Hakikat Manusia sebagai makhluk jasmani dan ruhani.

120 Selanjutnya, dalam ayat berikutnya Allah Swt. berfirman kepada para malaikat tentang maksud Allah menciptakan manusia : ن نْسم إ ح ْنم اصْلص ْنم اً شب ٌقلاخ ي إ ةكئَ ْلل كُب اق ْ إ 28 Artinya: “Dan ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman, kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering y ang barasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk” QS: Al-Hijr, ayat 28. Lebih lanjut, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari menjelaskan sebagai berikut: “Sesungguhnya manusia itu berasal dari Adam, dan Adan itu diciptakan dari tanah” HR. Bukhari. Pada dasarnya, segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup isteri. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah satu Firman-Nya : ن لْعي َ اه م ْم سفْ أ ْنم ضْ ْْا بْنت اه م ا هلك جا ْ ْْا قلخ هلا ناحْبس 36 Artinya: Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan- pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui QS. Yaasiin, Ayat 36. Adapun proses kejadian manusia kedua melalui pernikahan ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An- Nisaa’ ayat 1, yaitu: ْنم هثب ا جْ ا ْنم قلخ حا ْف ْنم ْمكقلخ هلا مكهب ا قهتا اهنلا ا ُيأ اي ًَاج ا ءاست هلا هَ ا قهتا ًءاس اً يثك اًبيق ْمكْيلع ناك هَ هنإ احْ ْْا هب ن ل 1 Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak... QS. An- Nisaa’, Ayat 1. Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dijelaskan : Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam HR. Bukhari-Muslim. 121 Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu, maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya. Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al- Qur’an dan Al-Hadits dapat pula ditinjau secara medis. Di dalam Al- Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara terperinci melalui Firman-Nya: ني ْنم ةلَس ْنم ناسْ ْْا انْقلخ ْ قل 12 نيكم ا ق يف ًةفْط انْلعج همث 13 انْقلخ همث أ همث اً ْحل اظعْلا ا ْ سكف اًماظع ةغْض ْلا انْقلخف ًةغْضم ةقلعْلا انْقلخف ًةقلع ةفْطُنلا ا ْْشْ نيقلاخْلا نسْحأ هَ ابتف خآ اًقْلخ 14 Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati berasal dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air sperma yang disimpan dalam tempat yang kokoh rahim. Kemudian air sperma itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik QS. Al- Mu’minuun 23: 12-14. Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah Saw. bersabda : Telah bersabda Rasulullah Saw. dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang di antara kamu dikumpulkannya pembentukannya kejadiannya dalam rahim ibunya embrio selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula empat puluh hari dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula empat puluh hari dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya untuk menuliskanmenetapkan empat kalimat macam: rezekinya, ajal umurnya, amalnya, dan buruk baik nasibnya. HR. Bukhari-Muslim. Ungkapan ilmiah dari Al- Qur’an dan Hadits 15 abad silam telah menjadi bahan penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu tentang organ-organ jasad manusia. Selanjutnya, yang dimaksud di dalam Al- Qur’an dengan saripati berasal dari tanah sebagai substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme yang ada di dalam tubuh di antaranya menghasilkan hormon sperma, 122 kemudian hasil dari pernikahan hubungan seksual, maka terjadilah pembauran antara sperma lelaki dan ovum sel telur wanita di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna seperti dijelaskan dalam ayat di atas. Para ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio secara bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al- Qur’an dan Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi salah seorang embriolog terkemuka dari Amerika, yaitu Prof. Dr. Keith Moore. Dia mengatakan: Saya takjub pada keakuratan ilmiyah pernyataan Al- Qur‟an yang diturunkan pada abad ke-7 M itu. Selain itu, beliau juga mengatakan, Dari ungkapan Al- Qur’an dan hadits banyak mengilhami para scientist ilmuwan sekarang untuk mengetahui perkembangan hidup manusia yang diawali dengan sel tunggal zygote yang terbentuk ketika ovum sel kelamin betina dibuahi oleh sperma sel kelamin jantan. Kesemuanya itu belum diketahui oleh Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad ke-18, demikian pula ide tentang perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan genetik dari kromosom zygote belum ditemukan sampai akhir abad ke-19. Akan tetapi, jauh sebelumnya Al- Qur’an telah menegaskan dari nuthfah Dia Allah menciptakannya dan kemudian hadits menjelaskan bahwa Allah menentukan sifat-sifat dan nasibnya. Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika janin bahwa selama embriyo berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang menutupinya, yaitu dinding abdomen perut ibu, dinding uterus rahim, dan lapisan tipis amichirionic kegelapan di dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutupmembungkus anak dalam rahim. Hal ini ternyata sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al- Qur’an : ْخي جا ْ أ ةي ا ث اعْ ْْا نم ْمكل زْ أ ا جْ ا ْنم لعج همث حا ْف ْنم ْمكقلخ يف ْمكقل ثَث تا ل يف قْلخ ْعب ْنم اًقْلخ ْمكتا همأ ن طب ه هَإ هلإ َ كْل ْلا هل ْمكُب هَ مكل ن ف ْصت ىه ْف 6 Artinya: ... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim... QS. Az-Zumar 39 : 6. Pada ayat berikutnya Allah berfirman sebagai berikut : ني جاس هل ا عقف يح ْنم هيف ْخف هتْيه س ا إف 29 123 Artinya: “Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan aku telah meniupkan roh ciptaan-Ku kedalamanya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud ” QS: Al-Hijr, ayat 29. Dengan demikian, maka jelaslah bagi kita bahwa manusia pertama Adam a.s. adalah terbuat dan diciptakan dari tanah sebagai jasmani, begitu juga penciptaan pasangan Siti Hawa diciptakan dari tulang rusuknya manusia pertama. Lebih lanjut Allah Swt. menciptakan manusia yang ketiga dan seterusnya berjenis laki-laki dan perempuan yang banyak tercipta dari sari pati tanah berasal dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh rahim. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang berbentuk manusia. Dan akhirnya setelah tubuh jasmani disempurnakan Allah bentuknya, maka Allah-pun menciptakan suatu ciptaan yang disebut “Roh”. Dan Roh yang diciptakan Allah ini ditiupkan-Nya ke dalam tubuh manusia yang masih berbentuk janin. Adapun mengenai hakekat roh itu sendiri, al- Qur’an tidaklah menerangkan secara rinci hanya member isyarat sebagai dalam firman Allah sebegai berikut : ًَيلق هَإ مْلعْلا نم ْمتيت أ ام يب ْمأ ْنم ُ لا لق ُ لا نع ك لْْسي 85 Artinya: ”Dan mereka bertanya kepadamu Muhammad tentang roh. Katakanlah “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedang kamu diberi pengetahuan hanya sedikit ” QS : Al-Isra’, ayat 85. Akan tetapi, di dalam al- Qur’an tidak disebut satu ayatpun yang menghalangi para ulama dan para ilmuan untuk menyelidiki hakikatnya, dan sampai saat ini keberadaan ruh itu sama dengan sesuatu yang tersembunyi belum diketahui oleh manusia. Roh itu tetap monopoli pengetahuan Allah Swt. yang pengetahuan manusia tidak akan sampai ke sana, karena Allah sendiri telah menjaminnya, manusia itu hanya diberikan ilmu yang sedikit. Di dalam kehidupaan sehari-hari yang dapat diketahui hanyalah fungsi dari roh itu sendiiri terhadap kehidupan manusia, untuk menghidupkan. 3 Drs. Syahid Muammar Pulungan, Manusia Dalam Al- Qur‟an. Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1984h,45-46 Bila ditelusuri hakikat ruh menurut al- Qur’an, hadits, dan ulama sufi, maka istilah ruh juga memiliki dua makna: pertama, sebuah jenis benda yang sangat halus yang semayam sumbernya berasal dari dalam rongga hati 124 jasmani. Kemudian ruh itu bertaburan ke seluruh tubuh melalui urat-urat yang bercabang-cabang, mengalirnya ruh di seluruh tubuh itu melahirkan cahaya kehidupan, menumbuhkan perasaam, melahirhan pendengaran, penglihatan dan penciuman. Ia ibarat cahaya sebuah lentera yang memancar, menembus ke seluruh penjuru dan bagian-bagian rumah. Kehidupan ibaratnya sebuah cahaya yang terdapat pada setiap dinding rumah, sementara ruh ibarat lentera, yang setiap kali ia sampai pada sebuah ruangan, maka ruangan itu menjadi terang karenanya. Adapun para ahli medis, apabila menyebut tentang ruh, maka mereka mengibaratkan dengan sebuah pelita yang mampu menerangi seluruh penjuru rumah. Ia ibarat asap atau gas yang halus yang dimatangkan oleh kehangatan hati. Dalam sebuah hadits Nabi Saw. diceritakan bahwa setelah manusia melalui tahapan penciptaan di dalam perut ibunya, mulai dari tahap segumpal darah „alaqah, kemudian tahap segumpal daging mudhgah, sampai kepada proses penyempurnaan dengan meniupkan al-Ruh ke dalam unsur fisik manusia tersebut. Selain itu, Allah memerintahkan untuk menuliskan empat keputusan, yaitu rizki, ajal, amal dan sengsara-bahagianya. Ditiupkannya ruh ke dalam jasad manusia mengandung pula pengertian menghidupkan jasad dan matinya manusia, sehingga dengan demikian ruh dipandang sebagai substansi yang menghidupkan. Makna kedua adalah al-Lathifah yang berpotensi untuk mengenal dan untuk m engetahui makna “hati.” 4 Imam Abu Hamid al-Ghazali, Ajib al-Qalb Kimia al- Sa‟adah, terjemah K.H.A. Mustafa Bisri, Surabaya : Pustaka Progresis, 2002. Kaum agamawan berkata bahwa pengetahuan tentang manusia yang demikian itu dikarenakan manusia merupakan satu- satunya makhluk yang dalam unsur penciptaannya terdapat ruh ilahi, sedangkan manusia tidak diberi pengetahuan mengenai ruh itu sendiri. Allah berfirman: ًَيلق هَإ مْلعْلا نم ْمتيت أ ام يب ْمأ ْنم ُ لا لق ُ لا نع ك لْْسي 85 Artinya: “dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit ” QS. Al-Isra: 85. Terdapat beberapa kemungkinan tentang ruh yang disebutkan pada ayat di atas, ruh hewani, ruh insani jiwa berpikir, ruh al-quddus jibril dan ruh yang bermakna suatu makhluk yang lebih tinggi dari malaikat. Namun yang pasti dimaksudkan oleh ayat tersebut bukanlah ruh hewani yang merupakan subjek kedokteran. Karena pengenalan terhadap hakekat ruh ini berada dalam jangkauan berbagai disiplin ilmu dan berbagai ilmu kedokteran klasik dan psikologi modern, terdapat beragam pemikiran yang tergagaskan tentang hakekat ruh ini. Begitu pula tidak bisa dikatakan ruh adalah jibril, 125 karena kata ruh yang dimaksud selain dari ayat ini telah dinyatakan berulang- ulang dalam banyak ayat Al- Qur’an. Mengenai hakekat ruh yang terdapat pada ayat tersebut, Allamah Thabathabai mengatakan bahwa, secara lahiriah, ruh adalah suatu ciptaan yang lebih luas dan lebih tinggi dari Jibril dan selain Jibril. Untuk mengenal siapa manusia adalah dengan cara merujuk kepada al- Qur’an yang merupakan langkah pertama yang harus dilakukan umat islam pada setiap kepentingan dengan ajaran Allah, sebab al- Qur’an adalah pegangan utama untuk seluruh aspek kehidupan umat Islam. Termasuk di dalamnya sebagai pegangan memahami filsafat manusia. 5 Rif’at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur‟ani, Jakarta: Amzah, 2001. Sedangkan, hakekat ruh menurut para sufi, di antaranya ialah menurut Al-Nazzam, ia berpendapat bahwa ruh adalah jism dan jiwa. Ia hidup dengan sendirinya. Ia masuk dan bercampur dengan badan, sehingga badan tersebut menjadi bencana mengekang dan mempersempit ruang lingkupnya. Menurut Al-Jubbai, ia berpendapat bahwa ruh adalah jism, dan ruh itu bukan kehidupan, sebab kehidupan adalah a‟rad atau kejadian. Menurut Abu Al-Hudhail, ia beranggapan bahwa jiwa adalah sebuah definisi yang berbeda dengan ruh, dan ruh pun berbeda dengan kehidupan, karena menurutnya, kehidupan adalah termasuk a‟rad. 6 Imam abu Hasan Ali bin Ismail Anwar, Maqalat Al-Islamiyin Wa Ikhtilaf Al-Mushallin, Terjemahan Rosihan, Bandung: Pustaka Setia, 1999, hlm. 69-71. B. Analisis Eksistensi Mmanusia. Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah Swt. Firman Allah sebagai berikut: ميِوْقَت ِنَس ْحَأ يِف َناَسْنِ ْْا اَنْقَلَخ ْدَقَل 1 Artinya: “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya” QS: At-Tin, ayat 4. . Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka bumi ini. Al- Qur’an menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah. Dalam al- Qur’an istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna manusia, tetapi memiliki substansi yang berbeda, yaitu kata basyar, insan dan an-nas. Kata basyar dalam al- Qur’an disebutkan 37 kali, salah satunya di surah al-Kahfi: innama ana basyarun mitslukum “sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu”. Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat- 126 sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering al-Hijr : 33 sebagai berikut : ن نْسم إ ح ْنم اصْلص ْنم هتْقلخ شبل جْسْ ْنكأ ْمل اق 33 Artnya : “Ia iblis berkata: “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakan dari tanah liat kering dari lumbur hitam yang diberi bentuk” QS: Al-Hijr, ayat, 33. Di ayat lain Allah berfirman sebagai berikut : ن شتْنت ٌ شب ْمتْ أ ا إ همث ا ت ْنم ْمكقلخ ْنأ هتايآ ْنم 20 Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kebesran-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu menjadi manusia yang berkembang biak ” QS: Al-Ruum, ayat 20. Manusia pun makan dan minum, seperti disebutkan di surat Al- M u’minuun : 33 sebagai berikut : نيلك ْْل غْبص نْهُ لاب بْنت ءانْيس ْنم ج ْخت ً جش 20 Artinya: “dan Kami tumbuhkan pohon zaitun yang tumbuh dari gunung Sinai, yang menghasilkan minyak, dan bahan pembangkit selera bagi orang-orang yang makan ” QS. Al-Mu’minun, ayat 20. Kata insan disebutkan dalam al- Qur’an sebanyak 65 kali, di antaranya QS. Al- ‘Alaq : 2, yaitu: قلع ْنم ناسْ ْْا قلخ 2 Artinya: “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah” QS : Al- ‘Alaq, ayat 2. Konsep insan selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah. Insan adalah makhluk yang menjadi becoming dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan. Kata an-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti di QS. Az-Zumar: 27 sebagai berikut: 127 ن هك تي ْم هلعل لثم لك ْنم نآْ قْلا ا ه يف اهنلل انْب ض ْ قل 27 Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami buatkan dalam al-Qur‟an segala macam perumpamaan bagi manusia agar nereka mendapatkan pelajaran ” QS: Az-Zumar, ayat 27. Konsep an-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk sosial atau secara kolektif. Dengan demikian, al- Qur’an memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan sosial. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk sosial yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain. Dalam QS. As-Sajadah 32: 7-9 ني ْنم ناسْ ْْا قْلخ أ ب هقلخ ءْيش هلك نسْحأ هلا 7 ْنم ةلَس ْنم هلْس لعج همث ني م ءام 8 ام ًَيلق ْف ْْا اصْب ْْا عْ هسلا مكل لعج هح ْنم هيف خف اه س همث ن كْشت 9 Artinya: “Yang memperindah segala sesuaatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina air mani, kemudian Dia memyempurnakannya dan meniupkan roh ciptaan-Nya ke dalam tubuhnya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur ” QS: As-Sajadah, ayat 7- 9. Jadi, ditegaskan bahwa setelah kejadian manusia dalam kandungan mengambil bentuk, ditiupkan oleh Allah roh ke dalam tubuhnya, dan dijadikannya pendengaran, penglihatan dan perasaan. Ayat di atas, jelas menegaskan bahwa manusia tersusun dari dua unsur: materi dan immateri, jasmani dan rohani. Unsur materi tubuh manusia berasal dari tanah dan roh manusia berasal dari substansi immateri. Tubuh mempunyai daya-daya fisik jasmani, yaitu mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium, dan daya gerak. Roh mempunyai dua daya, yakni daya berpikir yang disebut akal yang berpusat di kepala, dan daya rasa yang berpusat di hati Rohiman Notowidagdo, 1996. Unsur-unsur immateri yang lain yang ada pada manusia itu terdiri dari roh, qalbu, aqal, dan nafsu Mustafa Zahri, 1976: 121. 128

C. Daya-Daya Rohani sebagai konsekwensi Tugas Manusia.

Dalam diri manusia terdapat unssur-unsur immateri, yaitu daya-daya ruhani sebagai konsekwensi tugas manusia. Berikut akan diuraikan ke empat unsur immateri tersebut:

1. Roh.

Dalam AI-Quran, istilah roh sering disebutkan, tetapi mempunyai makna yang berbeda. Adakalanya roh diartikan sebagai pemberian hidup dari Allah kepada manusia QS. AI-Hijr: 29; As-Sajadah: 9 adakalanya dimaksudkan sebagai penciptaan kepada Nabi Isa QS. Maryam: 17; AI- Anbiya a’: 91. Roh juga menunjukkan istilah AI-Quran, QS. Asy-Syuura: 52. Roh juga menunjukkan wahyu dan malaikat Jibril yang membawanya QS. An-Nahl: 2. Setinggi apapun ilmu seseorang tidak mungkin menemukan hakikat roh, karena roh merupakan bagian dari rahasia Ilahi dan manusia tidak mempunyai pengetahuan penuh untuk memahaminya. Beberapa ulama mencoba memahami roh dengan berpijak pada disiplin ilmunya masing- masing, antara lain AI-Ghazali, ia membagi roh itu dalam dua pengertian, yaitu: a. Roh yang bersifat jasmani. Roh merupakan bagian dari jasmani manusia, yaitu zat yang amat halus, bersumber dari ruangan hati jantung, yang menjadi pusat urat pembuluh darah, yang mampu menjadikan manusia hidup dan bergerak, serta merupakan berbagai rasa. Roh dapat diumpamakan sebagai lampu yang mampu menerangi setiap sudut organ, inilah yang sering disebut nafs jiwa. b. Roh yang bersifat rohani. Roh merupakan bagian dari rohani manusia yang mempunyai ciri halus dan qalb. Dengan roh ini manusia dapat mengenal dirinya sendiri, mengenal Tuhannya, dan mampu mencapai ilmu yang bermacam-macam. Di samping itu roh juga dapat menyebabkan manusia berperikemanusian, berakhlak yang baik dan berbeda dengan binatang. Roh ini mendapat perintah dan larangan dari Allah, bertanggung jawab atas segala gerak-geriknya dan memegang komando atas segala kehidupan manusia. Roh bukan jism jasad dan bukan pula aradh tubuh. Keberadaannya tidak melekat pada sesuatu. Ia adalah jauhar subtansi, yaitu sesuatu yang berwujud dan berdiri sendiri. Roh bagian ini mempunyai kesadaran diri dan telah ada sejak awal, karena telah diadakan oleh Allah. Hakikat roh tidak dapat diketahui.oleh manusia, serta tidak dapat diukur dan 129 dianalisis. Roh tetap hidup walaupun tubuh sudah hancur Qamarul Hadi AS, 1981: 135. Ibnu Qayyim menyatakan, roh adalah jism yang berlainan hakikatnya dari jism yang dapat diraba. Roh merupakan jism nurani yang ringan dan tinggi, hidup dan selalu bergerak, yang menembus anggota, dan menjalar ke dalam anggota tubuh. Jism ini berjalin dan memberi bekas-bekas seperti gerak, masa, dan berkehendak. Jika anggota-anggota tersebut sakit dan rusak serta tidak menerima bekas-bekas tersebut, roh akan bercerai dan pergi ke alam arwah. Roh yang mati dan hilang bernama nafs Qamarul Hadi AS, 1981 : 136. Dari berbagai pendapat di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa roh merupakan substansi dari badan manusia, bukan materi, dan ia adalah hal yang halus dari qalb.

2. Hati Qalb.

Qalb atau hati termasuk rahasia manusia, yang merupakan anugerah Allah. Dengan qalb ini, manusia mampu beraktivitas sesuai dengan hal-hal yang dititahkan oleh Allah. Qalb berperan sebagai sentral kebaikan dan kejahatan manusia, walaupun pada hakikatnya cenderung pada kebaikan. Sentral aktivitas manusia bukan ditentukan oleh badan yang sehat sebagaimana yang dipahami oleh kebanyakan para ahli biologis. Nabi Muhammad Saw. bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim: “Sesungguhnya di dalam jasad manusia ada terdapat segumpal daging, apabila baik, maka baiklah semua anggota tubuh, dan jika rusak, maka rusaklah semua anggota tubuh, ketahuilah ia itu adalah Qalbu .” Menurut AI-Gazali, qalb memiliki dua arti, yaitu arti fisik dan metafisik. Arti fisik, yaitu jantung, berupa segumpal daging yang berbentuk bulat memanjang yang terletak di pinggir dada sebelah kiri. Qalb bertugas mengatur peredaran darah pada seluruh tubuh, yang di dalamnya terdapat rongga-rongga yang mengandung darah hitam, sebagai sumber roh. Qalb dalam arti jantung tidak hanya dimiliki oleh manusia, tetapi juga dimiliki oleh semua hewan. Bahkan dimiliki oleh orang yang sudah mati. Qalb di sini mempunyai arti jasmaniah yang dapat ditangkap oleh indera manusia. Sedangkan arti metafisik, yaitu batin sebagai tempat pikiran yang sangat rahasia dan murni, yang merupakan hal yang lathif yang halus yang ada pada diri manusia. Qalb ini bertanggung jawab kepada Allah, ditegur, dimarahi, serta di hukum. Qalb menjadi bahagia apabila selalu ada di sisi Allah dan berusaha melepaskan diri dari belenggu selain Allah. Sebaliknya, manakala menyalah gunakan kepatuhan dan ketaatan kepada Allah, qalb ini akan mendapat celaka. Dengan Qalb, manusia dapat menangkap rasa, mengetahui dan mengenal sesuatu, dan pada akhirnya memperoleh ilmu