Masyarakat Bukan Penyadap Getah Pinus

Gambar 5 Anyaman kepang hasil kerajinan masyarakat yang digunakan sebagai tempat menjemur hasil-hasil panen.

5.2 Identifikasi Masyarakat Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupatem Magelang

Para responden merupakan warga Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun. Kabupaten Magelang. Responden yang dijadikan objek penelitian dibagi menjadi dua yaitu responden masyarakat bukan penyadap getah yang memanfaatkan kawasan hutan pinus dan masyarakat penyadap getah pinus. Penentuan responden terpilih dari masyarakat bukan penyadap dilakukan secara acak tanpa dibatasi faktor usia, pendidikan maupun jenis matapencahariannya sebanyak 30 responden. Berdasarkan identifikasi terhadap para responden, diketahui bahwa sebanyak 25 responden 83 merupakan kepala keluarga dan 5 responden 17 bukan merupakan kepala keluarga. Adapun kharakteristik dari kedua jenis responden tersebut antara lain sebagai berikut :

5.2.1 Masyarakat Bukan Penyadap Getah Pinus

a Sebaran responden menurut jenis kelamin Gambar 6 Persentase jenis kelamin responden. 83 17 Persentase jenis kelamin responden L P Dari 30 orang responden, seperti terlihat pada Gambar 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 83. Hal ini disebabkan karena pengambilan data melalui wawancara dengan masyarakat lebih difokuskan pada masyarakat yang bekerja sehingga kebanyakan dari mereka berjenis kelamin laki-laki. Biasanya para perempuannya pergi ke sawah hanya pada saat-saat tertentu seperti mengambil rumput dan pada waktu panen. Berdasarkan hasil wawancara dengan laki-laki atau perempuan memperlihatkan pola pendapat yang hampir sama berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya hutan di kawasan taman nasional. b Sebaran responden menurut umur Umur responden bervariasi antara 39 – 62 tahun dengan umur rata-rata sebesar 51 tahun. Pada Gambar 7 Menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki selang umur 46 – 50 tahun yaitu sebesar 30, dan yang paling rendah yaitu di atas 60 tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden saat ini merupakan generasi produktif. Sedangkan pada umur di atas 60 tahun generasi tua masyarakat lebih memilih untuk tinggal di rumah daripada ke sawah karena jarak dari tempat tinggal dengan lahan persawahan cukup jauh yaitu sekitar 1 km dengan medan yang menanjak dan jalan berbatu. Masyarakat desa yang berada pada usia muda tetapi sudah produktif lebih memilih mencari pekerjaan lain di luar bidang pertanian. Hal ini dipengaruhi oleh luasan lahan yang semakin sempit dan kecenderungan masyarakat berusia muda untuk mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan penghasilan yang pasti. Gambar 7 Selang umur responden. 10 10 30 20 27 3 Selang umur responden 36-40 41-45 46-50 51-55 56-60 60 c Sebaran responden menurut tingkat pendidikan Pendidikan merupakan unsur penting yang dapat mencerminkan suatu tingkat kesejahteraan masyarakat, karena tingkat pendidikan umumnya akan berkorelasi positif dengan produktivitas dan kesejahteraannya. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terutama dalam hal kemampuan untuk menerima suatu proses perubahan berupa informasi dan inovasi-inovasi baru. Dari Gambar 8 dapat diketahui bahwa masyarakat responden hanya berpendidikan paling tinggi sampai tingkat SMP. Masyarakat dengan tingkat pendidikan SD jauh lebih besar dibandingkan masyarakat dengan tingkat pendidikan SMP, berturut-turut yaitu 87 dan 13. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat juga rendah. Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat Desa Ngargomulyo ini dapat memicu timbulnya kerusakan hutan, sehingga pendekatan dan penyuluhan-penyuluhan terhadap masyarakat sangat diperlukan. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa pendidikan bukan merupakan faktor terpenting dalam kehidupan masyarakat Desa Ngargomulyo. Gambar 8 Persentase tingkat pendidikan responden. d Sebaran responden menurut matapencaharian utama Dari 30 responden ada 19 orang yang bermata pencaharian utama sebagai petani atau 63 dari total responden, 3 orang yang bermatapencaharian sebagai pedagang, dan yang lainnya hanya berjumlah 1 orang dengan pekerjaan antara lain tukang batu, wiraswasta, PNS, supir, penganyam bambu, pengumpul anyaman bambu, dan membuka warung di rumah seperti dapat dilihat pada Gambar 9. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar kehidupan ekonomi responden sangat bergantung pada sektor pertanian. Umumnya para petani 87 13 Tingkat pendidikan responden SD SMP menanam jenis tanaman palawija yaitu padi, jagung, kacang tanah dan juga jenis- jenis sayuran sebagai tumpang sari seperti sawi, tomat, kacang panjang, cabe, dan ketela. Gambar 9 Jenis matapencaharian utama responden. e Sebaran responden menurut pekerjaan sampingan Pekerjaan sampingan sebagian besar responden adalah sebagai peternak baik milik sendiri ataupun dengan sistem ternak menggaduh yaitu 16 orang atau sekitar 53 dari total responden, sedangkan yang menjadi buruh tani sebagai pekerjaan sampingannya ada 13 orang atau 43 dan sisanya merupakan responden yang tidak memiliki pekerjaan sampingan yaitu hanya 1 orang seperti terlihat pada Gambar 10. Masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan sampingan ini biasanya menghabiskan waktu di pasar, karena pekerjaan utamanya adalah sebagai pengumpul anyaman bambu. Gambar 10 Jenis matapencaharian sampingan responden. 19 1 1 1 3 1 2 1 1 ju m lah o ran g mata pencaharian utama responden buruh tani ternak tidak mempunyai pekerjaan sampingan 13 16 1 ju m lah o ran g Pekerjaan sampingan responden f Sebaran responden menurut pendapatan utama Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, kisaran pendapatan masyarakat yang paling tinggi yaitu antara Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 per bulan sebesar 43, seperti pada Gambar 11. Kisaran pendapatan masyarakat yang paling sedikit yaitu pendapatan di atas Rp. 1.500.000,-. Mengingat bahwa sebagian besar responden bermatapencaharian sebagai petani, perbedaan pendapatan tersebut disebabkan karena perbedaan modal dan luas lahan petani. Semakin besar luas lahan dan modal yang dimiliki, semakin besar pula pendapatannya dari hasil pertanian. Jika dirata-ratakan pendapatan seluruh responden adalah sebesar Rp 1.100.000,-. Hal ini jauh berbeda dari data monografi Desa Ngargomulyo tahun 2007, yang pendapatan rata-rata penduduknya sangat rendah yaitu sebesar Rp. 375.000,-KKbulan, sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden sudah mempunyai pendapatan yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hal tersebut juga dapat dilihat dari besarnya UMR di kabupaten Magelang pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 570.000,- Gambar 11 Kisaran pendapatan utama responden. g Sebaran responden menurut kepemilikan ternak Beternak merupakan pekerjaan sampingan dari sebagian besar masyarakat Desa Ngargomulyo. Jenis ternak yang biasa dipelihara oleh masyarakat yaitu sapi, kambing dan ayam. Masyarakat beternak sapi baik milik sendiri maupun dengan sistem gaduh. Dengan sistem ini, masyarakat memelihara ternak milik orang lain dan hasil anakannya dibagi 2 dengan pemiliknya. Berdasarkan hasil wawancara, 17 43 20 10 10 Kisaran pendapatan utama responden Rp. 250.000 - Rp.500.000 Rp.500.000 - Rp.1.000.000 Rp.1.000.000 - Rp.1.500.000 Rp.1.500.000 - Rp.2.000.000 Rp.2.000.000 - Rp.2.500.000 sebagian besar masyarakat memelihara ternak milik mereka sendiri yaitu 77, ada juga masyarakat yang memelihara ternak dengan sistem gaduh yaitu sebesar 20, sedangkan sisanya yaitu 3 masyarakat tidak memiliki hewan ternak seperti terlihat pada Gambar 12. Gambar 12 Persentase kepemilikan ternak responden. h Sebaran responden menurut jenis lahan garapan Jenis lahan garapan yang dimanfaatkan oleh masyarakat berupa sawah dan ladang sebagai lahan pertanian monokultur mereka. Dari Gambar 13 dapat terlihat sebagian besar masyarakat memiliki lahan garapan berupa sawah saja 77 dan sisanya adalah masyarakat yang memiliki lahan garapan berupa sawah dan ladang 23. Sawah biasanya ditanami tanaman sayuran dan palawija, sedangkan ladang biasanya ditanami tanaman-tanaman yang tidak memerlukan pengairan. Rata-rata luas kepemilikan lahan masyarakat Desa Ngargomulyo seluas 0,8 Ha. Perbedaan besarnya luas lahan masyarakat disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan modal petani. Pengalihan hak kepemilikan tanah melalui proses jual beli atau bagi hasil dapat dilakukan dapat dilakukan secara bebas kepada siapa saja baik sesama warga desa maupun warga luar desa. Pada umumnya para petani memperoleh lahan dari warisan nenek moyang mereka. 77 20 3 Kepemilikan ternak milik sendiri gaduh tidak punya Gambar 13 Persentase penggunaan lahan garapan oleh masyarakat.

5.2.2 Masyarakat Penyadap Getah Pinus