6.3.3. Industri Terkait dan Pendukung
Industri terkait dan pendukung merupakan industri yang terlibat langsung dalam sistem agribisnis ikan tuna mulai dari hulu hingga hilir. Industri terkait dan
pendukung yang baik akan mendukung daya saing suatu komoditas. Industri terkiat dan pendukung pada komoditas ikan tuna nasional. Industri terkait dan
pendukung daya saing ikan tuna adalah sebagai berikut: 1
Industri Terkait Industri terkait dengan daya saing komoditas ikan tuna nasional terdiri dari
indsutri hulu yaitu penangkapan ikan dan industri hilir yaitu industri pasca penangkapan dan pengolahan. Penangkapan ikan tuna dilakukan dengan
beberapa alat penangkapan yaitu. rawai tuna long line, huhate pole and line, pancing tangan handline, pukat cincin purse seine, dan jaring insang
gillnet. Tabel 23 memperlihatkan jumlah alat penangkapan yang paling banyak digunakan untuk penangkapan ikan tuna dengan menggunkanan
jarring insang. Jaring insang merupakan jaring berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata yang sama di sepanjang jarring. Cara kerja
jaring insang yaitu membiarkan jarring terapung selama dua hingga tiga jam, setelah itu jarring diangkant, ikan akan terjerat dibagian insangnya pada mata
jaring. Teknik ini memungkinan untun menangkap ikan dengan ukuran relatif seragam.
Alat tangkap hutate dan rawai tuna memiliki kenaikan rata-rata terbesar dibandingkan alat tangkap lainnya dengan besar masing-masing 63,05 dan
48,29 persen Tabel 24. Kondisi industri penangkapan ikan tuna nasional, masih dikategorikan tradisional. Nelayan yang memancing ikan tuna
umumnya memiliki keterbatasan dalam penerapan teknologi dan peralatan. Rawai tuna merupakan alat yang paling efektif untuk digunakan dalam
penangkapan ikan tuna, namun karena keterbatasan modal nelayan lebih banyak memakai jaring ingsang dan pancing tangan.
Tabel 24. Jumlah Unit Penangkapan Ikan Tuna Tahun 2002-2007
Jenis Alat Tangkap
2002 2003
2004 2005
2006 2007
Kenaikan Rata-rata
2002-2007 Pancing
Tangan -
- 33.018
22.863 30.250
53.768 26,43
Pukat Cincin
13.213 15.685
13.714 17.198
20.211 22.741
15,26 Hutate
2.092 2.512
5.032 3.872
6.861 15.765
63,05 Jaring
Insang 87.623
136.324 131.708
127.542 128.166
154.407 7,91
Rawai Tuna 2.264
6.547 5.656
5.226 9.290
8.893 48,29
Sumber: BPS 2007
Kondisi indutri pengolahan ikan tuna saat ini mengalami kendala kekurangan bahan baku dan rendahnya daya beli. Industri pengolahan ikan tuna belum
mampu memenuhi kuota ikan tuna olahan yang mengakibatkan rendahnya volume ekspor ikan tuna olahan. Industri pengolahan ikan tuna banyak yang
tidak beroperasi lagi sebab kekurangan bahan baku. Nelayan atau pengumpul lebih memilih menjual hasil tangkapan untuk langsung diekspor daripada
menjualnya ke industri pengolahan ikan. Industri ikan tuna nasional hanya mampu membeli ikan tuna grade C dan D yang kondisinya tidak terlalu baik,
serta tidak semua indutsri ikan tuna mampu membeli dengan harga tinggi. Industri terkait dengan komoditas ikan tuna kondisinya belum mampu
mendukung daya saing komoditas ikan tuna nasional. Industri hulu masih bermasalah dengan kurangnya modal dan penerapan teknologi sehingga hasil
tangkapannya tidak banyak, ukurannya beraneka ragam, dan kualitas ikan yang tidak terlalu baik. Indutri hilir juga belum mampu mendukung daya
saing ikan tuna, sebab belum mampu berproduksi dalam jumlah banyak karena keterbatasan bahan baku. Industri terkait ini harusnya saling
menunjang, namun pada kenyataannya kedua industri ini saling bertentangan, sebab industri hulu lebih memilih menjual ikan segar ke negara tujuan ekspor
daripada menjual ke industri pengolahan. Pemerintah sebagai pembuat regulator harus mencari solusi yang terbaik bagi keberlangsungan kedua
industri ini agar dapat berjalan harmonis.
2 Industri Pendukung
Industri pendukung dalam daya saing ikan tuna nasional yaitu industri pemasaran dan jasa pendidikan, penelitian, dan pengembangan perikanan
nasional. Industri jasa pemasaran ikan tuna nasional terdiri dari para pelaku yang berperan sebagai perantara pemasaran komoditas ikan tuna dari nelayan
hingga ke tangan konsumen. Para pelaku tersebut adalah pedagang pengumpul yang biasanya ada di tempat pelelangan ikan atau langsung
membeli ikan saat masih dikapal serta jasa pengiriman produk ikan tuna baik untuk konsumsi dalam negeri dan luar negeri. Keberadaan jasa pemasaran ini
sudah cukup baik, namun untuk pengiriman luar negeri masih perlu ditingkatkan sebab maskapai penerbangan dalam negeri belum mampu
memenuhi permintaan pengiriman bahan makanan ke luar negeri sehingga para eksportir umumnya memakai jasa penerbangan asing.
Industri pendukung yang berkaitan dengan peningkatan daya saing ikan tuna adalah jasa pendidikan, penelitian, dan pengembangan. Jasa pendidikan
memegang peranan penting dalam pengembangan agribisnis ikan tuna nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing ikan tuna nasional.
Lembaga pendidikan yang tersedia untuk mendukung kelangsungan dan peningkatan agribisnis ikan tuna di Indonesia sudah cukup baik, hal ini
terlihat dari tersedianya beberapa universitas yang memiliki fakultas yang mempelajari tentang ilmu perikanan dan kelautan seperti Universitas
Hasanudin Sulawesi Selatan, Universitas Soedirman dan Universitas Diponegoro Jawa Tengah, Universitas Brawijaya Jawa Timur dan Institut
Pertanian Bogor dan Universitas Padjajaran Jawa Barat serta Sekolah Tinggi Ilmu Perikanan DKI Jakarta.
Lembaga ini membantu untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama terkait dengan hal
manajerial dan penerapan teknologi. Lembaga penelitian dan pengembangan ikan tuna nasional yang dibentuk
oleh pemerintah sebagai wujud dukungannya adalah Komisi Tuna Indonesia KTN yang salah satunya bertugas untuk mengatasi berbagai hambatan
ekspor tuna ke manca negara. Komisi Tuna Nasional merupakan suatu lembaga koordinasi yang menangani permasalahan industri tuna secara
komprehensif dan sistematik serta mampu berkoordinasi dengan seluruh stakeholders tuna nasional. Lembaga ini bersifat non struktural dan
bertanggung jawab kepada Menteri Kelautan dan Perikanan serta beranggotakan seluruh stakeholders yang memahami kebijakan pengelolaan
sumber daya perikanan tuna secara global. Lembaga ini mempunyai visi sebagai institusi yang efisisen dan efektif dalam
mendorong pengembangan industri tuna nasional yang berbasis pada konsep kemitraan antara seluruh stakeholders industri tuna sehingga dapat bersaing
dalam industri tuna secara global. Misinya adalah mengembangkan sistim industri perikanan tuna melalui perumusan kebijakan produksi dan kebijakan
riset serta pengembangan yang terkait dengan industri tuna, meningkatkan daya saing industri tuna nasional dalam kontek tidak hanya sebagai pemiliki
saja, tetapi juga mampu menjadi pemanfaat dan pengolah yang memiliki daya saing secara global.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI juga memiliki bagian Lembaga Penelitian Bidang Ilmu Kelautan LIPI Puslit Oseanografi yang bertugas
melakukan penelitian dan pengembangan terhadap kelautan Indonesia. Keberadaan jasa pendidikan, penelitian, dan pengembangan perikanan di
Indonesia sudah cukup baik, sehingga mampu mendukung peningkatan ikan tuna nasional.
6.3.4. Struktur, Persaingan, dan Strategi Industri Ikan Tuna