Getah Pinus Gambaran Umum Pinus

a. Nama daerah : damar batu, damar bunga, huyam, kayu sala, kayu sugi, tusam, uyam Sumatera, pinus Jawa. b. Nama di Negara lain : Sral Cambodia, Thong Mu Vietnam, Tingyu Burma, Tapulan Mindoro Pine Philipina, Indo-Cina Pine, Sumatera Pine, Mindoro Pine, Merkus Pine UK, USA, Merkustall Swedia, Sumatrakiefer, Merkusfohre Germany. c. Habitus : tinggi pohon 20 – 40 m dengan panjang batang bebas cabang 2 – 23 m, diameter sampai 10 cm, tidak berbanir. Kulit luar kasar berwarna coklat-kelabu sampai coklat tua, tidak mengelupas, beralur lebar dan dalam. d. Ciri kayu : kayu teras berwarna coklat-kuning muda dengan pita dan gambar lebih gelap, kayu gubal berwarna putih atau kekuning-kuningan, tebal 6 – 8 cm, tekstur kayu halus, arah serat kayu lurus, permukaan kayu licin, kayu mengandung dammar terasa seperti berlemak, permukaan kayu mengkilap, kayu berbau terpentin. e. Kegunaan : kayu tusam dapat dipergunakan untuk bangunan perumahan, lantai, mebel, kotak dan tangkai korek api, pensil dengan pengolahan khusus, pulp, tiang listrik diawetkan, papan wol kayu dan kayu lapis. f. Tempat tumbuh : tusam dapat tumbuh pada tanah jelek dan kurang subur, pada tanah berpasir dan tanah berbatu, tetapi tidak dapat tumbuh dengan baik pada tanah becek. Jenis ini menghendaki iklim basah sampai agak kering dengan tipe curah hujan A sampai C, pada ketinggian 200 – 1700 m dpl, kadang-kadang dapat tumbuh pada ketinggian di bawah 200 m dpl dan mendekati daerah pantai Aceh Utara.

2.5.3 Getah Pinus

Menurut Mirov dan Hasbrouck 1976 dalam Haygreen dan Bowyer 1989, mengemukakan bahwa saluran resin adalah suatu ruang antar sel yang dikelilingi oleh saluran-saluran parenkim khusus yang mengeluarkan resin ke saluran tersebut. Suatu irisan pada kulit dalam pinus akan menyebabkan mengalirnya resin ke daerah luka dan mungkin bahkan diikuti oleh produksi sel- sel penghasil resin baru di dekat luka. Luas permukaan luka sadap menentukan banyaknya saluran getah yang terluka sehingga getah yang keluar lebih banyak. Makin luas bagian kayu yang terluka, makin banyak hasil getahnya Matangaran, 2006. Pohon tusam dianggap sudah masak sadap bila pohon tersebut sudah berumur 10 tahun. Jika sesuatunya berjalan lancar dan dikerjakan sesuai petunjuk kerja secara seksama, maka dapat berlangsung selama 20 tahun Hadipoernomo, 1980 dalam Dulsalam et al., 1998. Menurut Sumantri 1991, penyadapan pohon pinus dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan melukai sampai kayu dan hanya sampai kambium kayu. Pada penyadapan sistem Portugis dan India, pembuatan luka sadap tidak melukai batang kayu hanya sampai kambium kayu sedangkan pada penyadapan sistem koakan, pembuatan luka sadap sampai pada kayu. Menurut Kramer dan Kozlowsky 1960, getah pinus tersusun atas 66 asam resin, 7 bahan netral yang tidak mudah menguap, 25 terpentin dan 2 air. Produksi getah pinus dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1. Jenis pohon Sugiono dkk 2001 mengatakan bahwa produksi getah pada setiap jenis pinus berbeda-beda. Pinus yang umum berada di wilayah Pulau Jawa adalah Pinus merkusii dengan produksi getah tertinggi kedua setelah Pinus kasya, seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1 Produksi getah pada beberapa jenis pinus Spesies pinus Produksi getah Kgpohonthn Pinus kasya 7,0 Pinus merkusii 6,0 Pinus palustris 4,2 Pinus maritima 3,2 Pinus longifolia 2,5 Pinus austriaco 2,1 Pinus exelca 1,2 Sumber : Sugiyono, 2001 2. Diameter, tajuk dan tinggi pohon Panshin et al. 1950 menyebutkan bahwa naval store yang baik yaitu pohon dengan hasil getah yang banyak, dicirikan dengan lingkaran tahun yang lebar, tajuk rata atau penuh dan berbentuk kerucut, dan memiliki tinggi tajuk yang berukuran setengah dari tinggi pohonnya. Namun keadaan diameter tersebut sangat dipengaruhi oleh umur pohon, dimana pohon yang masih muda dengan diameter sama dengan pohon yang lebih tua cenderung menghasilkan getah yang lebih banyak. 3. Umur tegakan Menurut Sofyan 1999, produksi getah pinus selain dipengaruhi oleh ketinggian tempat juga dipengaruhi umur pohon. Semakin tua suatu pohon pinus maka semakin tinggi produksi getah yang dihasilkan. Tegakan Pinus merkusii yang berumur tua cenderung menghasilkan getah yang lebih banyak daripada yang berumur muda. Berpengaruhnya kelas umur terhadap produksi getah juga dikatakan oleh Poedjorahardjo dan Kamarudin 1993 yang telah melakukan penelitian di Jawa Timur pada bulan November 1990. Dari hasil yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara pertambahan umur pohon dengan produksi getah yang dihasilkan, seperti pada Tabel 2. Tabel 2 Hubungan antara produksi getah dengan umur tegakan pinus Umur daur th Rata-rata diameter cm Produksi getah grphnhr 15 28 6 20 34 7 25 38 7 30 41 8 35 43 8 40 45 9 45 46 10 50 48 10 55 49 11 60 49 12 Sumber : Poedjorahardjo dan Kamarudin, 1993 4. Kerapatan jumlah pohon per hektar Menurut Harfeni 1998, produksi getah tiap hektar tegakan pinus merupakan seluruh hasil yang disadap yang terdapat di dalam kawasan tersebut, sehingga apabila kerapatan tegakan adalah N pohon per hektar dan produksi rata-rata tiap pohon adalah P gam, maka hasil getah dalam satu hektar kawasan yang bersangkutan adalah N x P gam. Dengan diadakannya penjarangan bila tegakan masih terlalu rapat maka produksi getah per pohon dapat naik, sebaliknya jumlah pohon per hektar berkurang. 5. Ketinggian tempat Hermawan 1992 yang melakukan penelitian di KPH Kediri dan KPH Lawu DS, mengemukakan bahwa tegakan pinus yang tumbuh pada elevasi rendah sampai dengan 500 m dpl memiliki produksi yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tegakan pinus dengan elevasi yang sedang 500 – 1000 m dpl dan tinggi di atas 1000 m dpl. Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi elevasi maka suhu udara semakin rendah sehingga menyebabkan getah lebih cepat membeku dan menutup saluran getah. 6. Metode dan arah penyadapan Soetomo 1968 mengemukakan potensi getah yang dapat dipungut setiap tahun dengan cara Quare adalah 0,5 ton per hektar tiap tahunnya. Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Kasmujdo 1992 menunjukkan bahwa pemberian bahan stimulansia campuran asam sulfat dan nitrat memberikan produksi getah pinus sebesar 18 - 34 atau rata 22 untuk konsentrasi 7,5 dan yang terbaik pada tegakan berumur 18 tahun dengan konsentrasi 15 memberi kenaikan 36 - 76 atau rata-rata 33. Menurut Rochidayat dan Sukawi 1978, penyadapan getah pinus dengan metode Quare dengan arah sadap menghadap ke Timur akan lebih cepat mendapatkan penyinaran matahari, sehingga saluran akan terbuka lebih lama dan menjadikan getah tidak cepat menggumpal karena suhu yang relatif tinggi. 7. Kekerasan dan intensitas penjarangan Menurut Panshin et al. 1950, jumlah pohon yang baik untuk kelas perusahaan pinus adalah 200 – 400 batang setiap hektar untuk pohon-pohon yang masak sadap umur 10 tahun ke atas. Pengaturan tingkat kerapatan tegakan sesuai ketentuan tersebut dengan cara penjarangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi getah hingga diperoleh jumlah N x P gram yang optimum Harfeni, 1998 Riyanto 1980, menjelaskan bahwa kesinambungan keluarnya getah pada sadapan antara lain dtentukan oleh aktivitas penyadap dalam pembaharuan luka tiga hari sekali setiap koakan. Jumlah pohon yang dikerjakan oleh penyadap dalam siklus tiga hari adalah 800 – 1000 pohon dengan satu koakan tiap pohon. 8. Tenaga penyadap Potensi keluarnya getah secara kualitatif pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor aktif dan faktor pasif. Salah satu faktor aktif tersebut menyangkut kualitas dan kuantitas tenaga sadap. Hal tersebut akan berpengaruh besar terhadap tingkat produksi getah pinus yang dihasilkan Riyanto, 1980. Menurut Mahar 1990, tegakan Pinus merkusii yang produktif untuk disadap di Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah adalah KU III sampai KU VI atau berumur 11 tahun hingga 30 tahun. Produksi yang dapat dicapai Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah rata-rata sebesar 50 kghatahun dengan hasil rata-rata sebesar 2,5 kg per hari atau 75 kg per bulan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan antara bulan Oktober 1990 sampai Maret 1991 pada lahan berbonita IV, KU IV dan KU V memberikan hasil sadapan rata-rata per hektar per hari sebagai berikut : 1. Tegakan di lokasi elevasi 500 m dpl mempunyai produksi per hektar terendah adalah 2,660 gram dan tertinggi 7,895 gram dengan rata-rata sebesar 5,846 gram. 2. Tegakan di lokasi elevasi 500 – 1000 m dpl mempunyai produksi per hektar terendah adalah 3,421 gram dan tertinggi 5,829 gram dengan rata- rata sebesar 4,096 gram. 3. Tegakan di lokasi elevasi 1000 m dpl mempunyai produksi per hektar terendah adalah 2,224 gram dan tertinggi 3,889 gram dengan rata-rata sebesar 3,090 gram.

2.5.4 Penyadapan Getah Pinus di Perum Perhutani