Dampak Kegiatan Penyadapan Getah Pinus di Desa Ngargomulyo

yang tinggi maka semakin banyak pula jumlah getah pinus yang dihasilkan. Jumlah penyadap di Desa Ngargomulyo ini terbilang sedikit, yaitu hanya berjumlah 8 orang, sehingga getah yang dihasilkan juga sedikit jika dibandingkan dengan jumlah getah oleh banyak penyadap. 7. Luas permukaan luka sadap Semakin luas permukaan luka sadap, maka semakin banyak saluran getah yang terluka sehingga makin banyak pula jumlah getah yang dihasilkan.

5.4.3 Dampak Kegiatan Penyadapan Getah Pinus di Desa Ngargomulyo

Pinus yang terdapat di kawasan hutan TNGM merupakan jenis tumbuhan eksotik yang ditanam pada masa pengelolaan Perum Perhutani. Kegiatan penyadapan getah pinus ini telah ditekuni selama kurun waktu hampir 10 tahun. Secara umum masyarakat penyadap getah pinus tidak merusak ekologi hutan pinus tersebut, karena hanya memanfaatkan hasil hutan bukan kayunya. Baik secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan penyadapan getah pinus akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak tersebut dapat berupa dampak sosial, ekonomi maupun ekologi. a. Dampak sosial pengelolaan hutan pinus Dampak positif yang timbul dari pengelolaan hutan pinus adalah adanya pengurangan pengangguran melalui penyerapan tenaga kerja dalam proses pengelolaan. Sedangkan dampak negatifnya adalah adanya konflik yang timbul antara masyarakat setempat dengan pihak pengelola. Konflik tersebut pada umumnya terkait dengan permasalahan penggunaan lahan, pencurian kayu, dan sumber air. Untuk kasus di TNGM sendiri telah memberdayakan masyarakat sekitar taman nasional untuk melakukan pemungutan hasil hutan bukan kayu berupa getah pinus dan tidak terdapat konflik yang berkaitan dengan kegiatan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa dampak negatif dari kegiatan penyadapan getah pinus di TNGM dapat diatasi. b. Dampak ekonomi pengelolaan hutan pinus Dampak ekonomi pengelolaan hutan pinus di TNGM berupa dampak positif. Secara nyata dampak tersebut terlihat bagi masyarakat setempat khususnya penyadap getah dan bagi perusahaan Perum Perhutani. Masyarakat penyadap boleh memungut hasil hutan bukan kayunya yang berupa getah pinus yang kemudian dijual untuk menghidupi kebutuhan hidup sehari-hari. Setelah peralihan pengelolaan dari Perhutani kepada TNGM, masyarakat tidak membayar iuran apapun kecuali harus menjual getah pinusnya kepada pihak Perhutani karena TNGM sendiri belum mengalokasikan tempat penjualan dan penampungan getah. Masyarakat menjual hasil getahnya kepada Perhutani dengan harga yang lebih lebih murah sehingga menguntungkan Perhutani. Secara tidak langsung negara juga mendapatkan keuntungan dari pengelolaan hutan pinus berupa perolehan devisa negara dari ekspor produk hutan pinus dan perolehan dari Provisi Sumber Daya Hutan PSDH yang telah diatur dalam SK Menhut No. 858Kpts-II1999. c. Dampak ekologi hutan pinus Pengelolaan hutan pinus akan berpengaruh terhadap kondisi tanah dan air serta siklus hidrologi. Salah satu dampak pengelolaan hutan pinus terhadap kondisi tanah dan air yaitu pengaruhnya pada erosi tanah dan banjir. Kegiatan yang menimbulkan erosi tanah adalah pada saat kegiatan penebangan dan kegiatan penanaman pasca penebangan, karena pada kondisi tersebut lahan menjadi terbuka sehingga curah hujan yang jatuh mudah menimbulkan erosi tanah. Efek dari kegiatan penebangan terhadap erosi tanah akan berlangsung selama 3 tahun. Setelah itu ekosistem akan pulih kembali seiring dengan membaiknya penutupan lahan yang berdampak pada menurunnya aliran permukaan, sehingga tingkat erosi pun menurun Nugroho et al, 2004. Di tegakan pinus yang masuk TNGM tidak dilakukan kegiatan penebangan, sehingga kemungkinan terjadinya erosi tanah masih dapat dihindari. Dari hasil wawancara dengan perangkat desanya dapat diketahui bahwa di daerah ini jarang terjadi banjir atau tanah longsor. Bencana alam yang terjadi biasanya lebih dikarenakan oleh aktivitas alam Gunung Merapi. Selain itu perilaku penyadap juga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kawasan hutan. Justru para penyadap memelihara lahan sadapannya dengan baik agar tidak terjadi gangguan hutan baik yang berasal dari faktor alam maupun faktor manusia.

5.5 Kebijakan dan Arah Pengelolaan Tegakan Pinus di TNGM