . Dawam Raharjo, 1987 : 7. Qalb dapat dikategorikan sebagai intuisi atau pandangan yang dalam, yang mempunyai rasa keindahan, membawa manusia kepada kebenaran, dan sebagai alat untuk mengenal kebenaran ketika penginderaan tidak memainkan peranannya. Qalb dapat mengetahui hakikat dari segala yang ada. Jika Tuhan telah melimpahkan cahaya-Nya kepada qalb, manusia dapat mengetahui segala sesuatu yang gaib. Dengan qalb, manusia juga dapat mengenal sifat-sifat Allah, yang nantinya ditransfer dan diinternalisasikan pada kehidupan manusia sehari-hari. 3. Akal. Manusia memiliki sesuatu yang tidak ternilai harganya, anugerah yang sangat besar dari Tuhan, yakni akal. Sekiranya manusia tidak diberi akal, niscaya keadaan dan perbuatannya akan sama dengan hewan. Dengan adanya akal, segala anggota manusia, gerak atau diamnya akan berarti atau berharga. Akal digunakan untuk berpikir dan memperhatikan barang yang ada di alam ini, sehingga benda-benda dan barang-barang yang halus serta tersembunyi, dapat dipikirkan kegunaan dan manfaatnya. Jika akal digunakan dengan semestinya, niscaya tidak ada benda-benda atau barang-barang di dunia ini yang sia-sia bagi manusia. Dengan akal, manusia dapat menghubungkan sebab dan akibat dan dapat mengerti lambang-lambang bahasa. Dengan akal, manusia melahirkan kebudayaan, mengubah benda-benda yang bersifat alami menjadi benda-benda yang sesuai dengan kehendak dan kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, Allah menyuruh manusia berpikir atau menggunakan akalnya supaya cerdas dan membuahkan manfaat yang baik dan berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat umum. Akal yang tidak digunakan untuk berpikir, niscaya mudah rusak dan tidak berguna apa-apa. Sebagai makhluk yang berakal, manusia dapat mengamati sesuatu. Hasil pengamatan itu diolah menjadi ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan itu dirumuskan ilmu baru yang akan digunakannya dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjangkau jauh ke luar kemampuan fisiknya. Demikian banyak hasil ilmu pengetahuan tersebut, membuat manusia dapat hidup menguasai alam ini. Dalam pandangan Al-Ghazali, akal mempunyai empat pengertian, yaitu:  Sebutan yang membedakan manusia dengan hewan.  Ilmu yang lahir di saat anak mencapai usia akil balig, sehingga dapat mengetahui perbuatan baik dan buruk. 131  Ilmu-ilmu yang di dapat dari pengalaman sehingga dapat dikatakan “siapa yang banyak pengalaman, maka ia orang yang berakal”.  Kekuatan yang dapat menghentikan dorongan naluriyah untuk menerawang jauh ke angkasa, mengekang, dan menundukkan syahwat yang selalu menginginkan kenikmatan. Walaupun akal memiliki keterbatasan-keterbatasan, tetapi manusia dituntut mempergunakan akal sebaik-baiknya, karena itu merupakan anugerah dari Allah Swt.

4. Nafsu.

Nafsu dalam istilah psikologi lebih dikenal dengan sebutan konasi atau daya karsa, konasi dalam bentuk bereaksi, berbuat, berusaha, berkemauan atau berkehendak. Aspek konasi ini ditandai dengan tingkah laku yang bertujuan dan dorongan untuk berbuat. Nafsu dibagi dua kelompok, yaitu gadhab dan syahwat: a. Gadhab, mempunyai dua macam: 1 Lawwamah, memiliki kecenderungan loba dan tamak, serakah dan suka makan banyak dan enak, sedangkan pengaruh yang ditimbulkan adalah kikir, tidak jujur, malas, dan mengejar kenikmatan. 2. Ammarah, nafsu ini digolongkan dengan dua macam, yaitu: pertama, pada manusia, nafsu ini memiliki kecenderungan untuk berkelahi, meniru, membantu, berteman. Pengaruh yang ditimbulkan adalah berani, kejam, persatuan dan gotong royong. Kedua, pada seseorang, nafsu ini memiliki kecenderungan murka, keras kepala, suka mencela, suka melawan, dan suka berkelahi. Memelihara diri sendiri, dengan melepaskan diri, mencari perlindungan, benci, dan membangun. Pengaruh yang ditimbulkan adalah tolong-menolong, marah, bergaul, dengki, cemburu, berontak, takut, takwa. b. Syahwat, dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Supiah, ia memiliki kecenderungan insting ibu-bapak, kesukaan diri ingin tahu, suka campur tangan, rendah diri, berketuhanan. Pengaruh yang ditimbulkan adalah memberi makan anak, sombong, gemar menyelidiki, mengomel, hidup mewah, ingin kuasa, penghambaan dan tawakkal. 2. Muthmainnah, ia memiliki kecenderungan berkemanusiaan, kebijakan etika, kesusilaan moral, kecintaan, keadilan, dan keindahan 132 estetika. Pengaruh yang ditimbulkan adalah budi luhur, jiwa yang suci, tata susila, sabar, pengorbanan, ridha, dan menciptakan keindahan. Pada prinsipnya, nafsu selalu cenderung pada hal yang sifatnya keburukan, kecuali nafsu tersebut dapat dikendalikan dengan dorongan- dorongan yang lain, seperti dorongan intelek akal, dorongan hati nurani qalb yang selalu mengacu pada petunjuk-Nya. Tanpa kendali akal dan hati, nafsu akan mendominasi kehidupan manusia, yang bertahta sebagai tuhannya. Demikianlah gambaran tentang manusia yang memiliki unsur materi dan immateri. Semua itu merupakan karunia yang luar biasa yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta. Hal ini merupakan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan- Nya, yaitu menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan. Dengan penciptaan manusia yang begitu sempurna sebagai makhluk ciptaan Allah, yaitu manusia tersusun dari dua unsur: materi dan immateri, jasmani dan rohani. Unsur materi tubuh manusia berasal dari tanah dan roh manusia berasal dari substansi immateri. Tubuh mempunyai daya-daya fisik jasmani, yaitu mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium, dan daya gerak. Roh mempunyai dua daya, yakni daya berpikir yang disebut akal yang berpusat di kepala, dan daya rasa yang berpusat di hati. Dan dengan daya nafsu memiliki ghirahkemauan melakukan suatu yang buruk maupun yang baik, apabila manusia dengan akal dan hatinya dapat mengelola nafsunya, maka manusia akan menjadi taat, percaya dan patuh terhadap apa yang menjadi tugas dan fungsi sebagai khalifah di bumi. Lebih lanjut manusia dengan kesempurnaan penciptaannya baik jasmani dan daya-daya ruhaninya akan sanggup melaksanakan sebuah misi besar tugas manusia seperti firman Allah : ن بْعيل هَإ ْ ْْا هنجْلا ْقلخ ام 56 Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-K u” QS: Az-Zariyat, ayat 56. Begitu juga manusia sebagai makhluk yang paling sempurna di antara makhluk lain yang diciptakan Allah, yaitu dengan daya-daya ruhani yang lengkap seperti ruh yang berfungsi menghidupkan, hati dengan fungsi memberi pertimbangan dan memutuskan dengan arif bijaksana dan akal berfungsi sebagai daya pemikir, penalar, mengindentifikasi dan mengelola daya nafsu untuk didorong kepada nafsu yang tenangmutmainnah apalagi bila dilengkapi dengan daya khatir atau cetusan hati yang mengarah kepada kebaikan. Dengan demikian, pantaslah manusia dengan kesempurnaan daya ruhani menjadi khalifah di bumi ini, dan akan sanggup untuk mengelola dan memimpin jagad raya ini. Hal tersebut sesuai dengan Firman Allah :