Standard JAS. Peraturan ini dibuat untuk perdagangan dan pengawasan pangan agar kesehatan konsumen dapat terjaga. Undang-undang ini berlaku
untuk setiap produsen, penyalur dan importir tuna di Jepang. Undang-undang ini berisi tentang peraturan pangan dan bahan tambahan
makanan, unit pengolahan dan bahan pengemas, pelabelan, dan pemeriksaan bahan yang belum tersertifikasi.
5.5. Pengawasan Mutu Ikan Tuna
Aspek mutu dalam perdagangan ikan tuna sangat berpengaruh besar dalam kegiatan ekspor dan impor. Tingginya permintaan ikan tuna diikuti pula dengan
semakin diperhatikannya mutu dan kesehatan ikan tuna yang dikirim. Aspek mutu seringkali menjadi masalah dalam kegiatan ekspor baik ikan tuna maupun
produk lainnya. Aspek mutu yang seringkali menjadi masalah yaitu adanya kandungan histamine dan logam berat yang ditemukan dalam ikan tuna yang
diekspor. Berikut penjelasan mengenai kedua aspek mutu tersebut: 1
Histamin Histamin merupakan senyawa turunan dari asam amino histidin yang banyak
terdapat pada ikan terutama pada ikan famili Scombroidae seperti tuna. Asam amino ini merupakan salah satu dari sepuluh asam amino esensial yang
dibutuhkan oleh anak-anak dan bayi tetapi bukan asam amino esensial bagi orang dewasa. Kadar histamin yang tinggi pada ikan menandakkan bahwa
adanya kemunduran mutu dan berpotensi menimbulkan racun berbahaya jika dikonsumsi.
Histamin memiliki efek psikoaktif dan vasoaktif. Efek psikoaktif menyerang sistem saraf transmiter manusia, sedangkan efek vasoaktif-nya menyerang
sistem vaskular. ada orang-orang yang peka, histamin dapat menyebabkan migren dan meningkatkan tekanan darah.
24
Kadar histamin yang ada dalam ikan membuat negara tujuan ekspor memberlakukan syarat terhadap ambang batas histamin. Kadar histamine
yang diperbolehkan dalam ikan tuna berbeda untuk negara tujuan ekspor, namun ada beberapa negara juga yang tidak memberlakukan syarat. Negara
24
Sumber: Anonim. 2008. Waspadai Histamin Pada Ikan Laut. http:www.conectique.comtips_solutiondiet_nutritionnutritionarticle.php?article_id=6173.
Diakses tanggal 28 Oktober 2009.
tujuan ekspor utama yaitu Amerika Serikat dan Uni Eropa memberlakukan syarat untuk histamine yang boleh dikandung dalam ikan tuna. Amerika
Serikat menerapkan batas maksimum 50mgkg daging, Uni Eropa tidak memperbolehkan satu contohpun yang mengandung histamin lebih dari
20mg100g daging. 2
Logam Berat Logam berat heavy metal adalah logam dengan massa jenis lima atau lebih,
dengan nomor atom 22 sampai dengan 92. Logam berat dianggap berbahaya bagi kesehatan bila terakumulasi secara berlebihan di dalam tubuh. Beberapa
diantaranya bersifat membangkitkan kanker karsinogen. Hal ini
menyebabkan bahan pangan dengan kandungan logam berat tinggi dianggap tidak layak konsumsi
25
. Logam berat yang paling berbahaya adalah merkuri atau air raksa Hg dan cadmium Cd, kemudian diikuti oleh perak Ag,
nikel Ni, timbal atau arsen Pb, kromium Cr, timah Sn, dan seng Zn. Logam berat yang menjadi aspek penting dalam penetapan mutu ikan tuna
adalah merkuri dan kadmium, walaupun semua jenis logam berat lainnya juga ditetapkan syarat tertentu untuk dapat dikonsumsi. Merkuri di dalam laut
akan mengendap lalu akan membentuk ikatan HgCl dengan unsur kimia klor, lalu akhirnya termakan oleh plankton yang merupakan salah satu makanan
biota laut termasuk ikan tuna. Merkuri berbahaya jika dikonsumsi karena dapat berakibat : kerusakan
motorik, abnormalitas sensorik, kemunduran psikologik dan perilaku, kemunduran neurologik dan koknitif, kelainan bicara, pendengaran,
kemunduran penglihatan dan kelainan kulit serta gangguan reflek Vroom dan Greer 1972 diacu dalam Sudarmaji, dkk 2006. Merkuri yang terendap
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan gagal otak hingga kematian dan berbahaya bagi ibu hamil karena janinnya dapat mengalami
kematian. Lembaga nasional dan internasional telah menetapkan standar terkait adanya
bahaya pada merkuri. Batas maksimum merkuri dalam ikan dan hasil olahannya yang ditetapkan BPOM Badan Pengawasan Obat dan Makanan
25
Sumber: Anonim. 2009. Logam. http:id.wikipedia.orgwikiLogam. Diakses tanggal 28 Oktober 2009.
adalah 0,5 mgkg, standar ini sama dengan yang ditetapkan oleh FAO Food A Organization. Uni Eropa menetapkan standar merkuri untuk non predator
fish 0,5 mgkg dan untuk predator fish termasuk ikan tuna 1 mgkg. Amerika Serikat melalui FDA Food and Drugs Administration menetepkan
batas maksimum I mgkg BPOM 2004; FAO 2004 Kadnium terutama dalam bentuk oksida adalah logam yang toksisitasnya
tinggi. Sebagian besar kontaminasi oleh kadnium pada manusia melalui makanan dan rokok. Keracunan kadmium akan menyebabkan gejala mual,
muntah, diare, kram otot, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan hati, gangguan kardiovaskuler, empisema, dan degenari testicular
Ragan dan Mast 1990 diacu dalam Sudarmaji, dkk 2006. Perkiraan dosis mematikan akut adalah sekitar 500mgkg untuk dewasa dan efek dosis akan
Nampak jika terabsorbsi 0,043 mgkg per hari Ware 1989 diacu dalam Sudarmaji, dkk 2006.
Batas maksimum kadmium dalam ikan dan hasil olahannya yang ditetapkan oleh BPOM adalah 1 mgkg, standar ini sama dengan yang ditetapkan oleh
Codex Alimentarius Standard. FAO menetepkan standar batas pemasukan cadmium 57-71 µg per hari dan perminggu sebesar 400-500 µg per 70 gr
berat badan BPOM 2004; FAO 2004. Isu tentang keamanan pangan dan adanya ketentuan undang-undang makanan
yang diberlakukan oleh negara tujuan ekspor ini menuntut Negara Indonesia untuk melakukan pengawasan terhadap mutu ikan tuna yang akan diekspor.
Hal ini perlu dilakukan untuk meminimalisir kasus penolakan ikan tuna. Oleh karena itu negara Indonesia mengembangkan Program Manajemen
Mutu Terpadu yang mengacu kepada HACCP Hazard Analysis Critical Control Point. Standar mutu ini diusulkan oleh FDA dan telah efektif sejak 1
Juli 1996. Negara Indonesia juga telah membentuk Badan Standarisasi Nasional BSN yang mengurus tentang Standar Nasional Indonesia SNI.
Standarisasi ini perlu dilakukan untuk tujuan melindungi produsen, konsumen, tenaga kerja dan masyarakat dari aspek keamanan, keselamatan,
kesehatan serta pelestarian fungsi lingkungan, pengaturan standardisasi secara nasional ini dilakukan dalam rangka membangun sistem nasional yang
mampu mendorong dan meningkatkan, menjamin mutu barang dan atau atau jasa serta mampu memfasilitasi masuknya produk nasional dalam transaksi
pasar global. Sistem dan kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk barang dan atau atau jasa Negara Indonesia di pasar
global.
26
Stadarisasi yang telah dilakukan untuk ikan tuna Indonesia tercantum pada Lampiran 3.
5.6. Konsep Nilai Tukar