dalam proses organisasi ini adalah memantapkan dan
memprioritaskan nilai-nilai yang telah dimilikinya. Nilai itu terdapat dalam berbagai situasi dan pelajaran, terutama sejarah
dan agama. 5
Menginternalisasikan nilai Pada taksonomi afektif tertinggi ini, nilai-nilai yang dimiliki
pelajar telah mendarah daging serta memengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku. Dengan demikian, ia sudah dapat
digolongkan sebagai orang yang memegang nilai.
c. Segi Psikomotorik
Segi psikomotorik dapat diuraikan ke dalam taraf-taraf di bawah ini: 1
Persepsi
Taraf pertama dalam melakukan kegiatan yang bersifat motorik ialah menyadri objek, sifat, atau hubungan melalui alat indra.
Taraf ini mencakup kemampuan menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan, dan mendiskriminasikan rangsangan. Taraf
ini merupakan bagian utama dalam rangkaian situasi yang
menimbulkan kegiatan motorik.
2
Kesiapan set
Pada taraf ini terdapat kesiapan untuk melakukan tindakan atau untuk beraksi terhadap sesuatu kejadian menurut cara tertentu.
Kesiapan mencakup tiga aspek, yaitu intelektual, fisis, dan emosional. Karena pada taraf ini terlihat tindakan seseorang
bahwa ia sedang berkonsentrasi dan menyiapkan diri secara fisis maupun mental.
3
Gerakan terbimbing respon terbimbing
Taraf ini merupakan permulaan pengembangan keterampilan motorik. Yang ditekankan ialah kemampuan yang merupakan
bagian dari keterampilan yang lebih kompleks. Respon terbimbing adalah perbuatan individu yang dapat diamati, yang terjadi dengan
bimbingan individu lain yang memberi contoh. 4
Gerakan terbiasa respon mekanistis Pada taraf ini pelajar sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit
banyak terampil melakukan suatu perbuatan. Di dalamnya sudah terbentuk kebiasaan untuk memberi respon sesuai dengan jenis-
jenis perangsang dan situasi yang dihadapi. Jadi pelajar sudah berpegang pada pola.
5 Gerakan respon kompleks
Pada taraf ini pelajar dapat melakukan perbuatan motorik yang kompleks, karena pola gerakan yang dituntut memang sudah
kompleks. Perbuatan itu dapat dilakukan secara lancar, luwes, supel, gesit, atau lincah, dengan menggunakan tenaga dan waktu
yang sedikit. Taraf yang disebut terakhir ini masih bias dikembangkan dengan
keterampilan menyesuaikan diri dan bervariasi. Lebih tinggi dari itu
muncul kreativitas untuk berinisiatif dan mencipatakan sesuatu yang baru.
25
3. Faktor yang Memengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Belajar sebagai suatu proses sudah barang tentu harus ada yang diproses masukan atau input dan hasil dari pemrosesan keluaran atau
output. Jadi dalam hal ini kita dapat menganalisis kegiatan belajar itu dengan pendekatan analisis system. Dengan pendekatan sistem ini sekaligus
kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Dengan pendekatan sistem, kegiatan belajar dapat
digambarkan sebagai berikut:
25
Munzier Suparta dan Hery Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Opcit, h. 52.
TEACHING – LEARNING
PROCESS INSTRUMENTAL INPUT
ENVIRONMENTAL INPUT OUTPUT
RAW INPUT