Kajian Takdir dan macam-macamnya.

104 2. At-Taqdiirul Basyari takdir yang berlaku untuk manusia At-Taqdiirul Basyariah adalah takdir yang di dalamnya Allah Swt. mengambil janji atas semua manusia bahwa Dia adalah Rabb mereka, dan menjadikan mereka sebagai saksi atas diri mereka akan hal itu, serta Allah Swt. menentukan di dalamnya orang-orang yang berbahagia dan orang-orang yang celaka. 3. At- Taqdiirul „Umri takdir yang berlaku bagi usia. At-Taqdiirul „Umri adalah takdir ketentuan yang terjadi pada hamba dalam kehidupannya hingga akhir ajalnya, dan juga ketetapan tentang kesengsaraan atau kebahagiaan. 4. At-Taqdiirus Sanawi takdir yang berlaku tahunan. At-Taqdiirus Sanawi adalah dalam malam qadar Lailatul qadar pada setiap tahun ditulis apa yang akan terjadi dalam setahun kedepan mengenai kematian, kehidupan, kemuliaan dan kehinaan, juga rizki dan hujan, hingga mengenai siapakah orang-orang yang akan berhaji. 5. At-Tadiirul Yaumi takdir yang berlaku harian. At-Tadiirul Yaumi yaitu takdir yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang akan terjadi dalam satu hari, mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan, mengampuni dosa, menghilangkan kesusahan dan lain sebagainya. Selain macam-macam takdir berdasarkan waktu yang telah diuraikan di atas, ada juga jenis takdir berdasarkan penetapan takdir lain. Dibagi menjadi dua yaitu: 1. Taqdir Mu‟allaq Taqdir mu‟allaq adalah takdir Allah Swt. yang masih dapat diusahakan kejadiannya oleh manusia. Sebagai contoh dalam kehidupan ini, kita sering melihat dan mengalami sunnatullah, hukum Allah yang berlaku di bumi ini, yaitu hukum sebab akibat yang bersifat tetap yang merupakan qadha dan qadar sesuai kehendak Allah Swt., seperti bumi berputar pada porosnya 24 jam sehari, bersama bulan bumi mengitari bumi kurang lebih 365 hari setahun, bulan mengitari bumi setahun 356 hari, air kalau dipanaskan pada suhu 100 celsius akan mendidih, dan kalau didinginkan pada suhu akan menjadi es, mata hari terbit di sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat, dan banyak lagi contoh lainnya, kalau kita mau memikirkannya. 2. Takdir Mubram. Takdir mubram ialah takdir yang pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan kejadiannya. Dapat kita beri contoh nasib manusia, lahir, kematian, jodoh, terjadinya kiamat dan sebagainya. Qadha dan qadar Allah Swt. yang berhubungan dengan nasib manusia adalah rahasia Allah Swt. hanya Allah 105 Swt yang mengetahuinya. Manusia diperintahkan mengetahui qadha dan qadarnya melalui usaha dan ikhtiar . D. Hikmah Iman kepada Qadha dan Qadar. 1. Keimanan kepada takdir dapat mengkristalkan makna-makna rububiyah yang menyebabkan seseorang bertawakal kepada-Nya dan ikhlas, serta semata-mata hanya menyembah kepada-Nya. Inilah buah keimanan terhadap takdir yang tertinggi. 2. Ridha dengan hukum Allah Swt. dan pilihan-Nya. Hal ini bertujuan untuk membersihkan hati dan mengosongkannya dari kesusahan dan kesedihan. Firman Allah Swt. ٌميلع ءْيش لكب هَ هبْلق ْ ي هَاب ْنمْ ي ْنم هَ نْ إب هَإ ةبيصم ْنم اصأ ام 11 Artinya: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu ” QS. at-Taghabun, ayat 11. FirmanAllah : خف ات ْخم هلك ُ حي َ هَ ْمكاتآ ا ب ا ح ْفت َ ْمكتاف ام ىلع اْ سْْت َْيكل 23 Artinya: “Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggaka ndiri ” QS: Al-Hadid, ayat 23. 106 107

BAB VIII AKHLAK, ETIKA DAN MORAL

A. Pengertian dan Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak.

1. Pengertian Akhlak

Secara bahasa etimologi Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar bentuk infinitif dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlâqan, sesuai dengan wazan tsulasi mazid af‟ala, yuf‟ilu, if‟âlan, yang berarti al-sajiyah perangai, ath- thabi‟ah kelakuan, tabi’at, watak dasar, al-„adat kebiasaan, kelaziman al- maru‟ah peradaban yang baik dan al-din agama Jamil Shaliba, 1978: 539, Lihat pula Luis Ma’luf, Kamus Al-Munjud, t.t. : 194; Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 : 19. Namun dalam hal ini, kata akhlaq dari bentuk infinitif akhlaqa masih kurang tepat, pasalnya isim mashdar dari akhlaqa adalah ikhlâqan bukan akhlâqan. Sehingga muncul penadapat baru yang mengatakan bahwa akhlak tergolong ke dalam isim jamid bentuk isim yang tidak memiliki asal kata atau ghoir musytaq. Jadi, kata akhlak merupakan bentuk kata yang tidak memiliki akar kata dan bentuk kata tersebut memang sudah ada seperti demikian. Dengan pendapat terakhir ini arti kata akhlak secara bahasa etimologi masih sama seperti pendapat yang pertama. Al-Akhlaq merupakan bentuk plural dari kata khuluq yang digunakan untuk mengistilahkan sebuah karakter dan tabiat dasar penciptaan manusia. Kata ini terdiri atas huruf Kha-la-qa yang bisa digunakan untuk menghargai sesuatu. Ar- Raqib menyatakan, “pada dasarnya, kata al-khalqu, al-khulqu, dan al-khuluqu memiliki makna yang sama, al-khulqu lebih dikhususkan utuk bentuk yang dapat dilacak panca indra, sedangkan al-khuluqu dikhususkan untuk kekuatan dan tabiat yang bisa ditangkap oleh mata hati, Allah Swt. berfirman : ميظع قلخ ىلعل كه إ 4 Artinya: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur” QS: Al-Qalam 68 : 4. 108 Akhlaq mulia di dalam ayat ini, sebagaimana dikemukakan Ath- Thabari, bermakna tatakrama yang tinggi, yaitu tatakrama al- Qur’an yang telah Allah tanamkan di dalam jiwa rasul-Nya. Tatakrama ini tercermin melalui Islam dan ajarannya. Makna ini diriwayatkan Ibnu Abbas ketika menjabarkan makna ayat tersebut, “yaitu dengan memeluk kepercayaan yang agung, dalam hal ini ialah Islam”. Mujahid mengatakan yang serupa dalam menafsirkan firman Allah Swt. tersebut ia berkata, “yaitu beragama yang agung.” Diriwayatkan juga bahwa ketika Ummul Mukminin Aisyah r.a., ditanya Sahbat Qatadah r.a. mengenai akhlak Nabi Saw., ia menjawab, “Akhlak Rasulullah adalah Al-Quran” HR. Ahmad; hadits shahih. Qatadah mengatakan bahwa akhlak itu seperti apa yang diterangkan di dalam Al- Qur’an” 2 Muhammad Ghozali, Khuluqul Muslim, Mesir : Nahda Misr, 2005, hlm. 7. Secara terminology, akhlak dapat didefinisikan berdasarkan berbagai pendapat dari para tokoh pemikir akhlak. Seperti diungkapkan oleh Al-Jahizh mengatakan bahwa akhlak adalah jiwa seorang yang selalu mewarnai setiap tindakan dan perbuatannya, tanpa adanya pertimbangan ataupun keinginan. Dalam beberapa kasus, akhlak ini sangat meresap hingga menjadi watak atau karakter seseorang. Namun, dalam kasus yang lain, akhlak ini merupakan perpaduan dari hasil proses latihan dan kemauan keras seseorang. Sifat dermawan, misalnya, bisa jadi telah tertanam dalam diri seseorang sebagai hasil usaha membiasakan diri yang terus menerus tanpa henti untuk bersikap demikian. Kondisi seperti itu juga berlaku bagi akhlak yang lain, seperti berani, penyayang, selalu menjaga kesucian, dan bersikap adil . Mahmud al- Misri, 2003 : 6. Ibnu Maskawih sebagai pencetus Teori Pertengahan dan Filsafat mengatakan akhlak adalah: ةي َ كف يغ نم ا لاعفأ ىلإ ا ل ةيعاد فنلل اح Artinya: “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan” Ibn Miskawih, 1934. Dalam buku I hya‟ Ulum al-Din, Imam Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah : ىلإ ةجاح يغ نم سي ةل سب اعفْا صت ا نع ةخسا فنلا ىف ة يه نع ابع ةي كف Artinya: “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam- macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan