Peralatan Equipment Mesin dan Peralatan 1. Mesin Produksi

2.4.4.2. Peralatan Equipment

Peralatan yang digunakan oleh PT. Toba Surimi Industries untuk mendukung kegiatan produksinya dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Peralatan Produksi No Nama Spesifikasi Fungsi 1 Timbangan Nagata Kode no. : LCS-3000 Kapasitas : 3 kg dan 6 kg Menimbang rajungan kukus yang masuk ke pabrik 2 Timbangan elektro digital Kode no. : DS 530 SGA Kapasitas : 2,5 kg Menimbang kaleng yang telah diisi dengan daging rajungan 3 Timbangan duduk Merek : Dacin Kapasitas : 50 kg Menimbang kulit rajungan yang akan diekspor ke luar negeri. 4 Tempat cuci basket Ukuran : P. 9 m x L. 2m x T. 0,6m Sebagai tempat untuk mencuci basket yang telah selesai digunakan. 5 Meja fish processing polos Ukuran : P. 2,5m x L. m ; P. 4m x L. 1m Sebagai tempat meletakkan rajungan kukus yang masuk ke pabrik, serta sebagai tempat melakukan proses penyortiran. 6 Meja fish processing Ukuran : P. 4m x L. 1,5m Sebagai tempat melakukan proses pencongkelan dan pengisian dan penimbangan 7 Box cucian kaleng Ukuran : P. 7m x L. 1.5m x T. 0,6m Sebagai tempat mencuci kaleng yang akan digunakan Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3. Peralatan Produksi Lanjutan No Nama Spesifikasi Fungsi 8 Fish basket Ukuran : L. 0,4m x P. 0,5m x T. 0,4m Menampung kaleng berisi daging rajungan yang akan dimasukkan ke dalam tangki cooking pemanas dan tangki cooking pendingin 9 Tangki cooking pemanas Jumlah : 4 unit Ukuran : P. 2m x L. 1m x T. 1,5m Sebagai tempat melakukan proses pasteurisasi. 10 Tangki cooking pendingin Jumlah : 4 unit Ukuran : P. 2m x L. 1m x T. 1,5m Sebagai tempat melakukan proses pendinginan 11 Temperature Recorder Controller Kode no. RPO Series 33 Mengukur dan mencatat suhu di dalam tangki cooking pemanas dan tangki cooking pendingin 12 Termometer Mercury in Glass MIG Merek : IMGlass Mengukur suhu di dalam tangki cooking pemanas dan tangki cooking pendingin Utilitas merupakan sarana penunjang bagi unit-unit lain dalam suatu pabrik. Utilitas yang dimiliki oleh PT. Toba Surimi Industries untuk mendukung kegiatan operasional antara lain: 1. Listrik Perusahaan menggunakan tenaga listrik dari PT. Perusahaan Listrik Negara PLN dengan daya 197 KVA untuk menjalankan mesin-mesin dan Universitas Sumatera Utara peralatan produksi. Selain itu, perusahaan juga menggunakan dua generator yang berdaya 250 KVA sebagai cadangan jika terjadi pemadaman listrik dari PLN. 2. Air bersih Perusahaan mendapat suplai air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum PDAM. Air digunakan pada proses pasteurisasi dan proses pendinginan. Selain itu, air juga digunakan untuk sanitasi lantai dan membersihkan alat-alat yang digunakan pada proses produksi. 3. Boiler Perusahaan mengoperasikan boiler untuk memenuhi kebutuhan uap selama proses produksi. Uap digunakan untuk memanaskan kaleng berisi daging rajungan sebelum ditutup dengan mesin seamer dan memanaskan air dalam tangki cooking pemanas pada proses pasteurisasi. 4. Gudang Perusahaan memiliki tiga gudang untuk menunjang kegiatan produksinya, antara lain: a. Gudang bahan, berfungsi untuk menyimpan bahan-bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan dan pengalengan daging rajungan seperti fiber box, kaleng kosong, karton, tape isolasi, dan klorin. b. Ante room, berfungsi sebagai tempat menyimpan produk untuk sementara waktu sebelum dikemas. c. Cold room, berfungsi sebagai tempat menyimpan produk sampai waktu pengiriman tiba. Universitas Sumatera Utara

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Sejarah

Lean Manufacturing Persaingan dan permintaan konsumen mendorong adanya evolusi industri. Perusahaan berusaha mencapai sistem produksi yang lebih baik, cepat, murah dan fleksibel. Perubahan ini dapat dipecah menjadi beberapa periode evolusi produksi yang lebih spesifik, yaitu: pengrajin craft production, sistem produksi massal mass production dan sistem produksi lean lean production 1 Sistem produksi pengrajin menggunakan pekerja yang memiliki tingkat keterampilan tinggi dan menggunakan alat yang sederhana tapi fleksibel untuk menbuat produk yang sesuai dengan permintaan pelanggan. Kelemahannya adalah untuk memproduksi produk yang khusus tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar. Setelah revolusi industri dengan ditemukannya mesin uap tahun 1769 maka mulai dikembangkan sistem produksi massal. Sistem produksi massal menggunakan pekerja dengan tingkat keahlian yang rendah untuk merancang produk dengan menggunakan single purpose machines yang mahal. Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh Ford, sebuah produsen mobil di Amerika Serikat yang membuat sejumlah model yang terbatas dalam kuantitas yang sangat besar. Inilah sebabnya mengapa semua mobil Ford model T pada mulanya berwarna hitam. Pada sistem produks i massal dilakukan standardisasi sehingga volume . 1 Nicholas, J.M, Competitive Manufacturing Management, 1998, Singapore:McGraw-hill, pp. 7-12 Universitas Sumatera Utara