90
sampah ke tempat penampungan sampah dinilai sudah cukup baik. Ketika sampah sudah penuh maka sampah akan segera di buang ke tempat penampungan sampah.
Dengan  adanya  ketepatan  waktu  ketika  membuang  sampah.  Maka  akan  sangat berguna  untuk  mencegah  vektor  penyakit  yang  datang  dan  hinggap  pada setiap
makanan yang ada di Instalasi Gizi. Menurut  Bartono  dan  Ruffiono 2003 bahwa  tindakan  sanitasi  di  dapur
sangat diperlukan untuk dapat menjadikan nilai higiene yang baik di dapur karena dapur  adalah  bagian  yang rawan  dengan  ancaman  bakteri.  Seribuan  bakteri pada
makanan  dapat  menimbulkan  kasus  “food  poisoning”  yang  membahayakan pasien.
5.2.3   Perlindungan Makanan dan Peralatan
Perlindungan  makanan  dan  peralatan  berdasarkan  Permenkes  RI No.1096MenkesPerVI2011,  penanganan yang  dilakukan terhadap  makanan di
Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Haji Medan yang potensi berbahaya pada suhu, cara  dan  waktu  yang  memadai  selama  penyimpanan  peracikan,  persiapan,
penyajian  dan  pengakutan  makanan  serta  melunakkan  makanan  beku  sebelum dimasak belum terlihat memenuhi syarat kesehatan karna masih banyak penjamah
makanan  yang  tidak  menggunakan  alat  pelindung  diri  seperti  masker,  celemek, sarung  tangan  selama  peracikan,  persiapan  dan  penyajian.  Untuk  penanganan
makanan  saat  penyajian  seperti  menutup  makanan  dan  tidak  menyajikan  ulang makanan  sudah  dianggap  sangat  baik karena  makanan  yang  diolah  selalu  cukup
setiap harinya dan tidak pernah bersisa.
91
Perlindungan peralatan  di Instalasi Gizi Rumah Sakit  Umum Haji  Medan dianggap sudah baik karena pencucian dilengkapi dengan tiga bak pencuci dengan
air  panas  yang  dimasak  sendiri  untuk  keperluan  pencucian.  Tahap  atau  proses pencucian  peralatan  di  mulai  dari  pembersihan  sisa  makanan,  pencucian  dan
pembilasan  tanpa  melakukan  perendaman  peralatan  terlebih  dahulu. Untuk  itu pencucian  peralatan  sangat penting  diketahui  secara  mendasar,  karena  pencucian
secara  baik  akan  menghasilkan  peralatan  yang  bersih  dan  sehat  pula.  Menjaga kebersihan  peralatan  makan,  berarti  telah  membantu  mencegah  pencemaran  atau
kontaminasi makanan yang dikonsumsi Djajadinigrat, 1989 dalam Pohan, 2009. Untuk  perlindungan  makanan  dan  peralatan  terhadap  bahan  racun
pestisida  masih  telihat  buruk  karena  bahan  beracun  atau  kapur  barus  yang digunakan  oleh  pekerja  instalasi  gizi untuk  menghindari  gangguan  serangga
disimpan  pada  tempat  yang  sama  dengan  gudang  bahan  makanan. Cara  yang seperti ini sangat membahayakan bagi bahan makanan yang ada  pada satu lokasi
tempat  penyimpanan,  apabila  bahan  racunpestisida  tersebut  tidak  dijaga  dengan baik  atau  berserakan  maka  secara  tidak  langsung juga  akan  meracuni  bahan
makanan  yang  ada  disekitar.  Sebaiknya  pekerja  instalasi  juga  harus memperhatikan  penyimpanan  bahan  racun  pesetisida  berbahaya  untuk  menjaga
keamanan  bahan  pangan  yang  ada  di  Instalasi  Gizi  Rumah  Sakit  Umum  Haji Medan. Untuk  perlindungan  terhadap  tikus  dan  hewan  pengganggu  di  Instalasi
Gizi Rumah Sakit Umum Haji Medan telah dilakukan dengan efektif dimana telah ditutup  akses  yang  akan  memudahkan  tikus  atau  binatang  pengganggu  untuk
masuk kedalam  instalasi  gizi seperti  menutup  lubang-lubang  yang  bisa  menjadi
92
tempat  perindukan  tikus  dan  hewan  pengganggu. Namun, harus  diperhatikan bahwa  tikus  dan  hewan  pengganggu  tidak  hanya  dapat  masuk  melalui  lubang-
lubang tetapi bisa juga pada jalur yang lain. Oleh karena itu, menjaga kebersihan instalasi  gizi  merupakan salah  satu  hal  penting untuk  mencegah  masuknya  tikus
dan hewan pengganggu. Perlindungan  makanan  dan  peralatan  sangatlah  berperan  penting  bagi
sanitasi instalasi gizi  di Rumah Sakit Umum Haji Medan. Apabila makanan dan peralatannya tidak terlindungi dengan baik maka akan mempengaruhi kontaminasi
makanan.  Ada  beberapa  faktor  yang  mempengaruhi  terjadinya  keracunan makanan,  antara  lain  adalah  higiene  perorangan  yang  buruk,  cara  penanganan
makanan  yang  tidak  sehat  dan  perlengkapan  pengolahan  makanan  yang  tidak bersih Chandra, 2006.
5.2.4   Bahan Makanan Dan Makanan Jadi
Berdasarkan hasil observasi bahan makanan dan makanan jadi di Instalasi Gizi Rumah  Sakit  Umum  Haji  Medan telah  memenuhi  syarat  kesehatan  sesuai
dengan Permenkes RI No.1204MenkesSKX2004 yaitu kondisi bahan makanan dan  makanan  jadi baik  secara  fisik  dan  sesuai  syarat  dan  pembelian  bahan
makanan ditempat yang resmi dan berkualitas dimana Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum  Haji  Medan  melakukan  kerja  sama  dengan  PT.  AZRAM  JAYA  yang
berperan sebagai  pihak  pembeli  bahan  makanan  yang  diusulkan oleh  pihak instalasi  gizi.  Setelah  bahan  makanan  dibeli sesuai  dengan  usulan maka  panitia
rumah sakit akan menyeleksi bahan makanan yang sesuai syarat kesehatan. Salah satu panitia rumah sakit yang menyeleksi bahan makanan adalah pekerja instalasi
93
gizi. Hal ini dilakukan untuk menjamin kondisi bahan makanan dan dapat diolah oleh pekerja instalasi gizi.
Bahan makanan  kemasan  olahan yang  dipilih  oleh  pihak  rumah  sakit telah memiliki label dan merek yang jelas serta dalam keadaan baik. Jika label dan
merek  dalam  keadaan  yang  sudah  tidak  baik,  tentu  akan  mempengaruhi  isi  dari bahan  makanan  kemasan  tersebut.  Menurut  pendapat  Purnawijayanti  2001
bahwa  bahan  makanan  dapat  menjadi  racun  apabila  di  dalam  makanan  terdapat racun,  baik  racun  kimia  maupun  racun  intoksikasi  racun  yang  ada  dalam
makanan tersebut. Menurut  FAO  Indonesia  2009,  bahwa  dalam  memilih  bahan  makanan
sebaiknya makanan yang bergizi, sehat, aman, tidak mengandung bahan pewarna, disajikan  pada wadah yang bersih,  tidak rusak secara fisik, tidak tercemar secara
fisik,  kimiawi dan  mikroba. Untuk  itu  perlu  dilakukan  pemilihan  sebaik-baiknya untuk  bahan  makanan  dan  makanan  jadi  sebelum  dilakukan  pengolahan,  agar
bahan makanan tersebut tidak menimbulkan racun bagi yang mengkonsumsinya.
5.2.5   Tempat  Penyimpanan Bahan Makanan dan makanan jadi
Berdasarkan  hasil  observasi  tempat  penyimpanan  bahan  makanan  dan makanan jadi Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Haji Medan pada umumnya telah
sesuai  Permenkes  RI  No.1204MenkesSKX2004 dimana bahan  makanan disimpan  didalam  gudang  bahan  makanan dan  kulkas pada  suhu  yang  telah
ditentukan. Gudang  bahan  makanan digunakan  untuk  penyimpanan  beras  dan bumbu-bumbu  masak yang dilengkapi  rak-rak  dengan  ketinggian  rak  terbawah
15cm-25cm  Permenkes RI  No.1204 Menkes SKX2004 dan  kulkas  untuk
94
tempat  penyimpanan  ikan,  daging,  buah-buahan,  sayur-sayuran  dan  jus  untuk sementara  waktu  karena  bahan  makanan  akan  selalu  habis  setiap  harinya. Jadi
tidak ada bahan makanan yang tersisa atau disimpan. Menurut  Soebagio  2001  bahwa  penyimpanan  bahan  makanan  harus
dilakukan  dalam  suatu  tempat  khususgudang  untuk  bahan  makanan  kering  dan dalam  lemari  pendingin  untuk  bahan  makanan  basah  serta  penyimpanan  harus
diatur dan disusun dengan baik. Pada  gudang  bahan  makanan  kering masih  terlihat debu  dan  kotor serta
terdapat  benda-benda  selain  bahan  makanan  seperti  peralatan  makan  dan  masak yang  tidak  digunakan,  tumpukan  buku-buku  dan  alat  pembasmi  serangga seperti
kapur  ajaib  atau  kapur  barus. Tentu  hal  ini  akan  mempengaruhi  keadaan  bahan makanan  dan  tempat  penyimpanan  bahan  makanan.  Karena  menurut  Permenkes
RI  No.1204MenkesSKX2004 bahwa  Tempat  penyimpanan  bahan  makanan harus  selalu  terpelihara  dan  dalam  keadaan  bersih,  terlindung  dari  debu,  bahan
kimia berbahaya, serangga dan hewan lain. Penyimpanan makanan  jadi  di  Instalasi  Gizi  Rumah  Sakit  Umum  Haji
Medan  berdasarkan  hasil  observasi bahwa makanan  jadi  langsung  ditutup  untuk menghindari  debu  dari  langit-langit  yang  dapat  mencemari  makanan,  makanan
jadi  diletakkan di  atas  meja  secara  teratur  dalam  suatu  wadah  yang  bersih.  Lalu makanan jadi di angkut dan disajikan ke setiap kamar pasien rawat inap. Menurut
Depkes  RI  2003,  bahwa  tempat  penyimpanan  makanan  yang  sudah  matang harus terlindung dari debu, bahan berbahaya, serangga, tikus dan  hewan lainnya.
Selain  itu,  antara  bahan  makanan  dan  makanan  jadi  juga  diletakkan  secara
95
terpisah agar tidak mencemari makanan jadi pada saat pengolahan makanan.
5.2.6   Penyajian Makanan
Berdasarkan  hasil  observasi  penyajian  makanan sesuai Permenkes  RI No.1204MenkesSKX2004 di  Instalasi  Gizi  Rumah  Sakit  Umum  Haji  Medan
bahwa Makanan yang telah diolah oleh pekerja instalasi gizi, kemudian diwadahi pada  peralatan  makan  yang  bersih.  Makanan  yang  telah  diwadahi  tersebut  akan
dibungkus  atau  ditutup  menggunakan plastik  wrap jika  makanan  sudah  tidak terlalu  panas.  Plastik  wrap  diperuntukkan  untuk menghindari  kontaminasi  pada
saat pengangkutan dan penyajian. Makanan diangkut ke seluruh ruangan pasien menggunakan kereta dorong
yang tertutup  dan  bersih.  Namun,  sangat  disayangkan  untuk  satu  kereta  dorong makanan selalu  diisi  penuh,  karena  kurangnya  ketersediaan  kereta  dorong dan
penghematan  waktu ketika  membagikan  makanan  untuk  pasien.  Hal  ini  tidak sesuai  dengan Permenkes  RI  No.1096MenkesPerVI2011 bahwa  isi  kereta
dorong makanan tidak boleh penuh karna untuk menghindari penguapan makanan yang mencair. Sehingga hal ini harus lebih diperhatikan agar makanan jadi dapat
disajikan dalam keadaan baik. Menurut  Kusmayadi  2008,  Makanan  yang  disajikan  pada  tempat  yang
bersih,  peralatan  yang  digunakan  bersih,  sirkulasi  udara  dapat  berlangsung, penyaji berpakaian bersih dan rapi menggunkan tutup kepala dan celemek. Tidak
boleh kontak langsung dengan makanan yang disajikan.
96
5.2.7   Tempat Pengolahan Makanan atau Dapur
Hasil  observasi  tempat  pengolahan  makanan  atau  dapur  Permenkes  RI No.1204MenkesSKX2004 adalah  Dapur  Instalasi  Gizi  Rumah  Sakit  Umum
Haji  Medan  setiap  harinya selalu  dalam  keadaan  bersih dan  dibersihkan  dengan antiseptik setiap sebelum dan sesudah bekerja. Dapur dilengkapi dengan cerobong
asap yang besar dan ventilasi untuk mencegah penghawaan yang kurang baik atau sirkulasi  udara  yang  buruk  karena  pada  saat  memasak akan  mengeluarkan  asap
sangat banyak. Dapur instalasi gizi Rumah Sakit Umum Haji Medan cukup besar dan  terdapat  batas  yang  jelas  antara  tempat  pengolahan  makanan,  toilet,  tempat
penyajian  makanan  dan  ruang  istirahat  pekerja  instalasi  gizi.  Batas  tersebut berguna  untuk  mencegah  terjadinya  kontaminasi  kuman  akibat  adanya  kegiatan
selain  pengolahan  makanan.  Menurut  Depkes  2003,  bahwa  ruang  makan  bagi penjamah makanan harus terpisah dengan ruang pengolahan makanan.
Pencahayaan  yang  baik  200  lux  juga  terdapat  di  dapur  instalasi  gizi dimana  terdiri  dari  pencahayaan  alami  dan  buatan.  Dapur  instalasi  gizi  yang
memiliki  banyak  jendela  akan  membantu  pencahayaan  alami  untuk  kuantitas cahaya pada dapur instalasi gizi. Pencahayaan pada dapur instalasi gizi sangatlah
berguna untuk proses pengolahan makanan karena pada saat pengolahan makanan sangat diperlukan pencahayaan yang baik agar tidak terjadi penyakit akibat kerja
atau  kecelekaan  kerja.  Suma’mur  2009  mengungkapkan  apabila pencahayaan yang  buruk  dapat  mengakibatkan  kelelahan  mata  dengan  berkurangnya  daya
efesiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala  sekitar  mata,  kerusakan  alat-alat  penglihatan  dan  meningkatnya
97
kecelakaan. Oleh  karena  itu  Rumah  Sakit  Umum  Haji  Medan  harus selalu menjaga pencahayaan di tempat pengolah makanan.
5.2.8   Peralatan
Peralatan  makan  yang digunakan  oleh  Instalasi  Gizi Rumah  Sakit  Umum Haji  Medan  sudah  diketegorikan  memenuhi  syarat  kesehatan  berdasarkan
Permenkes  RI  No.1204MenkesSKX2004 bahwa  peralatan  yang  digunakan selalu dalam keadaan yang bersih, tahan karat, tidak mengandung bahan beracun,
utuh,  tidak  retak,  dicuci  dengan disinfektan  dan  dikeringkan  dengan  cara ditiriskan  atau  ditelungkupkan  tanpa  menggunakan kain.  Sehingga  tidak  akan
terjadi kontaminasi makanan oleh bakteri dan zat kimia berbahaya. Peralatan yang utuh dan  tidak  retak  akan  mencegah  tempat  perindukan  bakteri  pada  lubang
ataupun  retakan  pada peralatan. Peralatan yang ditiriskan akan  sangat membantu untuk  mengeringkan  peralatan  dari  air  bekas  pencucian.  Jika  peralatan  makan
didiamkan  basah,  akan  memudahkan  debu  dan  kuman  menempel  pada  peralatan makan.  Oleh karena  itu,  peranan  peralatan  makan dalam proses  pengolahan
makanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari prinsip-prinsip penyehatan makanan  Food  hygiene.  Setiap  peralatan  makan  harus  selalu  dijaga
kebersihannya  setiap  saat  digunakan. Dengan  menjaga  kebersihan  peralatan makan, berarti telah membantu mencegah pencemaran atau kontaminasi makanan
yang dikonsumsi Djajadinigrat, 1989 dalam Pohan, 2009.
5.3      Kandungan Bakteri Escherichia coli pada Peralatan Makan
Hasil  pemeriksaan  Escherichia  coli pada  peralatan  makan Instalasi  Gizi Rumah  Sakit  Umum  Haji  Medan di  Laboratorium  Mikrobiologi  Fakultas
98
Matematika  dan  Ilmu  Pengetahuan  Alam  Universitas  Sumatera  Utara  diketahui bahwa  pada  6enam peralatan  makan  ompreng,  plato,  piring makan, mangkok,
gelas dan sendok tidak 1 satu pun dari tiap sampel peralatan makan ditemukan kuman Escherichia coli Negatif. Selain itu, hasil pemeriksaan didapat oleh Balai
Teknik  Kesehatan  Lingkungan  Dan  Pengendalian  Penyakit  BTKLPP  Kelas  I Medan  yang  selalu  melakukan  pemeriksaan  di  Rumah  Sakit  Umum  Haji  Medan
setiap 6 bulan sekali terhadap salah satu alat makan instalasi gizi yaitu ompreng. Diketahui  bahwa  angka  total  kuman  sebanyak  8  CFUcm
2
standart  baku  mutu Permenkes RI No. 1204 Menkes  SK X2004 adalah dibawah 100 CFUcm
2
. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, peralatan makan di Instalasi Gizi
Rumah  Sakit  Umum  Haji  Medan  telah  memenuhi  standar  yang  mengacu  pada Permenkes  RI  No.1204MenkesSKX2004  yaitu  angka  total  kuman  sebanyak-
banyaknya  100cm
2
permukaan  dan  tidak  ada  kuman  Escherichia  coli. Hal  ini sejalan dengan penelitian Pebriyenti 2011 bahwa kandungan bakteri Escherichia
coli  pada  peralatan  makan  di  instalasi  gizi  RSU  Mayjen  H.A.  Thalib  Kabupaten Kerinci telah memenuhi standar yaitu 0 per cm
2
permukaan alat. Tidak  adanya bakteri  Escherichia  coli pada  peralatan  makan  di  instalasi
gizi  Rumah  Sakit  Umum  Haji  Medan  tersebut  dikarenakan  oleh  beberapa  hal yaitu  dari  proses  pencucian bahwa  peralatan  makan  Rumah  Sakit  Umum  Haji
Medan telah memenuhi syarat kesehatan  dimana air yang digunakan  berasal dari air  PDAM.  Karena  air  yang  berasal  dari  PDAM  biasanya  sudah  mengandung
klorin yang dapat membunuh bakteri. Hal tersebut juga dinyatakan oleh Anonim. 2008,  yang  menyatakan  bahwa  klorin
dapat  membunuh  mikroorganisme
99
patogen,  seperti  Escherichia  coli,  Legionella,  Pneumophilia,  2  Streptococcus, Facalis,  Bacillus,  Clostridium,  Amoeba,  Giardia,  Cryptosporidium,  dan
Pseudomonas. Tempat pencucian peralatan yang terbuat dari bahan yang kuat, aman dan
halus  dan tersedia  3 tiga  bak  pencuci  yaitu Bak  I  disebut  bak  pencuci   wash, Bak  II disebut bak  pembilas   rinse dan Bak  III disebut  bak pembilas  terakhir
final  rinse atau  desinfektan.  Tahapan  pencucian  peralatan  instalasi  gizi  Rumah Sakit  Umum  Haji  Medan  adalah  pertama  makanan  sisa  akan  dibuang  ke  tempat
sampah  dimana  makanan  sisa  sebagian  besar  digunakan  untuk  makanan  hewan ternak.  Kemudian  peralatan  di  cuci  dengan  air  mengalir  untuk  mengurangi  sisa
makanan  yang menempel,  lalu  peralatan  makan dicuci  pada  Bak  I  yang terdapat sabun  antiseptic  dan  air  panas.  Peralatan  makan  yang  telalu  diberikan  sabun,  di
rendam  pada  air  dingin  yang  telah  ditampung  pada  Bak  II  dan  yang  terakhir adalah  pembilasaan  peralatan  makan  dengan  menggunakan  air  yang  mengalir
pada  Bak  III.  Walaupun  fungsi  dari  Bak  II  dan  III  tidak  dipergunakan  sesuai dengan  syarat  kesehatan.  Namun, peralatan  makan  di  letakkan  di  meja  tempat
peralatan makan dan  dikeringkan dengan cara di telengkupkan.  Oleh karena itu, dengan  proses  pencucian  dan  pengeringan  yang  benar  akan  menghasilkan
peralatan yang bersih dan terbebas dari kuman penyakit. Menurut  Anwar  dalam pohan  2009, dalam  buku studi  sanitasi  makanan
dan  minuman,  bahwa  keberadaan  bak  pembilas  adalah  sangat  penting  dalam proses  pencucian  peralatan  makan.  Adapun  fungsi  dari  bak  tersebut  diantaranya
adalah  pertama  harus  terdapat  bak  yang  berisi  air  hangat  dan  sabundetergen,
100
kedua  harus  ada  terdapat  bak  pembilas  yang  berisi  air  panas 700  – 760
o
C, ketiga harus terdapat bak pembilas yang berfungsi sebagai desinfektan.
Berdasarkan  Permenkes RI No.1204MenkesSKX2004 bahwa peralatan makan  Instalasi  Gizi  Rumah  Sakit  Umum  Haji  Medan  telah  memenuhi  syarat
yaitu  dengan  permukaan  halus,  rata,  tidak  ada  sudut  mati,  peralatan  makan stainless  steel  dan  peralatan  makan  tidak  mengandung  angka  kuman  setelah  di
lakukan  pemeriksaan  di  laboratorium. Apabila  peralatan  makan  tidak  memenuhi syarat kesehatan seperti permukaan  peralatan yang tidak rata. Peralatan makanan
akan  menjadi  tempat  perkembangbiakan  bakteri dan meningkatkan resiko penularan  penyakit  yang disebabkan makanan.  Oleh  karena  itu, Peralatan makan
yang  digunakan  harus  bersih,  agar  kita  terhindar  dari  kemungkinan  penularan penyakit Depkes 2004.
Selain  itu,  personal  higiene  pekerja  instalasi  gizi  yang  baik  juga  akan mempengaruhi keberadaan Escherichia coli.  Pekerja yang selalu  mencuci tangan
sebelum bekerja, menutup mulut dengan sapu tangan dan menggunakan alat yang sesuai.  Semestinya  akan  mencegah  keberadaan  Escherichia  coli pada  peralatan
makan.
Menurut  Zulfa  2011  yang  mengutip  pendapat  Hiasinta  bahwa tangan manusia  merupakan  sumber  utama  mikroorganisme,  jika  kontak  langsung  dengan
tangan  selama  proses  produksi,  pengolahan  dan  penyajian  maka  terjadilah perpindahan mikroba dari tangan ke pangan.
101
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan  hasil  penelitian  dan  pembahasan  mengenai  Analisis  Kondisi Higiene  dan  Sanitasi  Instalasi  Gizi  serta  Pemeriksaan  Escherichia  coli pada
Peralatan Makan di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2016, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kondisi  higiene  penjamah  makanan di Instalasi  Gizi  Rumah  Sakit  Umum Haji Medan yang meliputi sertifikat higiene sanitasi makanan, pakaian kerja,
pemeriksaan  kesehatan  dan personal  higiene  didapat  yaitu  pekerja  instalasi gizi  belum  memenuhi  syarat  kesehatan sebanyak  35  orang  92.1
dikarenakan total skor yang  didapat  masing-masing pekerja  instalasi  gizi dibawah  70  dari  skor  yang  dinilai  berdasarkan  standart  kesehatan
Kepmenkes RI No. 1098 Menkes PerV II 2003. 2. Sanitasi  Instalasi  Gizi  Rumah  Sakit  Umum  Haji  Medan terbagi  atas  2  yaitu
berdasarkan  Permenkes  RI  No.1096MenkesPerVI2011 bahwa  sanitasi instalasi  gizi  Rumah  Sakit  Umum  Haji  Medan tidak  memenuhi  syarat
kesehatan dengan total  skor yaitu  37 skor  dari  50 skor minimal  90.2 dari skor  yang  dinilai  dan  berdasarkan  Permenkes  RI  No.1204 Menkes SK
X2004 bahwa  sanitasi  instalasi  gizi  Rumah  Sakit  Umum  Haji  Medan memenuhi syarat kesehatan dengan total skor yaitu 1230 skor dari 1300 skor
minimal 90 dari skor yang dinilai.