penyadap dalam siklus tiga hari adalah 800 – 1000 pohon dengan satu koakan
tiap pohon. 8. Tenaga penyadap
Potensi keluarnya getah secara kualitatif pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor aktif dan faktor pasif. Salah satu faktor aktif
tersebut menyangkut kualitas dan kuantitas tenaga sadap. Hal tersebut akan berpengaruh besar terhadap tingkat produksi getah pinus yang dihasilkan
Riyanto, 1980. Menurut Mahar 1990, tegakan Pinus merkusii yang produktif untuk
disadap di Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah adalah KU III sampai KU VI atau berumur 11 tahun hingga 30 tahun. Produksi yang dapat dicapai Perum Perhutani
Unit I Jawa Tengah rata-rata sebesar 50 kghatahun dengan hasil rata-rata sebesar 2,5 kg per hari atau 75 kg per bulan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
antara bulan Oktober 1990 sampai Maret 1991 pada lahan berbonita IV, KU IV dan KU V memberikan hasil sadapan rata-rata per hektar per hari sebagai berikut :
1. Tegakan di lokasi elevasi 500 m dpl mempunyai produksi per hektar terendah adalah 2,660 gram dan tertinggi 7,895 gram dengan rata-rata
sebesar 5,846 gram. 2. Tegakan di lokasi elevasi 500
– 1000 m dpl mempunyai produksi per hektar terendah adalah 3,421 gram dan tertinggi 5,829 gram dengan rata-
rata sebesar 4,096 gram. 3. Tegakan di lokasi elevasi 1000 m dpl mempunyai produksi per hektar
terendah adalah 2,224 gram dan tertinggi 3,889 gram dengan rata-rata sebesar 3,090 gram.
2.5.4 Penyadapan Getah Pinus di Perum Perhutani
Menurut Idris dan Soenarno 1983, penyadapan getah pinus merupakan kegiatan di bidang kehutanan yang tidak asing lagi dalam pemungutan hasil dari
tegekan pinus. Cara-cara penyadapan getah tersebut berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kehutanan dan pengalaman-
pengalaman di lapangan. Umumnya pelaksanaan penyadapan getah pinus yang dilakukan di Perum
Perhutani menggunakan sistem quare. Cara penyadapan getah pinus sesuai
Petunjuk Penyadapan Getah Pinus Perum Perhutani, 2006 dengan sistem quare adalah:
1. Kegiatan Prasadap Pada tahap prasadap kegiatan yang dilakukan meliputi sensus dan
pemberian nomor pohon, pembagian blok sadap, pembersihan lapangan sadapan pembersihan kulit pohon, pembuatan rencana quare, serta
penyediaan alat-alat dan perlengkapan sadap. 2. Pelaksanaan Sadap Buka
Pelaksanaan sadap buka dilakukan setelah tahapan prasadap. Pada tahap ini penyadap melakukan pembuatan quare permulaan setinggi 20 cm
dari permukaan tanah dengan ukuran lebar maksimal 6 cm, tinggi 10 cm dari permukaan tanah dengan kedalaman tidak lebih dari 1,5 cm. Sadap
buka dilakukan pada tegakan pinus yang telah mencapai umur 11 tahun atau telah mencapai keliling sebesar 63 cm.
Pada bagian bawah quare dipasang talang yang kemudian di bawah talang tersebut diletakkan tempurung kelapa untuk menampung getah yang
telah keluar. Talang dan tempurung harus dinaikkan setiap quare bertambah 30 cm.
3. Pelaksanaan Sadap Lanjut
Sadap lanjut merupakan cara dalam melakukan pembaharuan luka dari quare yang telah ada. Jumlah quare pada satu pohon dalam pelaksanaan
pembaharuan luka harus memperhatikan kriteria berikut: a. Keliling 65-124 sebanyak 1 quare hidup
b. Keliling 125-175 sebanyak 2 quare hidup c. Keliling 176-up sebanyak 4 quare hidup
Setelah dilakukan pembuatan quare awal dan pembuatan luka, maka kegiatan yang dilakukan selanjutnya adalah pemungutan getah. Pemungutan
getah umumnya dilakukan 9-10 hari dengan menggunakan alat keruk yang kemudian langsung dibawa ke tempat pengumpulan getah TPG. Untuk
pohon pinus yang bocor getah, pemungutan getah dilakukan setiap 7 hari sekali.
Getah yang diterima di TPG ditimbang beratnya, ditentukan mutunya, dan dibuang kandungan air serta kotorannya hingga didapat kadar
yang diperbolehkan yaitu 5. Setelah diperiksa, getah tersebut kemudian didiamkan beberapa waktu hingga siap diangkut ke pabrik gondorukem dan
terpentin PGT dengan jangka waktu tidak boleh lebih dari 7 hari.
2.5.5 Dampak Positif dan Dampak Negatif Pengelolaan Tegakan Pinus