Latar Belakang Pengelolaan Tegakan Pinus di Taman Nasional Gunung Merapi : Studi Kasus Penyadapan Getah Pinus oleh Masyarakat Desa Ngargomulyo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. 134Menhut-II2004 tanggal 4 Mei 2004, tentang penunjukan kawasan Taman Nasional Gunung Merapi TNGM dan perubahan fungsi kawasannya, TNGM merupakan gabungan dari Taman Wisata Alam TWA Plawangan Turgo, Cagar Alam CA Plawangan Turgo, dan Hutan Lindung. Kawasan dengan luasan 6.410 ha 1.283,99 ha di DIY dan 5.126,01 ha di Jateng ini ditetapkan sebagai taman nasional dengan mempertimbangkan kekhasan Gunung Merapi yang sangat aktif dan merupakan tipe tersendiri serta adanya ekosistem yang unik, menarik dan dinamis dari kombinasi biosystem, geosystem dan sociosystem. Secara ekologis, kawasan Gunung Merapi merupakan daerah tangkapan air, selain itu juga menjaga kestabilan ekosistem pegunungan. Gunung merapi juga menyimpan banyak potensi pariwisata alam yang dapat dikembangkan, baik keunikan dan keanekaragaman hayatinya, puncak Gunung Merapi, air terjun, dan panorama indah lainnya. Tujuan pengelolaan taman nasional ini adalah untuk perlindungan sumber air, sungai dan penyangga sistem kehidupan di Kabupatenkota Sleman, Klaten, Boyolali, dan Magelang. Banyaknya warga masyarakat yang tinggal di empat kabupaten yang berada di sekitar kawasan TNGM mengandalkan hasil pertanian dan hasil hutan yang ada di dalam kawasan taman nasional sebagai mata pencaharian mereka. Begitu juga dengan masyarakat Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang yang merupakan salah satu desa yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan TNGM. Sebelum masuk ke dalam kawasan taman nasional, hutan tanaman pinus yang terdapat di Petak 34 Bagian Hutan Magelang merupakan salah satu kawasan yang dahulu dikelola oleh Perhutani yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Ngargomulyo untuk diambil hasil hutannya yang berupa getah pinus. Tidak hanya para penyadap getah yang memanfaatkan kawasan hutan tersebut tetapi juga masyarakat bukan penyadap getah yang memanfaatkan kawasan hutan sebagai tempat pengambilan rumput untuk pakan ternak dan kayu bakar. Kegiatan penyadapan getah ini telah dilakukan dalam kurun waktu hampir 10 tahun. Setelah menjadi taman nasional, masyarakat masih ingin tetap melakukan penyadapan getah pinus karena kegiatan ini merupakan pekerjaan utama bagi masyaakat penyadap getah dan akibat perubahan fungsi kawasan ini masyarakat belum dapat melakukan alih profesi dalam waktu dekat ini. Sebagai sebuah taman nasional yang salah satu mandatnya adalah pengelolaan sosiosystem, TNGM memerlukan suatu strategi untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, seperti menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dengan tetap mengutamakan kepentingan kelestarian ekosistemnya. TNGM saat ini memperbolehkan masyarakat melakukan kegiatan penyadapan getah pinus sebagaimana ketika masih dikelola oleh Perum Perhutani dulu dengan syarat harus tetap menjaga dan mempertahankan kelestarian hutannya. Sebelum masyarakat melanjutkan kegiatan penyadapan getah di kawasan taman nasional, masyarakat penyadap harus terlebih dahulu mambuat surat ijin untuk melakukan pemungutan hasil hutan. Dengan adanya kerjasama tersebut diharapkan dapat memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak yaitu bagi masyarakat meningkatkan kesejahteraan hidupnya dan bagi taman nasional, secara tidak langsung masyarakat akan mengelola kawasan hutan tersebut kelestarian ekosistem hutannya akan tetap terjaga. Selain itu dengan adanya kegiatan pemanfaatan sumberdaya hutan tersebut diharapkan akan dapat mengurangi tekanan dan gangguan hutan seperti pencurian kayu dan penyerobotan lahan oleh masyarakat. Adanya kerjasama antara masyarakat dengan Balai TNGM tersebut juga menunjukkan bahwa TNGM melibatkan masyarakat sekitarnya dalam pengelolaan taman nasional untuk perekonomian dan pengembangan wilayah sehingga dapat tercapai kelestarian ekonomi dan juga ekologinya. Pemanfaatan hutan termasuk hasil hutan bukan kayu di dalamnya bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariannya. Pemanfaatan hutan yang berlebihan akan mengakibatkan berubahnya fungsi hutan tersebut. Oleh karena itu juga diperlukan suatu arahan pengelolaan tegakan pinus di TNGM agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.

1.2 Tujuan Penelitian