penangkapan di perairan umum. Pada periode tahun 1997-2007, volume produksi perikanan tangkap meningkap rata-rata sebesar 2,59 persen per tahun.
Volume produksi perikanan tangkap di laut pada periode tersebut meningkat rata- rata sebesar 2,77 persen per tahun, yaitu 3.612.961 ton pada tahun 1997 menjai
4.734.280 ton pada tahun 2007. Volume produksi perikanan tangkap di perairan umum juga meningkat rata-rata sebesar 0,40 persen per tahun yaitu 304.258 ton
pada tahun 1997 menjadi 210.457 ton pada tahun 2007 DKP 2008.
5.2.1. Produksi Tuna Indonesia
Indonesia memiliki potensi yang baik sebagai negara produsen tuna. Posisi Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa menguntungkan untuk
produksi tuna Indonesia, hal ini dikarenakan sebagai berikut DKP 2005: i
Adanya massa air barat dan timur yang melintas di Samudera Hindia dengan membawa partikel dan kaya akan makanan biota laut.
ii Adanya arus Kuroshio yaitu North Equatorial dan South Equatorial Current di Samudera Pasifik merupakan wilayah yang kaya dengan bahan makanan
serta mempunyai suhu, salinitas, dan beberapa faktor oseanografis yang disukai oleh ikan tuna.
iii Wilayah periaran nusantara merupkan tempat berpijah atau kawin berbagai jenis ikan termasuk ikan tuna, terutama di perairan Selat Makassar dan Laut
Banda. Ikan tuna dalam statitik perikanan Indonesia dikategorikan menjadi tuna,
cakalang, dan tongkol. Tuna digunakan sebagai nama grup dari beberapa jenis ikan yang terdiri dari jenis tuna besar Thunnus.spp yang terdiri dari yellowfin
tuna, bigeye tuna, southern bluefin tuna, dan albacore. Cakalang umumnya dikategorikan untuk jenis skipjack tuna, sedangkan tongkol umumnya digunakan
untuk jenis eastern little tuna, frigate, bullet tuna, dan longtail tuna. Pada periode 1997-2007 volume produksi ikan tongkol, tuna, dan cakalang mengalami
peningkatan masing-masing sebesar 6,85; 6,57; dan 5,24 persen DKP 2008. Pada Tabel 8 menunjukkan dari tahun 1997 hingga tahun 2000 terus
mengalami peningkatan, namun pada tahun 2000 hingga tahun 2001 mengalami penurunan sebesar 8,25 persen. Pada tahun 2002 hingga tahun 2007 produksi
ikan tuna mengalami kenaikan lagi, walaupun kenaikannya fluktuatif. Penurunan
dan kenaikan yang fluktuatif pada produksi ikan tuna di pengaruhi baik oleh faktor alam maupun perekonomian di Indonesia. Penyebab penurunan produksi
karena semakin berkurangnya penggunaan kapal penangkapan yang berukuran 200 GT, padahal jenis kapal ini mampu untuk beroperasi di perairan ZEE Zona
Ekonomi Ekslusif. Hal ini menyebabkan potensi ikan tuna di wilayah perairan ZEE belum dimanfaatkan secara optimal. Penyebab berkurangnya penggunaan
kapal tersebut terkait dengan peningkatan harga bahan bakar minyak BBM di Indonesia.
Tabel 8. Produksi Ikan Tuna Indonesia Tahun 1997-2007 ton
Tahun Jenis
Total Kenaikan
Tuna Cakalang
Tongkol 1997
116.214 187.206
212.511 565.931
- 1998
168.122 227.068
236.673 631.863
10,44 1999
136.474 244.847
236.111 617.432
41,4 2000
163.241 236.275
250.522 650.038
5,02 2001
153.110 214.077
233.051 600.238
-8,25 2002
148.439 203.102
266.955 618.496
2,95 2003
151.926 208.626
267.339 627.891
1,50 2004
176.996 233.319
310.393 720.708
12,88 2005
183.144 252.232
309.776 745.152
3,28 2006
159.404 277.388
329.115 765.907
2,71 2007
191.558 301.531
399.347 892.436
14,18
Sumber: DKP 2007
5.2.2. Ekspor Ikan Tuna Indonesia