Mengusahakan Penerapan Lean Principle

5.2.3.3. Mengusahakan Penerapan Lean Principle

Berdasarkan kondisi perusahaan saat ini, maka dipertimbangkan penerapan lean principle yang efesien dan efektif. Penerapan prinsip lean tidak dapat dilakukan dalam sekali perubahan untuk mencapai hasil ideal, namun dapat dilakukan secara bertahap Continuous improvement. Konsep yang dipertimbangkan untuk diterapkan perusahaan antara lain: 1. Standarisasi kerja Pembentukan proses dan prosedur yang terstandarisasi merupakan kunci dalam menciptakan kinerja yang konsisten. Standarisasi kerja perlu diterapkan pada setiap proses. Pekerja yang memahami pekerjaannya dengan cukup detail dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap standarisasi. Proses-proses yang perlu diperbaiki adalah: a. Picking Identifikasi pemborosan menunjukkan adanya sejumlah waktu mencari dan memilih bagian rajungan yang hendak dikopek yang disebabkan tidak ada pengaturan yang memudahkan pekerja. Tidak ada prosedur dalam pengerjaannya dimana masing-masing pekerja mengambil bagian yang dikerjakan dan sisanya dibuang kembali ke dalam keranjang bercampur dengan rajungan-rajungan lain. Usulan yang diberikan adalah adanya kegiatan khusus untuk membagi bagian rajungan sebelum dikerjakan di bagian picking. Sehingga pada bagian picking dapat dihilangkan waktu untuk mencari bagian yang hendak dikerjakan dan membagi bagian. Karena perbaikan belum diimplementasikan, maka berdasarkan perkiraan Universitas Sumatera Utara yang diperoleh pada pengamatan pengumpulan data, waktu yang dapat dihilangkan sebesar 33.3 menit. b. Receiving Raw Material Pembagian rajungan berdasarkan bagiannya sesuai untuk dilakukan pekerja pada bagian raw material. Pekerja yang bertugas membuang cangkang dan bagian yang tidak digunakan, sekaligus membagi rajungan berdasarkan bagian dada, kaki capit dan kaki jalanrenang. Waktu yang diperlukan untuk membagi bagian tersebut berdasarkan percobaan yang diusulkan adalah 15.2 detik per rajungan. a. Pemeriksaan kualitas oleh bagian QC. Produk jadi sebelum diisolasi harus diambil sampelnya untuk diperiksa dahulu. Waktu yang diperlukan untuk memeriksa sampel adalah 90 menit. Namun karena tidak ada prosedur yang jelas kapan pemeriksaan dilakukan, produk bisa menunggu 2 jam hingga 1 hari sebelum hasilnya dilaporkan. Perbaikan prosedur bahwa produk harus segera diperiksa dan dilaporkan hasilnya akan mengurangi waktu menunggu. Untuk itu setelah produk siap diperiksa segera kirimkan sinyal kepada bagian QC untuk datang memeriksa. 2. Mengembangkan aliran yang kontiniu continuous flow ditempat yang memungkinkan. Kondisi yang memenuhi aliran kontiniu ada pada proses filling and weighting, serta proses pasteurization and cooling. Dimana produk yang keluar dari satu Universitas Sumatera Utara proses langsung dikerjakan pada proses berikutnya. Meskipun masih terdapat pemindahan material dalam jarak dekat, namun hal ini tidak dapat dihindari karena posisi tangki di proses pasteurization and cooling. Proses lain yang memungkinkan untuk pengembangan continuous flow adalah coding and packing , dimana hasil coding dapat langsung dimasukkan dalam karton. Tempat kerja antar kedua proses perlu didekatkan untuk mengurangi waktu perpindahan. Takt time kedua proses yang mendekati ini juga memungkinkan pengembangan continuous flow. Untuk pengembangan aliran diperlukan usulan layout yang dapat dilihat pada Gambar 5.16. Karton Keterangan: Operator Jalur perpindahan pekerja Meja Tumpukan Material Mesin Inject Printer Fish Basket Gambar 5.16. Usulan layout Proses Coding and Packing Universitas Sumatera Utara 3. Pemanfaatan Poka Yoke Poka-Yoke adalah sistem pencegahan yang dirancang untuk mencegah kesalahan sebelum kesalahan itu menjadi defect. Dengan penerapan Poka- Yoke, mutu akan diciptakan ketika diproses Built in Quality dan pada akhirnya dapat mengeliminasi Inspeksi Mutu. Dari pencarian akar permasalahan dapat dilihat terdapat sejumlah kegiatan yang tidak bernilai tambah yaitu mencari, memilih yang disebabkan produk tidak dikelompokkan sejak awal. Hal ini juga mengakibatkan ketidakyakinan memasukkan produk dengan benar ke dalam karton sehingga produk harus diperiksa satu-satu sebelum ditutup dengan isolasi. Prinsip poka yoke dapat digunakan dengan membangun hubungan antara peralatan dan produk. Peralatan akan membedakan jenis produk yang berbeda, sehingga pekerja dapat mengurangi kegiatan memilih. Prinsip ini diterapkan pada: 1. Keranjang bagian raw material dan picking. Hasil pengerjaan bagian yang berbeda diletakkan pada keranjang yang berbeda warna. Contoh pemanfaatan ini antara lain: a. Bagian jumbo lump ditempatkan hanya pada keranjang Merah b. Bagian all lump ditempatkan hanya pada keranjang Hijau c. Bagian claw ditempatkan hanya pada keranjang Biru d. Bagian special ditempatkan hanya pada keranjang Pink Pengumpulan bahan juga dilakukan dengan keranjang yang sewarna dengan jenis produk yang hendak dikumpulkan. Universitas Sumatera Utara 2. Keranjang bagian Sorting. Pembagian warna keranjang akan membawa kemudahan bagi pekerja proses sorting untuk mengambil bagian yang hendak dikerjakan dan pekerja sorting juga menempatkan hasil kerjaannya pada keranjang berwarna sama. 3. Keranjang bagian Filling and Wieghting. Pada proses filling kaleng yang digunakan disusun dalam keranjang yang satu warna dengan produk yang akan diisi. Hal ini akan mengurangi waktu memilih kaleng dalam proses filling . Pengurangan ini akan memperkecil waktu siklus karena hanya berisi waktu yang bernilai saja. 4. Fish basket bagian hasil seaming. Pasteurisasi hingga dipacking. Perusahaan saat ini memang memiliki keranjang dalam berbagai warna, namun penggunaannya secara acak. Hal ini menimbulkan produk tercampur ketika di proses seaming dan menambah waktu pencarian di bagian coding dan packing. Dengan meyakinkan produk terkelompok sejak awal dapat mengurangi waktu mencari dan memilih serta mengeliminasi waktu memeriksa pada proses packing sebesar 120.2 detik atau 2 menit setiap 2 kotak. 4. Pemanfaatan pull system Untuk menerapkan konsep lean, pengendalian produksi diusahakan bersifat pull system . Berdasarkan kondisi saat ini diperusahaan, penerapan supermarket pull system masih sulit dilakukan. Hal ini dikarenakan pada setiap proses itu sendiri masih terdapat pemborosan yang dapat dikurangi Universitas Sumatera Utara untuk mencapai suatu proses yang stabil. Sebelum keadaan stabil terbentuk, maka sulit untuk menentukan ukuran supermarket dan ukuran penarikan. Untuk itu pada tahap ini hanya dilakukan pendekatan untuk menuju penerapan pull system . Sebagai persiapan untuk menuju pull system maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu: a. Spesialisasi tenaga kerja dan pembagian tugas yang jelas Saat ini pekerja bagian raw material juga bekerja di bagian sorting dan bagian lain bila dibutuhkan. Hal ini dapat menyebabkan waktu tunggu yang lama dibagian picking ke sorting karena harus menunggu pekerja masuk, sedangkan ada sebagian pekerja bagian filling yang menunggu untuk melakukan pekerjaannya. Spesialisasi tenaga kerja dibutuhkan agar pekerja lebih terampil menguasai pekerjaannya. Petugas pemindahan bahan juga harus diberikan area pemindahan dan tugas yang jelas, sehingga tidak ada bagian yang tidak kebagian bahan atau kelebihan. b. Perbaikan teknik pengumpulan dan pemindahan bahan Pemindahan bahan dilakukan secara manual sehingga pekerja hanya mampu mengangkat sedikit dalam perpindahannya. Hal ini menyebabkan pekerja bergerak bolak balik dan waktu yang lama. Pemindahan yang tidak efektif ditemukan pada bagian raw material, picking dan sorting. Pemanfaatan trolley basket diusulkan untuk mengurangi frekuensi perpindahan. Teknik pengumpulan bahan di bagian picking sungguh tidak efesien, karena pekerja harus mendatangi pekerja satu demi satu, dan pekerja picking itu sendiri juga terhenti sesaat dari pekerjaannya. Usulan Universitas Sumatera Utara perbaikannya adalah dengan menerapkan sistem tarik memanfaatkan kanban, dimana kanban berupa keranjang yang kosong. Jadi ketika bahan diperlukan stasiun berikutnya, bahan akan ditarik dari bagian picking dengan warna keranjang menandakan jenis daging yang hendak dikumpulkan. Keranjang akan dilewatkan dari meja pekerja, dan pekerja yang bersangkutan tinggal menuangkan hasil kerjanya, dan menggeser ke bagian disamping. Meja picking memungkinkan hal ini dilakukan karena meja terdiri dari 2 tingkat dibagian tengah. Teknik pengumpulan ini dapat memanfaatkan meja lapisan atas. Waktu untuk pengumpulan ini dengan memperkirakan waktu bergerak material di lantai pabrik, maka waktu yang dibutuhkan adalah 14 menit. Pengurangan waktu ini juga memungkinkan pengurangan pekerja pemindahan bahan di proses picking karena satu pekerja dapat mengumpulkan bahan lebih dari 2 meja. b. Pengurangan ukuran batch Saat ini perusahaan memproduksi setahap demi setahap, dimana produk yang selesai dikerjakan akan menunggu produk lain selesai dikerjakan baru dipindahkan, sehingga dapat diukur sebagai satu ukuran batch. Pengurangan ukuran batch dengan tidak menunggu seluruh produk selesai perlu dilakukan agar waktu menunggu tidak terlalu lama dan mengurangi resiko produk terkontaminasi bakteri. Waktu filling juga lebih lama dari sorting sehingga bila menunggu produk datang dalam jumlah besar, proses filling juga akan menjadi lama. Hasil sorting yang dipindahkan setelah 1 basket setiap bagian selesai membutuhkan waktu 8 menit. Universitas Sumatera Utara c. Melakukan pengendalian produksi. Saat ini proses seaming dimulai pukul 17.00 WIB dengan anggapan saat itu produk yang terkumpul sudah cukup banyak. Tanpa perhitungan aktual, menunjukkan kurangnya pengendalian produksi dan produk menunggu cukup lama. Produk sebelum di seaming memiliki resiko terkontaminasi yang tinggi, oleh karena itu bila produk sudah mencapai sekitar 405 kaleng, proses seaming telah dapat dimulai dengan waktu menunggu yang diizinkan adalah 30 menit. Pengurangan waktu penyelesaian sampai ke seaming akan memungkinkan dilanjutkannya proses coding setelah cooling selesai. Karena pemindahan produk ke ante room untuk menunggu coding dan dipindahkan ke ruang packing lagi hanya menghabiskan waktu dan tenaga. Bila produk sejumlah 1 tangki keluar dari cooling maka waktu menunggu hingga produk selesai di beri kode adalah 18 menit. d. Mengurangi waktu penyimpanan produk Pemanfaatan sistem tarik juga menuntut bahan baku ada ketika dibutuhkan. Oleh karena itu perusahaan harus menjalin hubungan komunikasi dengan supplier untuk menyampaikan order dalam jumlah yang tepat. Karena produksi dilakukan berdasarkan pesanan, dan customer sudah melakukan pemesanan umumnya 2 bulan lebih awal, maka kebutuhan bahan baku dapat diperkirakan, dan perlu ada bagian organisasi yang mengeendalikan hal ini. Penyimpanan bahan baku dilakukan setiap Universitas Sumatera Utara hari, oleh sebab itu waktu maksimal penyimpanan berdasarkan diskusi dengan value stream manager selama 2 hari. Tahap persiapan ini diperlukan untuk merampingkan proses lean dengan mengurangi kegiatan yang tidak bernilai tambah. Setelah perbaikan berhasil dilakukan, maka akan berlangsung proses yang stabil, dan perlu dilakukan pengukuran ulang untuk penerapan supermarket pull system. Rancangan perbaikan dengan prinsip ini perlu ditetapkan suatu proses yang akan menjadi scheduling point titik utama penjadwalan sebagai proses kritis yang akan menentukan dilakukannya proses lain dalam value stream yang sifatnya door- to door . Titik ini disebut sebagai Pace maker process, karena bagaimana pengontrolan produksi dilakukan pada proses ini, akan menentukan keseluruhan proses upstream. Proses yang dipilih adalah filling and weighting. Pemilihan proses ini karena jenis produk yang diminta konsumen akan ditarik mulai proses ini. Jenis produk ditentukan kemasan negara pengimpor. Proses ini yang akan mengirimkan sinyal untuk produksi sebelumnya dengan pendekatan kanban yang juga berfungsi sebagai visual controls. Kanban yang digunakan berupa keranjang kosong dengan warna yang berbeda menunjukkan jenis produk yang berbeda yang hendak ditarik. Supplier proses filling and weighting adalah proses sorting. Proses filling hanya akan menarik bahan dari proses sebelumnya ketika dibutuhkan. Ukuran penarikan ditentukan bila proses sudah stabil. Universitas Sumatera Utara

5.2.3.4. Penggambaran future State Map