Nilai HI dan CR4 menunjukkan bahwa komoditas ikan tuna olahan berada dalam pasar oligopoli. Indonesia tidak termasuk dalam negara yang menguasai
pasar. Hal ini berarti Indonesia hanya berperan sebagai pengikut pasar dan tidak memiliki kesempatan untuk menentukan harga.
Analisis struktur pasar komoditas ikan tuna baik untuk ikan tuna segar, beku, dan olahan berdasarkan nilai HI dan CR4 berada dalam pasar monopolistic
yang cenderung mengarah ke oligopoli. Hal ini menyebabkan Indonesia masih memiliki potensi untuk tetap bersaing di pasar internasional dan dapat
menetapkan harga, namun untuk mengatasi persaingan Indonesia harus melakukan diferensiasi produk.
Pasar yang mengarah ke strukutr pasar oligopli harus diantisipasi dengan baik, sebab jika tidak Indonesia dalam pasar hanya akan berperan sebagai
pengikut pasar tanpa kesempatan untuk menentukkan harga di pasaran. Posisi ini mengakibatkan Indonesia tidak dapat mengambil keputusan yang berkaitan
dengan harga maupun produk, tanpa terlebih dahulu mengacu kepada keputusan pemimpin pasar. Namun, Indonesia masih memiliki peluang untuk tetap bersaing
dalam pasar internasional karena untuk komoditas ikan tuna segar Indonesia masih termasuk negara yang memiliki penguasaan pasar yang cukup baik dan
untuk ikan tuna beku dan olahan harus ditingkatkan ekspornya besarnya ekspor dan market share ada pada Lampiran 4 sampai dengan 9.
6.2. Analisis Keunggulan Komparatif Komoditas Ikan Tuna Nasional
Keunggulan komparatif komoditas ikan tuna Indonesia di pasar internasional diukur dengaan menggunakan Indeks Revealed Comparatif
Advabtage RCA. Indeks ini digunakan untuk membandingkan posisi daya saing Indonesia dengan negara produsen lainnya di pasar ikan tuna internasional.
Semakin tinggi nilai Indeks RCA lebih dari satu menunjukkan bahwa negara yang bersangkutan memiliki keunggulan komparatif dalam produk tersebut dan
memiliki daya saing yang kuat., begitu pula sebaliknya. Jika RCA sama dengan satu, berarti daya saing komoditas tersebut sama dengan negara lain yang terlibat
dalam kegiatan ekspor komoditas tersebut. Perhitungan Indeks RCA ekspor suatu komoditas negara tertentu
dibandingkan dengan total ekspor negara tersebut, maka negara yang jumlah
ekpsornya relatif sama dengan negara lain namun total ekspornya lebih besar akan mempunyai indeks RCA yang lebih kecil. Oleh karena itu penting untuk melihat
pangsa pasar negara tersebut untuk menunjukkan bahwa daya saing negara tersebut kuat atau lemah.
Perhitungan Indeks RCA hanya dilakukan untuk negara-negara pengekspor yang memiliki angka ekspor yang besar untuk komoditas ikan tuna
baik dalam bentuk segar, beku, dan olahan. Negara-negara tersebut adalah Australia, Ekuador, Uni Eropa, Perancis, Indonesia, Italia, Jepang, Filipina,
Republik Korea, Singapura, Spanyol, Seychelles, dan Thailand. Negara Australia, Uni Eropa, Perancis, Jepang, dan Singapura memiliki nilai ekspor yang besar
untuk komoditi ikan tuna segar dan beku. Negara Ekuador, Filipina dan Italia memiliki nilai ekspor yang besar untuk komoditas ikan tuna segar dan olahan.
Negara Seychelles dan Thailand memiliki nilai ekspor yang besar untuk komoditas ikan tuna olahan. Republik Korea memiliki nilai yang besar untuk
ekspor ikan tuna beku. Negara Spanyol dan Indonesia memiliki nilai ekspor yang besar untuk ketiga komoditas ikan tuna.
Tabel 14. Indeks RCA untuk Komoditas Ikan Tuna Segar Tahun 2002-2007
Negara 2002
2003 2004
2005 2006
2007
RCA Rank
RCA Rank
RCA Rank
RCA Rank
RCA Rank
RCA Rank
Australia
2,30 2
2,74 1
2,69 1
2,26 3
1,53 4
1,83 3
Ekuador
0,18 9
0,34 8
0,07 10
0,05 11
0,05 11
0,11 9
EU-27
0,33 8
1,84 5
2,28 3
1,89 4
1,76 2
3,06 1
Perancis
0,47 7
0,19 9
0,26 8
0,68 8
0,21 8
1,03 7
Indonesia
2,81 1
2,39 2
2,60 2
2,31 2
1,62 3
2,27 2
Italia
1,25 5
1,16 6
1,38 6
1,73 5
1,50 5
1,79 4
Jepang
2,20 3
2,26 3
1,55 5
2,54 1
3,70 1
1,61 5
Filipina
1,20 6
0,68 7
0,55 7
0,70 7
0,37 7
0,65 8
Rep. Korea
0,05 11
0,10 10
0,06 11
0,10 9
0,08 10
0,11 10
Seychelles
0,00 -
0,00 -
0,00 -
0,00 -
0,00 -
0,00 -
Spanyol
1,95 4
1,88 4
1,78 4
1,19 6
0,90 6
1,50 6
Thailand
0,06 11
0,07 11
0,07 9
0,07 10
0,09 9
0,08 11
Sumber: UN Comtrade 2008, diolah
Perhitungan Indeks RCA pada Tabel 14 menunjukkan bahwa indeks RCA Indonesia untuk komoditas ikan tuna segar tahun 2002-2007 nilainya selalu lebih
dari satu berkisar antara 1,62 hingga 2,81. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap komoditas ikan tuna segar di
pasar internasional. Negara Indonesia selalu menempati peringkat tiga besar
untuk indeks RCA komoditas ikan tuna segar. Negara yang menjadi pesaing kuat untuk komoditas ikan tuna segar adalah Australia, Jepang dan Spanyol yang
memiliki indeks RCA lebih besar dari satu. Indeks RCA ini berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif antara 1,62 hingga 2,81 relatif lebih baik
dibandingkan negara eksportir lain. Indeks RCA Indonesia memperlihatkan bahwa Indonesia memiliki daya
saing yang kuat untuk komoditas ikan tuna segar. Selain keunggulan komparatif perlunya melihat penguasaan pangsa pasar negara Indonesia untuk komoditas ikan
tuna segar di pasar internasional. Sejak tahun 2002-2007 penguasaan pasar Indonesia untuk ikan tuna segar cukup besar yaitu rata-rata sebesar 9,49 persen
per tahun Tabel 15. Indonesia merupakan negara dengan penguasaan terbesar ketiga di dunia. Negara Spanyol sebenarnya memiliki pangsa pasar tebesar
dengan rata-rata sebesar 12,99 persen, namun untuk indeks RCA berada dibawah Indonesia sebab total ekspornya lebih besar negara Indonesia.
Tabel 15. Pangsa Pasar Komoditas Ikan Tuna Segar Tahun 2002-2007
Negara 2002
2003 2004
2005 2006
2007 Rata-rata
per tahun
Australia
9,63 9,06
6,26 5,39
3,05 4,21
6,27
Ekuador
0,81 1,46
0,24 0,23
0,21 0,54
0,58
EU-27
1,56 10,66
15,88 10,69
9,99 17,85
11,11
Perancis
4,35 1,60
2,00 2,23
1,63 2,70
2,42
Indonesia
12,53 9,12
10,65 9,71
5,93 8,98
9,49
Italia
2,92 2,18
2,93 4,24
3,52 4,13
3,32
Jepang
3,23 2,77
3,02 3,16
13,60 2,43
4,70
Filipina
3,50 1,87
0,92 1,18
0,73 0,79
1,50
Rep. Korea
0,28 0,38
0,26 0,36
0,22 0,30
0,30
Seychelles
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00
Spanyol
17,15 15,88
15,73 9,75
6,95 12,47
12,99
Thailand
0,97 1,09
1,18 1,32
1,78 1,50
1,31 Sumber: UN Comtrade 2008, diolah
Tabel 16 menunjukkan bahwa indeks RCA Negara Indonesia untuk komoditas ikan tuna beku tidak memiliki keunggulan komparatif, karena nilainya
dibawah satu berkisar antara 0,13 hingga 0,65. Hal ini berarti negara Indonesia memiliki keunggulan komparatif antara 0,13 hingga 0,65 relatif lebih kecil
diantara negara eksportir lainnya. Negara Indonesia hanya mampu menempati peringkat peringkat delapan untuk indeks RCA diantara negara pengekspor
lainnya. Negara yang memiliki indeks RCA terbesar untuk komoditas ikan tuna beku adalah Republik Korea, Australia, Uni Eropa, dan Jepang.
Indeks RCA ini memperlihatkan bahwa negara Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif dan pengusasan pangsa pasarnya juga kecil sehingga daya
saingnya sangat rendah. Rendahnya daya saing komoditas ikan tuna beku ini disebabkan nilai ekspor Indonesia untuk ikan tuna beku kecil dan lebih banyak
mengekspor ikan tuna dalam bentuk segar karena negara tujuan ekspor. Komoditas ikan tuna dalam bentuk beku yang dihasilkan oleh Indonesia
kualitasnya belum baik karena masih minimnya alat dan penerapan sistem manajemen pengolahan pasca panen.
Tabel 16. Indeks RCA untuk Komoditas Ikan Tuna Beku Tahun 2002-2007
Negara 2002
2003 2004
2005 2006
2007
RCA Rank
RCA Rank
RCA Rank
RCA Rank
RCA Rank
RCA Rank
Australia
1,77 3
1,61 2
1,43 3
1,81 2
2,62 2
3,17 4
Ekuador
0,12 9
0,04 10
0,07 9
0,06 10
0,02 11
0,08 10
EU-27
1,90 2
1,50 4
1,23 4
1,41 5
1,64 3
1,55 6
Perancis
0,50 5
0,69 5
0,57 6
1,65 3
0,83 5
1,78 5
Indonesia
0,39 7
0,32 8
0,13 8
0,23 8
0,42 8
0,65 8
Italia
0,08 10
0,08 9
0,05 10
0,07 9
0,03 10
0,01 11
Jepang
1,54 4
1,58 3
1,82 2
1,45 4
0,61 7
3,02 3
Filipina
0,33 8
0,34 7
0,60 5
0,62 6
0,96 4
3,27 2
Rep. Korea
2,73 1
2,88 1
2,64 1
2,86 1
3,97 1
4,19 1
Seychelles
0,00 -
0,00 -
0,00 -
0,00 -
0,00 -
0,00 -
Spanyol
0,50 6
0,50 6
0,56 7
0,58 7
0,69 6
0,79 7
Thailand
0,01 11
0,02 11
0,04 11
0,03 11
0,03 9
0,10 9
Sumber: UN Comtrade 2008, diolah
Rendahnya indeks RCA ikan tuna beku juga ditandai dengan enguasaan pangsa pasar negara Indonesia untuk komoditas ikan tuna beku rata-rata pertahun
hanya 1,43 persen per tahun Table 17. Negara Indonesia tidak termasuk negara yang memiliki keunggulan bersaing untuk komoditas ini. Penguasaan pasar
terbesar dikuassai oleh negara Republik Korea yaitu rata-rata sebesar 11,58 persen.
Tabel 17. Pangsa Pasar Ikan Tuna Beku Tahun 2002-2007
Negara 2002
2003 2004
2005 2006
2007 Rata-rata
per tahun
Australia
7,40 5,35
3,33 4,29
5,22 7,28
5,48
Ekuador
0,54 0,18
0,23 0,27
0,10 0,40
0,29
EU-27
8,88 8,66
8,56 7,96
9,35 9,03
8,74
Perancis
4,59 5,84
4,43 5,41
6,39 4,65
5,22
Indonesia
1,73 1,21
0,54 0,97
1,53 2,58
1,43
Italia
0,18 0,15
0,11 0,17
0,07 0,02
0,12
Jepang
2,26 1,95
3,55 1,80
2,23 4,55
2,72
Filipina
0,96 0,93
1,00 1,04
1,90 3,97
1,63
Rep. Korea
15,17 11,09
10,8 9,93
10,75 11,72
11,58
Seychelles
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00
Spanyol
4,40 4,24
4,94 4,71
5,31 6,56
5,02
Thailand
0,18 0,27
0,57 0,64
0,60 1,97
0,71 Sumber: UN Comtrade 2008, diolah
Tabel 18 menunjukkan bahwa umumnya pada komoditas ikan tuna olahan negara Indonesia mempunyai keunggulan komparatif karena memiliki indeks
RCA lebih besar daripada satu . Indeks RCA Indonesia mengalami fluktuatif, pada tahun 2002 dan 2003 indeks RCA hanya sebesar 0,88 dan 0,99. Pada tahun
2004 hingga 2006 indeks RCA negara Indonesia lebih besar dari satu, namun pada tahun 2007 mengalami penurunan. Hal ini berarti negara Indonesia memiliki
keunggulan komparatif antara 0,85 hingga 1,10 relatif lebih baik dibandingkan dengan negara eksportir lainnya. Indeks RCA memperlihatkan bahwa negara
Indonesia memiliki daya saing yang lemah untuk komoditas ikan tuna olahan. Negara yang memiliki indeks RCA terbesar untuk ikan tuna olahan adalah
Seychelles dan Thailand.
Tabel 18. Indeks RCA untuk Komoditas Ikan Tuna Olahan Tahun 2002-2007
Negara 2002
2003 2004
2005 2006
2007
RCA Rank
RCA Rank
RCA Rank
RCA Rank
RCA Rank
RCA Rank
Australia 0,01
12 0,01
12 0,03
12 0,03
12 0,02
11 0,01
11 Ekuador
1,92 3
1,86 3
2,09 3
1,96 3
1,86 2
1,54 3
EU-27 0,55
9 0,39
9 0,34
9 0,42
9 0,38
9 0,34
8 Perancis
1,54 5
1,48 6
1,62 4
0,67 8
1,41 4
0,70 7
Indonesia 0,87
8 0,99
8 1,10
7 1,08
7 1,01
8 0,85
6 Italia
1,60 4
1,56 4
1,62 5
1,38 4
1,24 6
1,20 4
Jepang 0,21
10 0,19
10 0,14
10 0,17
10 0,05
10 0,11
10 Filipina
1,43 6
1,55 5
1,49 6
1,36 5
1,28 5
0,23 9
Rep. Korea 0,02
11 0,05
12 0,04
11 0,05
11 0,00
- 0,00
- Seychelles
2,07 1
2,00 1
2,17 1
2,02 1
1,89 1
1,59 1
Spanyol 1,06
7 1,04
7 1,06
8 1,22
6 1,18
7 0,97
5 Thailand
2,04 2
1,97 2
2,12 2
1,97 2
1,84 3
1,54 2
Sumber: UN COmtrade 2008, diolah
Pengusaan pasar negara Indonesia untuk komoditas ikan tuna olahan rata- rata hanya 4,11 persen per tahun Tabel 19. Pangsa pasar terbesar dikuasai oleh
Negara Thailand dan Perancis yang masing meguasasi pasar rata-rata sebesar 35,37 dan 9,12 persen.
Tabel 19. Pangsa Pasar Ikan Tuna Olahan Tahun 2002-2007
Negara 2002
2003 2004
2005 2006
2007 Rata-rata
per tahun Australia
0,03 0,03
0,06 0,06
0,04 0,03
0,04 Ekuador
8,76 7,91
6,92 8,78
8,61 9,42
8,40 EU-27
2,55 2,25
2,37 2,39
2,17 2,57
2,38 Perancis
14,14 12,56
12,60 2,21
10,82 2,37
9,12 Indonesia
3,86 3,79
4,51 4,50
3,68 4,34
4,11 Italia
3,74 2,95
3,45 3,39
2,91 3,56
3,33 Jepang
0,30 0,24
0,27 0,21
0,17 0,21
0,23 Filipina
4,18 4,27
2,49 2,29
2,52 0,36
2,69 Rep. Korea
0,13 0,18
0,16 0,17
0,00 0,00
0,11 Seychelles
7,25 7,26
6,44 6,24
5,31 5,23
6,29 Spanyol
9,29 8,78
9,40 10,01
9,08 10,35
9,48 Thailand
30,86 31,12
34,21 39,54
36,80 39,66
35,37 Sumber: UN Comtrade 2008, diolah
Rendahnya daya saing Indonesia untuk komoditas ini disebabkan oleh rendahnya nilai ekspor ikan tuna dalam bentuk olahan. Tujuh industri
pengalengan ikan tuna di Jawa Timur,saat ini empat unit tidak berproduksi lagi. Sulawesi Utara yang semula memiliki empat industri, saat ini hanya dua yang
masih beroperasi. Namun, kedua industri tersebut sekarang telah diambil alih oleh investor dari Filipina. Bali saat ini hanya satu unit yang masih aktif, sebelumnya
ada dua industri pengalengan ikan tuna. Perusahaan pengolahan ikan banyak yang tidak beroperasi karena kurangnya bahan baku dan modal untuk terus
melanjtukan usahanya. Peraturan pemerintah yang mengijinkan penjualan tuna secara gelondongan, juga mempengaruhi ekspor tuna olahan. Para penangkap
ikan tuna lebih senang menjual langsung ikan tuna segar terutama yang masuk grade A, menurut mereka daya beli pengolah di dalam negeri masih rendah dan
belum mampu membeli dengan harga yang lebih tinggi daripada harga ekspor. Masalah ini membuata adanya sedikit pertentangan antara industri pengolah dan
pemasar ekspor.
Indeks RCA Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk komoditas ikan tuna segar dan olahan, namun untuk komoditas ikan tuna beku Indonesia
tidak memiliki keunggulan komparatif. Penguasaan pangsa pasar untuk komoditas ikan tuna segar yang besar, namun tidak untuk komoditas ikan tuna
beku dan olahan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan pangsa pasar terutama untuk komoditas ikan tuna beku dan olahan dan
meningkatkan daya saing komoditas Ikan tuna baik segar, beku dan olahan di pasar internasional baik secara internal maupun eksternal
Upaya internal yang harus dilakukan yaitu memperbaiki kualitas ikan terutama dari penyakit dan berbagai isu tentang keamanan pangan yang menjadi
hambatan dalam perdagangan ikan tuna di pasar internasional dan penerapan teknologi yang lebih baik dalam pengolahan ikan. Upaya ekstenal yang dilakukan
yaitu memperluas jaringan kerjasama internasional dengan melakukan usaha ekspor ke negara lain selain negara yang menjadi tujuan utama ekspor dan
mengikuti organisasi yang berkaitan dengan perdagangan ikan tuna di pasar internasional agar mudah dalam melakukan perdagangan internasional.
6.3. Analisis Keunggulan Kompetitif Komoditas Ikan Tuna Nasional