7. Menetapkan wilayah pengembangan dalam bentuk sentra industri di daerah tertentu, sesuai dengan kondisi dan potensinya.
8. Proses industri menerapkan teknologi tepat guna dan efisien untuk memperoleh daya saing.
9. Menetapkan jenis-jenis komoditas binaan untuk meningkatkan intensitas dan efektivitas dalam menyusun rencana dan implementasi program serta
kegiatan budidaya, pemanfaatan HHBK. 10. Memfasilitasi terciptanya kesepakatan MoU antara pihak pengelola atau
masyarakat dengan pengusaha guna terciptanya pemasaran yang efektif dan saling menguntungkan.
11. Sinkronisasi dengan program pembangunan daerah penyangga.
2.4.2 Tata Cara Permohonan Ijin Pemanfaatan HHBK
Ijin diberikan kepada masyarakat lokalkelompok masyarakat lokal dengan tata cara permohonan ijin sebagai berikut Direktorat Pemanfaatan Jasa
Lingkungan dan Wisata Alam, 2007 : 1. Membentuk lembagakelompok masyarakat telah disyahkan oleh Kepala
Desa Kades setempat. 2. Kejelasan status lokasi lahan daerah penyangga lahan milik, Hutan
Produksi atau Hutan Lindung secara clear and clean. 3. Mengajukan proposal kegiatan pemanfaatan HHBK dari kawasan
konservasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat kepada Kepala UPT yang bersangkutan dengan ditembuskan kepada Pusat Unit Eselon II
terkait yang berisi : a Jenis yang akan dimohonkan.
b Jumlahkuantitas. c Rencana Pemanfaatan.
d Peta lokasi dan denah lokasi pemanfaatan. 4. Memiliki tenaga teknis sesuai pengalamanketrampilan di bidang usaha
yang diajukan dan atau terdapat pendamping. Masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar kawasan konservasi
sebagai sebagai pengguna dalam pemanfaatan HHBK bertugas untuk mengembangkan HHBK secara lestari dan melaporkan kegiatan pemanfaatan
tersebut secara periodik kepada Unit Pengelola Teknis Ditjen PHKA terkait. Sedangkan Ditjen PHKA sebagai unit pengelola kawasan konservasi yang
menangani langsung pengelolaan kawasan, dalam pemanfaatan HHBK untuk pemberdayaan masyarakat di kawasan konservasi mempunyai peran sebagai
berikut : 1. Inventarisasi dan identifikasi potensi HHBK yang ada dan berpeluang
untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat daerah penyangga dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
2. Melakukan penilaian terhadap proposal pemanfaatan HHBK yang diusulkan oleh lembagakelompok masyarakat.
3. Menetapkan daya dukung kawasan dan volume HHBK yang dapat dipungut pada periode waktu tertentu, terhadap permohonan pemanfaatan
HHBK. 4. Melakukan penilaian secara cermat terhadap jenis-jenis yang masuk dalam
Appendiks I, untuk diterbitkan ijin khusus sesuai ketentuan KepMenhut No.447Kpts-II2003 tentang tata usaha pengambilan atau penangkapan
dan peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar. 5. Menetapkanmemberikan ijin pemanfaatan HHBK bagi lembaga
kelompok masyarakat dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti telah dijelaskan di atas.
6. Melaporkan kepada pusat Eselon I Ditjen PHKA, dan eselon II Dit.KKH, Dit PJLWA terkait permohonan ijin pemanfaatan HHBK.
7. Melakukan pendampingan terhadap masyarakat. 8. Meningkatkan kapasitas dan atau ketrampilan masyarakat, termasuk dalam
hal pemanfaatan dan pengembangan budidaya HHBK. 9. Melakukan pemantauan terhadap kegiatan pemanfaatan HHBK dengan
memperhatikan upaya kelestarian kawasan konservasi.
2.5 Gambaran Umum Pinus