4. Reharsing the material mengingat-ingat materi
Para ahli psikologi percaya bahwa mengingat kembali materi yang baru saja diberikan oleh pengajar adalah faktor penting dalam membantu daya
ingat peserta didik. Cara seperti ini dalam dilakukan dengan menyatakan kembali dalam hati atau mengulang materi dengan teman-teman.
5. Pengulangan oleh guru atau dosen
Mengulang-ulang penjelasan terhadap suatu materi dapat membantu peserta didik dalam mengingat pelajaran. Pengulangan ini dilakukan
dengan porsi yang tidak berlebihan dengan maksud memberi penekanan terhadap materi yang dianggap materi.
21
C. HASIL BELAJAR
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar” . pengertian hasil product
menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkannya berubahnya input secara fungsional. Hasil
produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan raw material menjadi barang jadi finished good. Hal
yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus input-
proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat
21
Zaini Hisyam, bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008 , h. 94-96.
perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegaiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar, peserta didik berubah perilakunya disbanding
sebelumnya. Hubungan itu digambarkan oleh Grounlound sebagai berikut: Belajar adalah proses dalam individu yang berinteraksi dengan
lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Perubahan ini diperoleh melalui usaha bukan karena kematangan, menetap dalam waktu
yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman. Belajar merupakan proses yang unik dan kompleks. Keunikan tersebut
disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang laindan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang
berbeda. Perbedaan penampilan itu disebabkan karena setiap individu mempunyai karakteristik individual yang khas, seperti minat, intelegensi,
perhatian, bakat, dan sebagainya. Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat
peserta didik belajar. Proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan
pengajaran goal directed. Dalam konteks demikian maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar peserta didik sesuai dengan tujuan
pengajaran ends are being attained.
22
22
Ahmad Qurtubi, Pengantar teori evaluasi pendidikan, Tanggerang: Bintang Harapan Sejahtera. 2009, h. 49.
2. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar
Dalam sejarah pengukuran dan penilaian pendidikan tercatat, bahwa pada kurun waktu tahun empat puluhan, beberapa orang pakar pendidikan di
Amerika Serikat yaitu Benjamin S. Bloom, M. D. Englehart, E. Furst, W. H. Hill, Daniel R. Kratwohl dan didukung pula oleh Ralph A. Tylor,
mengembangkan suatu metode pengklasifikasian tujuan pendidikan yang disebut taxonomy. Ide untuk membuat taksonomi itu muncul setelah lebih
kurang lima tahun mereka berkumpul dan mendiskusikan pengelompokan tujuan pendidikan, yang pada akhirnya melahirkan sebuah karya Bloom dan
kawan-kawannya itu, dengan judul Taxonomy of educational objectives. Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan berpendapat bahwa taksonomi
pengelompokan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu pada tiga jenis domain daerah binaan atau ranah yang melekat pada diri peserta didik
yaitu; ranah proses berfikir cognitive domain, ranah nilai atau sikap affective domain, dan ranah keterampilan psychomotor domain.
23
Mengingat ranah-ranah yang terkandung dalam suatu tujuan pendidikan merupakan sasaran evaluasi hasil belajar, maka kita perlu mengenal secara
terperinci. Pengenalan terhadap ranah tersebut akan sangat membantu pada saat memilih dan menyusun instrumen evaluasi hasil belajar. Adapun ranah-
ranah tersebut sebagai berikut:
23
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2009, h. 49.
a. Segi Kognitif
Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan
terhadap pengetahuan
dan informasi,
serta pengembanagan keterampilan intelektual Jaralinek dan Foster.
Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom, mengemukakan adanya 6 enam kelas atau tingkat yaitu:
1 Pengetahuan knowledge
Merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan
tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari. Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih
salah satu dari dua atau lebih jawaban. 2
Pemahaman comprehension Merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa
kemampuan memahami atau mengerti tentang pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkan dengan isi pelajaran
lainnya. Dalam pemahaman siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-
fakta atau konsep. 3
Penerepan aplikasi Penerapan merupakan kemamapuan menggunakan generalisasi
atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi konkret atau situasi baru. Dalam penerapan, siswa dituntut untuk memiliki